Motor Listrik Gesits ITS Melawan Dominasi Jepang

21 Maret 2017 10:26 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Motor listrik Gesits buatan ITS (Foto: its.ac.id)
Merebut dominasi asing dalam industri otomotif dalam negeri memang sudah menjadi mimpi sejak lama. Hingga kini, rasa-rasanya belum ada yang terealisasi. Bahkan semangat dan kepercayaan diri bisa menguasai teknologi dan memakmurkan bangsa lewat tangan sendiri timbul-tenggelam.
ADVERTISEMENT
Lewat Muhammad Nur Yuniarto, dosen dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berhasil menumbuhkan dan merawat semangat kemandirian bangsa dengan mengembangkan motor listrik Gesits bersama mitra bisnis Garansindo Group. Tahun ini, motor itu siap diproduksi secara massal.
Garansindo dan ITS sendiri punya visi yang sama; ingin memiliki merek sendiri, punya basis produksi, menguasai teknologi dan pusat riset motor listrik. Harapannya, kesadaran masyarakat bisa terbuka sehingga ada tempat bagi karya anak bangsa.
Saat ini, Garansindo dan ITS tengah merapatkan barisan. Mereka mengajak mitra lokal untuk turut mendukung produksi motor listrik Gesits nantinya. "Kami maunya chain-nya ketemu semua. Kalau udah nyambung dan melibatkan banyak pihak kita semakin susah dilakalahkan. Kalau jalan sendirian kami hantam tembok. bagaimanapun industri otomotif Indonesia itu Jepang banget," kata Chief Sales Officer PT Garansindo Inter Global Harun.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, mereka belum bisa menyebutkan berapa banyak jumlah pemasok komponen Gesits. Harus menjelaskan bahwa komponen inti dari motor listrik seperti baterai, motor listrik, dan controller yang masuk dalam Tier 1 akan ditangani lansung oleh perusahaan khusus buatan ITS dan Garansindo. "Karena kalau Tier 1 ini dikasih ke orang bisa risiko karena teknologi inti," imbuh Harun.
Kemudian, mereka pun sudah beraliansi dengan Perusahaan Listrik Negera (PLN) untuk menyiapkan infratsruktur dan baterai Gesits, Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai pemasok smartphone instrumen motor, dan Universitas Gajah Mada (UGM) untuk menangani proses recycle baterai.
"Untuk baterai, tingkat daur ulang baterai ketika di lab sudah mencapai 95 persen. Artinya hanya ada lima persen yang menjadi limbah," tutur Nur.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, jadwal produksi yang sedianya dilakukan Januari 2018 dimanjukan pada November-Desember tahun ini. Garansindo tengah mengincar lahan di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, sebagai basis produksi mereka. Pada Desember 2016, mereka juga sudah melakukan pembicaraan dengan 59 pemasok komponen untuk diajak kerjasama.