Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Harga Pangan dan Kesinambungan Hidup Petani Indonesia di Masa Transisi
25 Oktober 2024 12:25 WIB
·
waktu baca 7 menitDiperbarui 17 November 2024 14:03 WIB
Tulisan dari Gerhana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
OLEH: Gerhana [Mahasiswa Ekonomi Pertanian IPB University]
Dalam transformasi ekonomi dan sosial yang terjadi di Indonesia, petani memainkan peran yang sangat vital terutama dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Namun, di tengah arus globalisasi dan perubahan kebijakan, harga komoditas yang tidak stabil serta akses yang terbatas terhadap teknologi modern sering kali menempatkan petani Indonesia pada posisi rentan. Bagaimana para petani Indonesia menghadapi dinamika ini? Serta apa harapan mereka? Masa transisi yang mereka alami bukan hanya menyangkut perubahan ekonomi, tetapi juga kesinambungan hidup yang dipertaruhkan. Analisis terhadap fenomena ini mengundang diskusi mendalam tentang keberlanjutan sektor pertanian dan kesejahteraan petani di era modern dengan pemerintahan baru dari pemerintah lama.
ADVERTISEMENT
Harga Pangan dan Pertanian Indonesia
Ketahanan pangan akan runtuh jika bahan pangan tiba-tiba hilang dari pasar atau jika harga pangan menjadi tidak dapat terjangkau. Jelas bahwa ketahanan pangan memerlukan integrasi langkah-langkah pemulihan ekonomi yang dapat menentukan kecepatan dan ketepatan serta momentum pertumbuhan, kebijakan ekonomi sektoral, perubahan institusi atau keputusan politik yang efektif dan adil, khususnya terkait distribusi pangan ke seluruh pelosok Indonesia. Hal ini perlu dilakukan agar dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Masalahnya, sektor pertanian di Indonesia, seperti di banyak negara lainnya, sangat sulit tumbuh dan berkembang tanpa subsidi serta keputusan politik dari pemerintah.
Berdasarkan data bahwa harga pangan dunia untuk bulan September 2024 tercatat naik. Ini terlihat dari nilai indeks pangan dunia yang bergerak 3,68 poin menuju level 124.4. Bulan sebelumnya, indeks pangan dunia menurut data FAO ada di level 120.72 poin. Kenaikan terbesar terjadi pada kelompok daging yang tercatat naik 0,35%. Kemudian diikuti oleh harga biji-bijian (sereal) dengan kenaikan di angka 3,01%. Kondisi lainnya untuk dairy naik 3,79%, sedangkan untuk indeks minyak nabati naik 4,58%, di urutan paling kecil untuk indeks gula terjadi kenaikan 11,88 poin atau sebesar 10,43% ke level 125.74. Indeks harga pangan dunia kali ini berada di titik tertinggi yang pernah dicapai sepanjang tahun ini. Sedangkan bila dilihat dari awal tahun, indeks harga pangan tumbuh 5,7%.
ADVERTISEMENT
Data panel harga pangan berdasarkan informasi dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) 11 Oktober 2024 bahwa dari 21 komoditas terdapat 8 komoditas naik dan 13 komoditas turun, dimana harga beras naik sedangkan harga cabai turun. Sedangkan dilansir dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), Bank Indonesia bahwa harga beras naik Rp. 100/kg atau naik sebesar 0,66% dari sebelumnya (11/10). Konsep dasar yang kita harus tahu bahwa kenaikan harga menyebabkan penawaran meningkat dan permintaan menurun, adapun penurunan harga menyebabkan penurunan penawaran dan permintaan meningkat. Secara teori bahwa harga pertanian khususnya produk pangan ditentukan oleh pasokan dalam negeri atau impor, permintaan masyarakat dan situasi harga pangan di pasar global serta ekspektasi masyarakat (Tomek dan Robinson, 1990). Namun yang perlu diketahui juga yaitu selain faktor yang disebutkan oleh para ahli tersebut, kebijakan pemerintah juga turut berperan dalam mempengaruhi harga pangan.
ADVERTISEMENT
Kebijakan Masa Transisi
Berdasarkan visi dan misi yang telah dibuat sebelum pemilihan pemerintahan baru dan telah diperdebatkan saat debat pasangan capres, isu arah kebijakan pangan dan pertanian Indonesia menjadi hal yang sangat dinantikan. Melihat kebelakang bahwa visi “Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045” dan pada misi kedua dari “8 Asta Cita” yang diusung, ingin memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru. Visi dan misi tersebut dicanangkan oleh pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yang saat ini terpilih menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia.
