Konten dari Pengguna

Di Balik Layar: Mengintip Peran KPPU dalam Menjaga Keseimbangan Harga

Ghailan Maulidy Azra
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Manajemen
18 November 2024 15:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ghailan Maulidy Azra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mengenai timbangan yang seimbang menggambarkan keseimbangan dari harga yang ada di artikel (Sumber : https://pixabay.com/id/illustrations/keadilan-keseimbangan-pengacara-7998693/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mengenai timbangan yang seimbang menggambarkan keseimbangan dari harga yang ada di artikel (Sumber : https://pixabay.com/id/illustrations/keadilan-keseimbangan-pengacara-7998693/)
ADVERTISEMENT
Pernahkah terpikir mengapa harga makanan di angkringan Yogyakarta tetap bersahabat dengan kantong mahasiswa? Atau bagaimana Malioboro bisa mempertahankan keragaman pedagangnya di tengah gempuran toko modern? Sebagai mahasiswa Manajemen yang sedang magang MBKM, saya menemukan jawaban menarik di balik semua ini.
ADVERTISEMENT
Seperti Conductor Orchestra Ekonomi
Bayangkan ekonomi DIY dan Jawa Tengah sebagai sebuah orchestra besar. Di sini, KPPU berperan seperti conductor yang memastikan setiap instrumen - dari pedagang kaki lima hingga mal besar - bermain dalam harmoni yang seimbang. Tanpa peran mereka, bisa jadi "musik" ekonomi kita akan sumbang dan tidak enak didengar.
Kisah dari Sudut Angkringan
Saya sering menghabiskan malam dengan nongkrong di angkringan sekitar kampus UMY. Yang menarik, meski inflasi naik-turun, harga nasi kucing dan wedang jahe tetap stabil. Ternyata, ini bukan kebetulan. Ada peran KPPU dalam menjaga agar tidak ada pemain besar yang seenaknya mengendalikan harga bahan baku warung-warung kecil ini.
Malioboro: Laboratorium Ekonomi Terbuka
Malioboro adalah contoh nyata bagaimana keragaman ekonomi bisa dijaga. Di satu sisi ada toko modern, di sisi lain pedagang batik tradisional tetap eksis. Ini seperti eksperimen ekonomi hidup yang membuktikan bahwa dengan pengawasan yang tepat, bisnis besar dan kecil bisa tumbuh bersama.
ADVERTISEMENT
Fenomena Unik: Dari Kuliner hingga Kerajinan
Dalam pengamatan saya, ada beberapa fenomena menarik:
Sisi Lain yang Jarang Terekspos
Yang menarik, KPPU juga memainkan peran dalam hal-hal yang tidak terpikirkan sebelumnya. Misalnya, bagaimana mereka memastikan mahasiswa tetap bisa mendapatkan fotokopian murah di sekitar kampus, atau bagaimana warung burjo bisa tetap eksis di tengah maraknya café kekinian.
Ketika Modernitas Bertemu Tradisi
Di era digital ini, saya melihat bagaimana KPPU menghadapi tantangan unik: menjaga keseimbangan antara platform digital dengan pasar tradisional. Ini seperti menyaksikan tarian modern dan tradisional yang harus berjalan beriringan tanpa saling mengalahkan.
ADVERTISEMENT
Cerita dari Bangku Magang
Sebagai mahasiswa magang, saya mendapat perspektif unik tentang bagaimana sebuah lembaga pengawas bisa bekerja tanpa terkesan menakutkan. Ini seperti melihat sosok guru yang tegas tapi tetap bersahabat, menjaga agar semua siswa bermain adil di lapangan ekonomi.
Refleksi Pribadi
Setelah mengamati langsung, saya memahami bahwa ekonomi sehat bukan hanya tentang angka dan grafik. Ini tentang bagaimana pedagang sate angkringan bisa tetap tersenyum meski di sebelahnya berdiri restoran mewah, atau bagaimana penjual batik tradisional tidak khawatir tersisih oleh toko modern.
Menatap Masa Depan
Sebagai generasi muda yang akan mengambil peran dalam ekonomi masa depan, saya melihat KPPU seperti penjaga keseimbangan dalam ekosistem ekonomi. Mereka memastikan bahwa di DIY dan Jateng, setiap pelaku ekonomi - besar atau kecil, tradisional atau modern - memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Dari sudut pandang mahasiswa yang gemar mengamati dinamika kota, KPPU seperti pahlawan tak terlihat yang menjaga agar ekonomi tetap inklusif dan berkeadilan. Mereka memastikan bahwa cerita sukses ekonomi bukan hanya milik yang besar, tapi juga yang kecil.
---
Penulis: Ghailan Maulidy Azra
Mahasiswa Magang MBKM Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta