Konten dari Pengguna

Mengapa Kita Merasa Homesick

Ghaida Imtiyaz
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
30 November 2024 13:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ghaida Imtiyaz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar: pixabay/indrasona
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar: pixabay/indrasona
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu merasa rindu rumah yang begitu kuat sampai bikin kamu sulit fokus di tempat baru? Atau tiba-tiba merasa sedih karena mencium aroma masakan yang familiar dengan makanan di rumah? Itu adalah homesick, emosi yang dialami kebanyakan orang, terutama saat kamu pertama kali jauh dari rumah. Hal ini sering banget terjadi remaja yang baru memasuki kehidupan baru yang dituntut untuk hidup mandiri, yuk kita pahami dari kacamata sains!
ADVERTISEMENT
Pertama-tama, homesick ternyata bukan hanya rindu rumah, lho! Tetapi bagian dari reaksi emosional karena kita merasa kehilangan rasa aman dan nyaman, di otak kita terdapat sistem limbik yang bertanggung jawab atas pengaturan emosi, memori, dan respons terhadap stres. Dalam konteks homesick, sistem limbik sangat aktif karena otak kita sedang memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Berada lingkungan yang tidak familiar juga bisa menyebabkan kecemasan, jadi dalam tubuh kita terdapat hormon oksitosin, yang sering disebut dengan “hormon cinta’ atau “hormon keterikatan”.
Hormon ini dilepaskan otak saat kita berinteraksi dengan orang yang dekat secara emosional, mendapatkan dukungan baik emosional atau fisik, dan berada di lingkungan yang memberikan rasa aman. Saat kita jauh dari rumah, otak kita tidak lagi mendapatkan isyarat yang biasanya memicu pelepasan oksitosin, seperti suara anggota keluarga, aroma masakan rumah, atau pelukan hangat. Sebagai gantinya, otak memperbesar kenangan positif tentang rumah dengan bantuan hippocampus, sehingga rasa kehilangan semakin kuat.
ADVERTISEMENT
Kedua, homesick ini sangat rentan terjadi pada remaja menuju dewasa. Beberapa penelitian mencoba menjelaskan hubungan antara perubahan struktural otak pada remaja dan perubahan perilaku. Khususnya, fokus pada perkembangan korteks prefrontral dan bagaimana perubahan di area ini dapat terkait dengan perubahan dalam pengambilan keputusan, kontrol impuls, dan fungsi eksekutif lainnya (Casey, et al., 2008). Terdapat bagian di otak yaitu Prefrontal Cortex (PFC) yang terletak di area depan tepat di belakang dahi, yang membantu mengatur emosi dan respons stres.
Namun, pada usia remaja menuju dewasa Prefrontal Cortex belum sepenuhnya matang, hal tersebut menyebabkan kontrol emosi yang lemah, seperti rindu, cemas, atau takut akan terasa lebih intens. Pada usia ini juga, akan mudah terjebak dalam spiral emosi, seperti terus memikirkan betapa nyaman di rumah dibanding di lingkungan baru, tanpa bisa menenangkan diri. Bagian otak yang lain, bisa saja “menguasai” otak, memicu hormon stres berlebih, karena Prefrontal Cortex belum bisa mengontrolnya dengan baik.
ADVERTISEMENT
Ketiga, yang terjadi saat kita mengingat kembali kenangan positif tentang rumah yang secara langsung atau tidak akan memperkuat rasa rindu yang akan kita rasakan, otak mengambil peran besar di dalamnya, lho! Hippocampus adalah bagian penting dari otak yang terlibat dalam memori dan emosi, dalam konteks homesick, peran hippocampus sangatlah besar dalam membantu otak mengingat dan memproses pengalaman masa lalu, seperti kenangan tentang rumah dan orang-orang tercinta. Kenangan-kenangan tersebut akan dilapisi emosi oleh amigdala, jadi saat kamu mengingat akan terasa hangat, nyaman, atau bahkan penuh rindu.
Disinilah peran Prefrontal Cortex (PFC) dibutuhkan, Prefrontal Cortex akan menganalisis kenangan-kenangan tersebut dengan rasional, mencoba membantu kamu menerima kenyataan bahwa meskipun kamu jauh dari rumah, kamu tetap bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Jadi, hippocampus, amigdala, dan Prefrontal Cortex adalah tim utama dalam mengelola emosi dan memori. Saat homesick, hippocampus menghidupkan kenangan rumah, amigdala memproses emosi negatif, dan penentunya adalah Prefrontal Cortex jika Prefrontal Cortex cukup kuat, Prefrontal cortex akan menenangkan dan memberi sinyal bahwa emosi negatif tadi hanya sementara dan kamu akan kembali bangkit, tetapi jika Prefrontal Cortex tidak cukup kuat, homesick akan terasa lebih berat.
ADVERTISEMENT
sumber gambar: pixabay/hainguyenrp
Setelah memahami penjelasan homesick, juga memahami bagaimana otak memproses homesick, selanjutnya adalah cara mengelola homesick menurut neurosains!
1. Ciptakan zona nyaman di tempat baru
2. Bangun kebiasaan baru untuk membuat lingkungan terasa familiar
3. Tetap terhubung dengan orang rumah
4. Latihan mindfulness
5. Fokus pada pengalaman baru
Homesick adalah hal yang normal, ini pertanda bahwa kamu punya hubungan emosional yang sehat dengan rumah, terima semua perasaan yang terjadi baik senang ataupun sedih, lakukan hal-hal untuk mengelola homesick dan bangkit kembali! Meskipun rasa rindu itu berat, setiap langkah menuju adaptasi akan membantumu menciptakan ‘rumah’ di mana pun kamu berada, teruslah melangkah, walaupun dengan langkah kecil.