Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Ketahanan Energi: Perspektif Generasi Muda
27 April 2020 14:31 WIB
Tulisan dari Gerry Katon Mahendra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Negara-negara diberbagai belahan dunia tentu membutuhkan energi, baik energi terbarukan maupun tidak terbarukan guna mencukupi kebutuhan produksi negara maupun masyarakatnya. Menurut Astu dan Djati (2013) energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja (energy is the capability for doing work).
ADVERTISEMENT
Sedangkan, pada umumnya suatu negara membutuhkan energi alam untuk dapat dimanfaatkan pada berbagai memenuhi kebutuhan, baik energi dari air, minyak, laut, darat, udara, dan lain-lain.
Indonesia, sebagai negara dengan jumlah populasi lebih dari 262 juta jiwa dan juga memiliki berbagai sumber produksi pada bidang pangan, pertanian, perikanan, kehutanan, industri, dan lain-lain tentu saja membutuhkan energi yang sangat besar guna menunjang proses produksi dan distribusi barang secara keseluruhan.
Besarnya kebutuhan energi terkadang tidak diimbangi dengan ketersediaan yang mencukupi dan juga regulasi yang mendukung keberlangsungan energi.
Masalah ini pada pada umumnya dialami oleh di banyak negara, termasuk Indonesia. Hal ini ditegaskan juga melalui data terbaru yang menyebutkan bahwa ketahanan energi Indonesia semakin menurun.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data yang dirilis World Energy Council melalui Energy Trilemma Index, dari sekitar 125 negara, Indonesia berada di peringkat 75, lebih rendah dibandingkan Thailand di peringkat 74 dan Filipina di peringkat 70. Tantangan ketahanan energi indonesia meliputi saat ini meliputi beberapa aspek, diantaranya ketersediaan sumber energi, keterjangkauan pasokan energi, dan penggunaan teknologi dalam pemanfaatan energi, serta pengembangan energi terbarukan.
Menurunnya posisi ketahanan energi Indonesia saat ini pada umumnya disebabkan ketidakmampuan pemerintah mencukupi kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh masyarakat maupun pelaku industri.
Seperti kita ketahui bersama bahwa produksi energi, khususnya minyak bumi semakin menurun dari tahun ke tahun sehingga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemerintah kita mau tidak mau harus mengimpor minyak dari negara lain.
ADVERTISEMENT
Kedua, masalah keterjangkauan pasokan energi. Sekian lama dibeberapa bagian wilayah negara Indonesia, khususnya daerah 3T (terdepan, terpencil, terluar) dan juga daerah bagian timur Indonesia kesulitan mengakses energi bahan bakar minyak (BBM) untuk kebutuhan sehari-hari.
Hal ini masih ditambah dengan harga yang sangat tinggi jika dibandingkan harga jual BBM di wilayah lain (Indonesia bagian barat dan tengah).
Meskipun pada era pemerintahan saat ini sudah menerapkan kebijakan BBM satu harga, namun pada kenyataannya belum dapat menyelesaikan masalah BBM secara keseluruhan, terutama soal keterlambatan pasokan BBM pada daerah tertentu. Kabar baiknya, Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) per 20 Agustus 2019 tercatat sudah memiliki 167 titik lembaga penyalur BBM Satu Harga dari target sebanyak 170 titik lembaga penyalur hingga akhir 2019.
ADVERTISEMENT
Ketiga, mengenai kelanjutan pengembangan energi baru terbarukan, pemerintah juga dinilai baru pada tahapan upaya pemenuhan kebutuhan energi dan belum optimal mengalihkan fokus pada energi alternatif terbarukan guna mencukupi kebutuhan energi masyarakat jangka panjang.
Generasi Tumpuan Bangsa
Sebagai generasi muda penerus bangsa yang peduli terhadap ketahanan energi Indonesia di masa depan, tentu saja tidak boleh tinggal diam dan hanya melihat berbagai permasalahan energi tanpa memberikan solusi kepada bangsa.
Banyak hal yang bisa kita lakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung guna menyelamatkan Indonesia dari kelangkaan energi. Sebagai pemuda harapan bangsa, terlebih para mahasiswa, sudah selayaknya mampu mengawal dan memberikan kritik masukan atas kebijakan energi yang dibuat oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
Parlemen jalanan, ruang akademis, dan forum-forum resmi lainnya juga harus mampu dijangkau oleh mahasiswa guna menyampaikan aspirasi terkait ketahanan energi dan mengawal jalannya kebijakan apabila terdapat kebijakan yang dapat merugikan masyarakat Indonesia dibidang energi.
Hal lain yang juga sangat penting dilakukan oleh mahasiswa adalah harus mampu secara rutin mengadakan kajian-kajian ilmiah dengan mengangkat tema mengenai ketahanan energi. Hal ini tidak saja menjadi tanggung jawab mahasiswa teknik, namun akan lebih baik jika digerakkan secara kolaboratif bersama mahasiswa lintas disiplin ilmu dalam melihat masalah ketahanan energi di Indonesia.
Sudut pandang yang beragam, mulai dari mahasiswa teknik, ekonomi, sosial politik, dan keilmuan lainnya yang relevan sangat dibutuhkan sehingga muncul alternatif solusi yang komprehensif.
ADVERTISEMENT
Kajian ilmiah yang diadakan secara rutin diharapkan juga dapat menghasilkan makalah kebijakan yang berdiri sendiri dan disusun secara ringkas (policy brief) kepada pemerintah terhadap kebijakan pengelolaan energi Indonesia. Policy brief yang lahir dari pemikiran ilmiah kritis ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan penting bagi pemerintah sebelum memutuskan kebijakan energi.
Langkah lain yang dapat dilakukan oleh pemuda guna mendukung ketahanan energi Indonesia adalah dengan terus mengembangkan startup untuk kepentingan ketahanan energi. Dengan adanya gerakan ini diharapkan kita dapat mengidentifikasi potensi energi, menganalisis ketahanan energi, dan juga memprediksi keberlangsungan energi dengan basis smart energy and smart technology.
Selain konsep dan upaya teknis, hal lain yang tidak kalah penting untuk dilakukan adalah mewujudkan gerakan pemuda sadar energi. Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan penghematan energi yang digunakan setiap harinya. Kampanye kesadaran energi dapat dimulai dari diri sendiri dalam menggunakan energi seefektif mungkin.
ADVERTISEMENT
Penghematan lain seperti mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan beralih pada transportasi umum untuk menghemat konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Gerakan penghematan energi tersebut harus diawali oleh pemuda karena pemuda sebagai entitas masyarakat memiliki pengaruh yang luar biasa dalam melakukan perubahan sosial.
Di masa depan, ketahanan energi Indonesia sangat bertumpu pada komitmen, kreativitas, dan kerja keras pemuda. Oleh sebab itu, keyakinan akan membaiknya kualitas ketahanan energi Indonesia harus dipupuk sedini mungkin dan pemuda harus diberikan ruang yang mencukupi karena memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya menggerakkan segenap elemen bangsa demi ketahanan energi Indonesia yang lebih kuat, mandiri, dan bermartabat.