Jepang Terlalu Serakah Kalau Berniat Matikan Motor Listrik Gesits

21 Maret 2017 11:12 WIB
ADVERTISEMENT
M Nasir dan motor listrik Gestis (Foto: www.dikti.go.id)
Sepeda motor listrik Gesits karya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya yang siap masuk dapur produksi tahun ini tentu bukan berita baik bagi pemain Jepang.
ADVERTISEMENT
Menurut Muhammad Nur Yuniarto kepala tim pengembangan Gesits, `saudara tua` itu tak takut dengan lahirnya motor listrik buatan anak negeri, melainkan ada faktor lain yang bisa membahayakan kelangsungan bisnisnya di Indonesia.
"Yang ditakutkan (Jepang) bukan produk, tapi kesadaran masyarakat Indonesia kalau ternyata bisa buat dan benar serta mendapat dukungan masyarakat karena nantinya akan banyak efeknya," kata Nur saat ditemui kumparan (kumparan.com) di kawasan Thamrin, Jakarta, yang ditulis Selasa (21/3).
Para pemain Jepang, lanjut Nur, bereaksi ketika ITS memperkenalkan motor listrik Gesits. Di mana, mereka mencoba membentuk opini bahwa sepeda motor listrik tidak cocok untuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
ITS sendiri bermitra dengan Garansindo untuk membawa Gesits diproduksi secara massal. Menurut, Chief Sales Officer PT Garansindo Inter Global, Harun, hadirnya Gesits tidak serta merta mengganggu bisnis Jepang di sektor roda dua.
Test jalan motor listrik Honda (Foto: Gesit Prayogi/kumparan.com)
"Justru mereka harusnya terimakasih sama kita, kita ciptakan pasarnya. Lagipula kita makan porsi (penjualan) berapa sih," kata Harun.
Dia melanjutkan, penjualan motor listrik nantinya diprediksi hanya mengisi 10 persen dari total pasar sepeda motor di Indonesia. Artinya bila penjualan tembus 7 juta unit, maka motor listrik mengambil porsi 700 ribu unit.
Sejauh ini, Gesits telah dipesan sebanyak 25 ribu unit. Rencananya, mereka akan menggunakan fasilitas produksi yang ada di Cileungsi, Jawa Barat untuk memproduksi motor listrik tersebut.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, menurut Dewan Energi Nasional (DEN), akan ada 2.200 unit mobil listrik dan 8 juta unit sepeda motor listrik di Indonesia pada 2025.
Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Johannes Loman menganggap ada tiga isu yang membuat implementasi kendaraan listrik tersendat; teknologi yang masih sangat mahal, jarak tempuh, serta sistem pengisian baterai.
Namun, Nur membantah anggapan itu. Menurut dia, harga komponen motor listrik Indonesia jauh lebih murah dibandingkan negara lain. "Harga komponen kita dibanding produk yang sama di seluruh dunia kita paling murah, misalnya motor listrik dan controller. Ini karena kita tahu bagaimana caranya mereduksi harga dan kita menguasai teknologi," tukas Nur.