Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Interaksi Antar Penggemar K-pop dalam Fandom: Antara Solidaritas dan Persaingan
16 Januari 2025 10:38 WIB
ยท
waktu baca 3 menitTulisan dari Geovanni Amanda Fabian Pontian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak beberapa dekade terakhir, gelombang budaya pop Korea atau yang dikenal dengan sebutan Hallyu telah mendunia dan menciptakan pengaruh besar di berbagai negara. Andriani, dkk.(2020) mengungkapkan dalam jurnal berjudul Cyberbullying among teenage K-pop fans bahwa, Hallyu Wave atau gelombang Hallyu merupakan fenomena di mana pengaruh budaya Korea Selatan telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Boyband dan girlband pioneer seperti TVXQ, Super Junior, Bigbang, 2NE1, SNSD dan dilanjutkan oleh penerusnya seperti EXO, BTS, Blackpink, Seventeen, TWICE, dan lain sebagainya telah mencetak prestasi luar biasa, dengan penggemar yang tersebar di seluruh dunia. Musik yang enerjik, koreografi yang ciamik, dan visual yang menarik membuat grup-grup tersebut memiliki basis penggemar yang sangat besar. Fenomena ini menciptakan sebuah komunitas global yang saling terhubung melalui kecintaan terhadap musik dan artis-artis idol mereka. Selain itu, menurut Gazza (2024) pada artikel yang dimuat pada portal berita online Kompasiana, musik kpop berperan aktif pada sektor pariwisata negara Korea Selatan, hal ini terjadi karena music K-Pop dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata bagi para penggemar dari seluruh dunia.
Fandom K-pop, yang merupakan kumpulan penggemar setia suatu grup atau artis, membentuk sebuah ekosistem sosial yang erat. Dari sisi positif, fandom K-pop mencerminkan solidaritas yang luar biasa antar penggemar. Para penggemar mendukung satu sama lain, berbagi informasi mengenai idol mereka, serta berkolaborasi dalam kegiatan-kegiatan seperti mendonasikan uang atau mengorganisir acara amal untuk komunitas. Misalnya, Seventeen - Carat yang belakangan dikenal dengan aksi sosialnya, seperti proyek donasi untuk korban bencana maupun peningkatan daya literasi anak pada daerah tertinggal. Komunitas penggemar K-Pop mampu menciptakan jaringan sosial yang kuat yang berperan dalam membangun rasa solidaritas dan kepercayaan di antara anggotanya.
Namun, di balik solidaritas ini, ada juga sisi gelap yang muncul dalam interaksi antar penggemar. Salah satu fenomena yang kerap terjadi adalah fanwar atau perang penggemar, di mana penggemar dari grup yang berbeda saling berseteru. Persaingan ini sering kali dipicu terutama dengan klaim "bias is mine" atau perasaan kepemilikan terhadap idol tertentu. Penggemar yang fanatik terkadang merasa cemburu atau tersinggung jika idol yang mereka idolakan dianggap lebih baik atau lebih sukses oleh penggemar grup lain. Persaingan ini kadang melibatkan hinaan, komentar negatif, dan bahkan ancaman di media sosial. Persaingan antar penggemar K-pop sering kali berujung pada cyberbullying dan pelecehan online, yang semakin memperburuk citra fandom secara keseluruhan. Hal ini menciptakan ketegangan di dalam komunitas penggemar, yang seharusnya menjadi ruang positif untuk saling berbagi kecintaan terhadap musik dan mendukung segala karya yang diciptakan oleh idol - idol yang digemari.
Kesimpulannya, interaksi antar penggemar K-pop memang memiliki dua sisi yang kontras. Di satu sisi, fandom dapat dimanfaatkan sebagai ruang yang mendukung solidaritas dan kebersamaan, namun di sisi lain, fandom menjadi arena persaingan yang merusak. Untuk itu, perlu adanya kesadaran kolektif di antara penggemar untuk menjaga etika berinteraksi dan saling menghormati satu sama lain, meskipun mereka memiliki pilihan yang berbeda terhadap idol mereka. Penggemar K-pop harus lebih fokus pada kecintaan mereka terhadap musik dan budaya yang menyatukan, serta menjauhi perilaku negatif yang dapat merusak hubungan antar sesama penggemar. Sebagai komunitas global, kita harus mendukung satu sama lain dengan penuh rasa hormat, menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan positif untuk semua penggemar K-pop.
Sumber:
Andriani, Anwar, C.R., Akram, N.F., Alimuddin, N.A. 2020. Cyberbullying among teenage K-pop fans.
Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling. Volume 6 Nomor 2 Hal 09-16. Diakses pada 14 Januari
2025, dari http://ojs.unm.ac.id/index.php/JPPK
Yudawicaksono, G. 2024. Peran Musik K-Pop pada Sektor Pariwisata Korea Selatan. Diakses pada
14 Januari 2025, dari https://www.kompasiana.com/gazzayudowicaksono1585/
ADVERTISEMENT