Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Transformasi Fungsi Perpustakaan sebagai Ruang Sosial dan Intelektual bagi Gen Z
4 Mei 2025 15:06 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari ghaida diffa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di era digital ini, persepsi terhadap perpustakaan sebagai tempat yang membosankan kini mulai bergeser. Khususnya bagi Generasi Z (Gen Z). perpustakaan tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk meminjam buku, tetapi juga sebagai ruang yang nyaman untuk bersosialisasi dan belajar. Berbagai inovasi telah diterapkan oleh perpustakaan untuk menarik perhatian generasi muda dan memfasilitasi kebutuhan mereka akanruang belajar yang lebih fleksibel dan menarik.
ADVERTISEMENT
Perpustakaan sering dipandang sebagai tempat yang membosankan dan kaku, tetapi pada kenyataannya, banyak perpustakaan modern mulai bertransformasi menjadi ruang multifungsi yang tidak hanya menyediakan akses ke sumber daya literasi, tetapi juga berfungsi sebagai tempat nongkrong yang kreatif dan menarik bagi generasi Z (Gen Z). Dalam konteks ini, perpustakaan tidak hanya berfokus pada penyediaan buku, tetapi juga pada penciptaan atmosfer yang mendukung interaksi sosial dan pengalaman belajar yang menyenangkan. Menurut Tazijan et al., Gen Z memiliki kecenderungan untuk mencari pengalaman yang lebih bermakna dan transformative dalam cara mereka berinteraksi dengan media dan ruang public, termasuk perpustakaan (Tazijan et al., 2023).
Di era digital yang serba cepat, perpustakaan tak lagi identic dengan tempat sunyi dan membosankan. Kini, perpustakaan bertransformasi menjadi ruang kreatif yang nyaman, menggabungkan konsep kafe dan coworking space untuk menarik minat Generasi Z.
ADVERTISEMENT
Salah satu inovasi menarik dalam pengelolaan perpustakaan masa kini adalah hadirnya konsep perpustakaan kafe, yaitu perpustakaan yang didesain menyerupai suasana kafe, lengkap dengan sajian makanan ringan dan suasana santai. Meskipun tampil lebih kasual, konsep ini tetap menjaga esensi utama perpustakaan sebagai pusat informasi dan literasi. Menurut Nur’aini, library café bertujuan menciptakan suasana nyaman agar pengunjung merasa betah berada di perpustakaan tanpa tekanan, sehingga mendorong kebiasaan membaca tumbuh secara alami (Nuraini, 2022).
Pendeketan ini bukan sekedar memberikan pengalaman membaca yang lebih menyenangkan, tetapi juga membuka ruang kreatif dan edukatif. Berbagai kegiatan seperti diskusi buku, temu penulis, pelatihan, hingga talk show rutin digelar untuk menarik minat masyarakat, terutama generasi muda yang lebih responsif terhadap interaksi sosial dan visual. Selain itu, strategi promosi melalui media sosial dan pemberian insentif seperti diskon turut mendukung keberhasilan konsep ini dalam menjangkau kalangan yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Dengan menggabungkan unsur hiburan dan edukasi, perpustakaan kafe tidak hanya mengubah persepsi bahwa perpustakaan itu membosankan, tetapi juga menjadi langkah nyata dalam meningkatkan budaya literasi masyarakat. Konsep ini membuka jalan bagi perpustakaan untuk tampil sebagai ruang public yang ramah, dinamis, dan relevan di era digital (Nuraini, 2022).
Penelitian oleh Aditya, menunjukkan bahwa konsep library café mampu menjadi pendekatan efektif dalam menarik minat baca generasi muda. Dalam studi tersebut, Aditya menjelaskan bahwa suasana santai dan desain ruang yang nyaman, seperti yang diterapkan di Moco Library Café, membuat anak muda lebih tertarik untuk mengunjungi perpustakaan dan terlibat dalam aktivitas literasi secara sukarela. Hal ini membuktikan bahwa pendekatan kreatif dalam pengelolaan perpustakaan dapat meningkatkan antusiasme membaca di kalangan generasi muda (Aditya, 2018).***
ADVERTISEMENT
Ghaida Diffa Syahida, Mahasiswa Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.