Dalam asta cita yang direncanakan pasangan ini, khususnya untuk kemandirian bangsa, Indonesia perlu fokus pada yang mencapai swasembada dalam berbagai sektor krusial salah satunya yaitu sektor pangan sebagai pilar kehidupan bangsa. Arah strategi yang dicanangkan dalam swasembada pangan yaitu (1) menjalankan agenda reformasi agraria; (2) merevitalisasi dan membangun sebagian besar hutan rusak dan tidak termanfaatkan menjadi lahan pertanian;
ADVERTISEMENT
Berikutnya (3) menjamin ketersediaan pangan pokok yang berkelanjutan; (4) menjamin ketersediaan dan akses pupuk bagi petani; (5) mempercepat pembangunan infrastruktur pertanian; (6) memperpendek rantai distribusi hasil-hasil pertanian; (7) meningkatkan produktivitas pertanian; (8) memperkuat industri pupuk dalam negeri dan mendorong pengembangan industri pupuk bio;
Berikutnya (9) menjadikan pengendalian hama terpadu (PHT) sebagai kebijakan utama dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), serta mendorong pemanfaatan pestisida nabati dan bio; (10) memperkuat tata kelola impor pangan pokok dan utama; (11) memperkuat program program di BUMN, universitas, dan lembaga penelitian di bidang pemuliaan tanaman dan teknologi benih; Kemudian (12) merevitalisasi jutaan hektar lahan yang rusak menjadi lahan produktif; (13) merehabilitasi hutan rusak menjadi hutan alam, hutan tanaman industri (HTI), dan hutan produksi; (14) memberdayakan dan memperkuat peran dan fungsi BAPANAS, BULOG, bersama BUMN holding pangan ID Food; Kemudian (15) mendirikan lembaga pembiayaan; (16) memodernisasi model bisnis pertanian, tata niaga agribisnis, dan sistem pemasaran sektor pertanian; (17) melanjutkan dan menyempurnakan program kawasan sentra produksi pangan atau food estate secara berkelanjutan; dan (18) memastikan kedaulatan pangan berbasis protein hasil laut.
ADVERTISEMENT
Namun yang menjadi pertanyaan selanjutnya, apakah kedelapan belas arah strategi yang dicanangkan dalam swasembada pangan dan pertanian ini dapat menjadi kenyataan dalam bentuk kebijakan yang akan diambil dan dilaksanakan pemerintah yang baru. Hal ini akan terjawab dalam waktu dekat ini dimana sudahnya pelantikan presiden terpilih dan para menterinya, khusus dalam kasus ini yaitu menteri pertanian yang memiliki peran penting dalam mengeksekusi semua visi dan misi yang telah dibuat oleh presiden terpilih kita. Ketua Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran berencana mengembangkan sektor pangan berbasis industrialisasi, sehingga para pelaku usaha akan didorong untuk berinvestasi mulai dari hulu hingga hilir berbagai sektor pangan (Jakarta, 22/3). Presiden terpilih Prabowo Subianto menyebut sektor pertanian adalah sektor yang sangat penting (Jakarta, 23/7). Presiden Joko Widodo mengatakan pemerintahan yang akan datang akan fokus untuk meningkatkan ketahanan pangan dan energi (Papua Selatan, 23/7).
ADVERTISEMENT
Harapan Petani Indonesia
Petani Indonesia sering kali berada dalam posisi rentan, menghadapi ketidakpastian yang bisa mengancam kesinambungan hidup mereka. Ketidakpastian tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain harga jual hasil pertanian yang sering kali tidak sebanding dengan biaya produksi, perubahan iklim yang mengganggu pola tanam dan panen, serta keterbatasan akses terhadap teknologi pertanian modern dan infrastruktur yang memadai. Selain itu, ketergantungan petani pada tengkulak dan minimnya dukungan dalam hal pemasaran turut memperburuk kondisi ekonomi mereka. Jika tantangan-tantangan ini tidak segera diatasi, risiko kemiskinan dan penurunan kesejahteraan petani semakin besar, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi stabilitas ketahanan pangan nasional.
Harapan petani Indonesia yang paling utama adalah bagaimana keluarganya bisa sejahtera dan bagi yang sudah sejahtera semakin sejahtera. Harga komoditi yang tinggi dengan biaya produksi usaha tani yang terjangkau, merupakan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Ancaman dan tantangan saat ini maupun yang akan datang diubah menjadi peluang di pemerintahan baru setelah masa transisi. Indonesia selalu mengalami harga pangan yang tinggi. Tingginya harga pangan, disisi lain diinginkan petani, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran masyarakat lain. Situasi ini menuntut pemerintah merespons dengan kebijakan yang cepat dan tepat melalui promosi dan proteksi pertanian untuk melindungi petani kecil, orang miskin dan kelompok marjinal, dari persaingan pasar bebas yang tidak adil.
ADVERTISEMENT
Tingginya harga pangan selain ancaman sebenarnya peluang untuk petani kecil sepanjang biaya produksi, seperti harga pupuk dan benih tidak naik melebihi biaya produksi petani dan tersedia tepat waktu, infrastruktur antara lain pengairan dan transportasi terjamin, dan ada kebijakan yang memberi akses petani kecil dan buruh tani memanfaatkan lahan tidur. Hanya respons kebijakan pemerintah yang cepat dan tepat serta dilaksanakan dengan baik hingga ke produsen dan konsumen yang dapat mengubah ancaman menjadi peluang, untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Menurut Mosher (1966) bahwa dalam mewujudkan harapan petani yang sejahtera membutuhkan lima syarat pokok yaitu pasaran untuk hasil usaha tani, teknologi yang selalu berubah, tersedianya sarana produksi dan peralatan secara lokal, perangsang produksi bagi petani dan pengangkutan.
ADVERTISEMENT