KKN TIM II UNDIP Luncurkan Merek Lokal Jamu Gendong Langkah Awal Menuju Sukses

Penyerahan Logo dan Kemasan Jamu Gendong

Dusun Blabak, yang dikenal sebagai salah satu dusun dengan kekayaan sumber daya alam berupa tanaman obat, kembali menunjukkan potensinya sebagai pusat pengolahan jamu tradisional. Namun, potensi besar ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal, terutama dalam hal pengembangan identitas produk. Untuk menjawab tantangan ini, KKM TIM II dari Universitas Diponegoro (UNDIP) mengadakan pelatihan dan pendampingan bagi pelaku usaha jamu gendong di dusun tersebut.

Pelatihan yang digelar di Dusun Blabak, Desa Pondok, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri, pada hari Selasa, 6 Agustus 2024 ini, dihadiri oleh para pelaku usaha jamu gendong setempat. Gerald Bimantoro, mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNDIP, hadir sebagai pemateri. Dalam sesi pelatihan, ia menjelaskan pentingnya kreasi identitas produk, termasuk pembuatan logo dan kemasan yang menarik untuk meningkatkan daya saing produk jamu gendong di pasaran.

Gerald tidak hanya memberikan materi teori, tetapi juga mengajak peserta untuk langsung berpraktek. Menggunakan aplikasi Canva, yang dikenal mudah diakses dan digunakan, Gerald memberikan pelatihan pembuatan logo kemasan. Metode ini disambut dengan antusias oleh peserta, yang mayoritas merupakan anggota paguyuban jamu gendong di Dusun Blabak.

Bu Susi Rahma, salah satu anggota aktif dari paguyuban jamu gendong, menyampaikan kesannya setelah mengikuti pelatihan ini. Ia merasa pelatihan tersebut sangat bermanfaat dan optimis bahwa ilmu yang didapat dapat membantu meningkatkan penghasilan serta memperluas jaringan penjualan jamu gendong mereka. Selain itu, dalam pelatihan ini juga diluncurkan merek baru bagi paguyuban mereka, yakni “Jamu Gendong Cap Blabak,” yang diharapkan dapat menjadi identitas kuat di pasar.

Pelatihan ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru, tetapi juga membuka peluang bagi para pelaku UMKM di Desa Blabak untuk berkembang lebih jauh. Acara yang berlangsung dengan meriah ini menunjukkan sinergi positif antara akademisi dan masyarakat, yang bersama-sama berusaha memajukan ekonomi lokal sambil tetap menjaga dan melestarikan kearifan lokal yang telah ada secara turun-temurun.