Mangut Lele Mbah Marto: Makanan Tradisional yang Terus Diburu Pecinta Kuliner

Ghalda Nauli
Mahasiswi Ilmu Komunikasi di UPN "Veteran" Yogyakarta
Konten dari Pengguna
26 November 2022 22:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ghalda Nauli tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lele Mangut Mbah Marto, Salah Satu Makanan Tradisional Yogyakarta yang Terus Diburu (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Lele Mangut Mbah Marto, Salah Satu Makanan Tradisional Yogyakarta yang Terus Diburu (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
ADVERTISEMENT
Yogyakarta menjadi salah satu kota di Indonesia yang terus membuat penggemar kuliner merasa penasaran. Banyaknya inovasi menu makanan menjadi salah satu daya tarik daerah Yogyakarta. Ketika berbicara Yogyakarta, makanan yang pasti terlintas adalah gudeg dan juga bakpia.
ADVERTISEMENT
Selain gudeg, wisata kuliner yang terkenal di daerah Yogyakarta khususnya daerah Bantul adalah mangut lele. Pioner Mangut Lele di Yogyakarta adalah Mbah Marto, yang sudah berjualan Mangut Lele sejak tahun 1980-an. Rumah makan ini dikenal dengan nama Mangut Lele Mbah Marto. Telah berdiri kurang lebih selama 42 tahun, Mangut Lele Mbah Marto sudah berkembang sangat pesat dengan banyaknya menu yang ada serta luas rumah makan yang bertambah.

Berawal dari Jualan Keliling

Suasana Mangut Lele Mbah Marto (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Ibu Ana, menantu dari Mbah Marto yang saat ini melanjutkan bisnis menjelaskan bahwa Mangut Lele Mbah Marto berawal dari jualan keliling di daerah Tugu. Mbah Marto melanjutkan usaha makanan dari mendiang ibunya sehingga cita rasa yang ada tetap terjaga keasliannya. Seiring bertambahnya usia, Mbah Marto memutuskan untuk membuka rumah makan sendiri di daerah ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta pada tahun 1980-an.
ADVERTISEMENT
Keputusan Mbah Marto untuk membuka rumah makan dan berhenti untuk berjualan keliling membuat banyak sekali pelanggan yang bingung. “Menu sebelumnya yang terkenal dari rumah makan ini adalah Gudeg Geneng, karena udah ga jualan keliling lagi, banyak pelanggan yang mencari di daerah Geneng dan akhirnya promosi lewat mulut ke mulut deh,” jelas Ibu Ana. Ibu Ana juga menambahkan bahwa saat ini lokasi Mangut Lele Mbah Marto sudah dialihkan ke Jalan Sewon Indah, bukan lagi Jalan Parangtritis seperti sebelumnya.
Promosi awal yang dilakukan oleh Mangut Lele Mbah Marto sepenuhnya dari kekuatan mulut ke mulut, keterbatasan teknologi dan juga sumber daya pada zaman itu membuat tidak banyak cara yang bisa dilakukan. Tetapi, dampak yang ditimbulkan dari promosi ini sangat besar sehingga Mangut Lele Mbah Marto terus diburu oleh pecinta kuliner.
ADVERTISEMENT

Asal Usul Nama Mangut Lele

Pelanggan yang sedang Mengambil Menu (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Nama rumah makan dan menu utama yang sangat unik, yaitu Mangut Lele membuat banyak orang bertanya-tanya tentang asal usul dan arti sebenarnya. Nama Mangut Lele tidak diberikan secara asal oleh Mbah Marto, karena ada asal usul yang sangat unik dari penamaan menu paling populer di rumah makan ini. Hal ini juga berkaitan dengan keunikan Mangut Lele Mbah Marto dibandingkan dengan Mangut Lele lainnya. Lele yang ada di rumah makan ini dimasak dengan cara diasap menggunakan asap dari kayu bakar, bukan di bakar atau di goreng biasa. Lele yang sifatnya akan mengulet ketika keluar dari air ditusuk hingga dapat diproses menjadi masakan yang lezat.
ADVERTISEMENT
“Karena dimasak pedas, pasti semua pelanggan akan kepedasan dengan mengatakan huu haah, dan akhirnya mangut-mangut,” jelas bu Ana. Ekspresi dari pelanggan yang menyantap Mangut Lele membuat Mbah Marto terinspirasi sehingga memberikan nama Mangut Lele.
Tidak banyak yang mengetahui cerita ini karena mengira nama Mangut Lele Mbah Marto adalah nama menu yang sejak dulu ada. Inovasi menu yang dilakukan rumah makan ini membuat Mbah Marto harus mencari keunikan tersendiri dari menu yang ada.

Konsep Open-Kitchen sebagai Menu Makanan Tradisional

Konsep Open-kitchen yang Tidak Pernah Berubah (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Keunikan dari Mangut Lele Mbah Marto adalah konsep open-kitchen yang tidak pernah berubah dari tahun 1980-an hingga saat ini. Ibu Ana menjelaskan bahwa kesan utama yang ingin ditanamkan kepada pengunjung ketika menikmati Mangut Lele Mbah Marto adalah seperti kembali ke rumah nenek. Semua harus bisa berkumpul untuk makan bersama dan juga mengambil sendiri makanan yang sudah disajikan, seperti berlibur di rumah nenek.
ADVERTISEMENT
Mangut Lele Mbah Marto juga tidak membedakan siapapun yang datang, karena semua pelanggan sama berharganya bagi rumah makan ini. Semua harus mengambil sendiri makanan yang ada di dapur dan bisa menikmatinya di ruang makan yang sudah disediakan. “Saya maunya semua menu bisa ada di Mangut Lele Mbah Marto, jadi semua orang bisa ngumpul di sini saja menikmati berbagai macam menu,” tambah bu Ana.
Saat ini, Mangut Lele Mbah Marto juga sudah aktif di Instagram sehingga membuat pelanggan tetap bisa mengetahui informasi terbaru seperti jam tutup rumah makan hingga menu baru yang sudah bisa dinikmati. Mangut Lele Mbah Marto memiliki jam buka dan tutup yang sangat fleksibel dan menyesuaikan dengan kondisi dari pekerja yang ada.
ADVERTISEMENT