Konten dari Pengguna

Jebakan Harga Murah: Saat Diskon Besar-besaran Mengancam Pasar Tradisional

Ghailan Maulidy Azra
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Manajemen
25 November 2024 12:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ghailan Maulidy Azra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi gambar yang menjelaskan pengancaman yang mana berhubungan dengan topik pada artikel dibawah ini (Sumber : https://pixabay.com/id/photos/anak-laki-laki-remaja-siswa-amarah-2736659/)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi gambar yang menjelaskan pengancaman yang mana berhubungan dengan topik pada artikel dibawah ini (Sumber : https://pixabay.com/id/photos/anak-laki-laki-remaja-siswa-amarah-2736659/)
ADVERTISEMENT
Tren diskon besar-besaran yang ditawarkan perusahaan ritel modern memang menggiurkan bagi konsumen. Namun, di balik gemerlapnya potongan harga, tersimpan dampak yang lebih dalam terhadap ekosistem perdagangan lokal. Ketika satu pelaku usaha mampu menjual jauh di bawah harga pasar dalam waktu lama, pertanyaannya: apakah ini benar-benar menguntungkan masyarakat dalam jangka panjang?
ADVERTISEMENT
Praktik predatory pricing atau penetapan harga predator ini bukan hal baru. Bayangkan sebuah minimarket modern yang secara konsisten menjual produk di bawah harga modal. Awalnya, konsumen memang diuntungkan dengan harga murah. Namun, setelah warung kelontong dan pedagang kecil di sekitarnya gulung tikar karena tidak mampu bersaing, harga perlahan-lahan mulai naik.
Dampaknya tidak berhenti di situ. Ketika warung tradisional tutup, rantai ekonomi lokal ikut terganggu. Distributor kecil kehilangan pelanggan, lapangan kerja berkurang, dan pada akhirnya, pilihan konsumen menjadi terbatas. Yang tersisa hanya pemain besar yang bisa seenaknya menentukan harga.
Fenomena ini juga merambah dunia digital. Platform besar dengan modal kuat bisa memberikan subsidi besar-besaran, membuat pelaku usaha lokal kesulitan bersaing. Ketika kompetitor sudah tersisih, subsidi dicabut, dan konsumen tidak punya pilihan selain menerima kenaikan harga.
ADVERTISEMENT
Persaingan sehat seharusnya mendorong inovasi dan efisiensi, bukan praktik predator yang mematikan pesaing. Masyarakat perlu lebih kritis melihat tawaran harga yang terlalu rendah. Murah hari ini bisa jadi mahal di kemudian hari ketika tidak ada lagi alternatif pilihan.
Pengawasan ketat terhadap praktik persaingan usaha tidak sehat menjadi kunci. Tanpa ini, kita bisa terjebak dalam monopoli terselubung yang pada akhirnya merugikan konsumen dan ekonomi secara keseluruhan.