Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
'Rexit' dan Arah Politik Luar Negeri Amerika Serikat
25 Maret 2018 7:14 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Gerry Indradi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pertama kali dalam sejarah, seorang Presiden memecat Menteri Luar Negeri-nya melalui media sosial. Pada tanggal 13 Maret 2018, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memecat Menteri Luar Negeri-nya, Rex Tillerson, melalui akun twitter dan menunjuk Mike Pompeo, Direktur CIA, sebagai penggantinya. Rexit, begitu media-media di luar menyebut peristiwa ini. Terlalu dramatis dan terlalu out of the box, bahkan untuk ukuran serial drama TV sekalipun. Mengapa Rex Tillerson dipecat dan bagaimana arah politik luar negeri Amerika Serikat pascapemecatannya?
ADVERTISEMENT
Sebelum menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson merupakan Chief Executive perusahaan ExxonMobil. Tillerson bergabung dengan Exxon pada tahun 1975 sebagai production engineer. Sebelum Exxon merger dengan Mobil, Tillerson telah menduduki berbagai jabatan penting di perusahaan ini, hingga akhirnya pada tahun 2006 diangkat sebagai Chairman dan CEO ExxonMobil.
Pada tanggal 13 Desember 2016, tim transisi Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa Tillerson telah dinominasikan sebagai Menteri Luar Negeri. Beberapa sumber melaporkan bahwa Tillerson direkomendasikan oleh mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Condoleeza Rice. Kebetulan perusahaan konsultasi Condoleeza Rice, RiceHadleyGates LLC memiliki kontrak kerja sama dengan ExxonMobil.
Rex Tillerson sebagai Menteri Luar Negeri AS
Sejak menjalankan tugasnya sebagai Menteri Luar Negeri, hubungan kerja antara Presiden Donald Trump dan Rex Tillerson memang sangat buruk. Buruknya hubungan kerja di antara keduanya terlihat pada cara Amerika Serikat menangani isu nuklir Korea Utara. Pada akhir Agustus 2017, melalui akun twitter-nya, Presiden Donald Trump menyatakan bahwa dialog bukanlah jawaban terhadap isu nuklir Korea Utara.
ADVERTISEMENT
Namun, satu bulan kemudian, dalam kunjungannya ke Tiongkok, Tillerson justru menyampaikan bahwa Amerika Serikat sedang mempertimbangkan untuk melakukan dialog dengan Pyongyang. Presiden Donald Trump kembali menanggapi pernyataan Menteri Luar Negerinya melalui akun twitter-nya dengan menyatakan bahwa Tillerson menghabiskan waktunya untuk mencoba berdialog dengan Korea Utara.
Tillerson juga mendapat tentangan dari dalam institusi yang dia pimpin. Selama menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, Tillerson mencoba melakukan restrukturisasi organisasi Kementerian Luar Negeri AS, namun gagal. Tillerson juga dengan sengaja membiarkan kosongnya delapan dari sepuluh jabatan struktural senior di Kementerian Luar Negeri AS.
Jabatan Duta Besar di pos-pos strategis pun dibiarkan kosong. Mesir, Uni Eropa, Korea Selatan, Jordan, dan Saudi Arabia masih tetap tanpa Duta Besar AS hingga hari ini. Tillerson juga bahkan tidak melakukan apa-apa ketika Gedung Putih memangkas anggaran Kementerian Luar Negeri AS sebesar 25 persen sehingga menimbulkan perlawanan terhadap kepemimpinannya.
ADVERTISEMENT
Puncaknya adalah ketika di bulan Oktober 2017 berbagai media massa di Amerika Serikat memberitakan bahwa Tillerson menyebut Presiden Donald Trump sebagai orang dungu dalam sebuah rapat di Pentagon. Ketika dikonfirmasi mengenai hal ini, meskipun tidak mengiyakan, Tillerson tidak pernah membantah hal tersebut. Hubungan di antara keduanya pun semakin memburuk hingga puncaknya pada tanggal 13 Maret 2018 yang lalu, Tillerson dipecat melalui akun twitter. Penggantinya? Direktur CIA, Mike Pompeo.
Mike Pompeo
Mike Pompeo merupakan salah satu pendukung utama Donald Trump. Mantan anggota Kongres untuk tiga periode dari partai Republik, sebelum menjabat sebagai Direktur CIA, Mike Pompeo, dipandang sebagai seorang hawkish. Ketika menjabat sebagai anggota Kongres, Pompeo pernah dikabarkan sebagai seorang Islamophobia karena salah satu pidatonya terkait dengan kejadian pemboman Boston marathon pada tahun 2013 yang lalu.
ADVERTISEMENT
Dalam banyak isu, Mike Pompeo memiliki pandangan-pandangan politik yang sama dengan Donald Trump. Pompeo tidak setuju dengan penutupan penjara Guantanamo, pendukung teknik penyiksaan waterboarding, dan merupakan kritikus utama Presiden Obama terkait dengan isu program nuklir Iran yang menghasilkan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Mike Pompeo merupakan salah satu kepercayaan Donald Trump. Media-media di Amerika Serikat sering memberitakan bahwa Mike Pompeo sering dipanggil ke Gedung Putih oleh Donald Trump bahkan untuk membicarakan masalah-masalah di luar ruang lingkup kerja Mike Pompeo sebagai Direktur CIA.
Dampaknya terhadap Politik Luar Negeri AS
Perubahan pucuk pimpinan Korps Diplomatik Amerika Serikat berdampak terhadap konsistensi arah politik luar negeri Amerika Serikat. Pada saat Tillerson masih menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, dunia dibuat bingung dengan arah kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat. Selalu terdapat perbedaan posisi antara Kementerian Luar Negeri AS dengan Gedung Putih. Ketika Rex Tillerson masih menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, selalu ada perang pernyataan antara Gedung Putih dengan Kementerian Luar Negeri-nya sendiri.
ADVERTISEMENT
Contohnya di bulan Agustus 2017, ketika Rex Tillerson menyampaikan kepada wartawan bahwa tidak ada ancaman keamanan nasional yang berasal dari Korea Utara meskipun hal yang berlawanan disampaikan oleh Presiden Donald Trump. Beberapa hari kemudian, Juru Bicara Gedung Putih, Sebastien Gorka, menyampaikan bahwa Menteri Luar Negeri AS tidak memiliki wewenang untuk membicarakan masalah keamanan nasional dan tidak perlu mendengarkan Tillerson jika yang bersangkutan berbicara soal isu keamanan nasional.
Tidak banyak. Penunjukkan Mike Pompeo sebagai Menteri Luar Negeri AS tidak akan membuat politik luar negeri AS berubah drastis menjadi lebih moderat. Justru mungkin sebaliknya. Namun setidaknya, penunjukkan Mike Pompeo akan memberikan konsistensi arah politik luar negeri AS. Sedikit lebih serius.
ADVERTISEMENT