Konten dari Pengguna

Dari Remaja ke Dewasa: Refleksi Kehidupan dan Karier dalam Film 13 Going on 30

Nur Ghanya Khairunnisa
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta
23 Oktober 2024 21:26 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Ghanya Khairunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Meskipun terdengar cliché, terkadang menonton film merupakan sebuah pengalaman yang "menyenangkan". Sebuah Film yang menarik tentunya menawarkan sensasi baru – namun, karakter, lagu, estetika, maupun latar yang dinamis dapat membuat penonton tersenyum serta tertarik untuk mengikuti alur cerita. Dilansir dari Idntimes.com (2024), penonton hanya perlu menonton film Sony Pictures berjudul ‘13 Going on 30’ sebagai contoh terbaik dari film semacam itu. Dengan latar yang terbagi menjadi dua era yang berbeda dalam satu film—tahun 1987 dan 2004— Film 13 Going on 30 menonjolkan perbedaan suasana yang menggirangkan antara masa remaja (1987) serta masa dewasa (2004) pada tokoh utama.
sumber : shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber : shutterstock.com
Sinopsis Film
ADVERTISEMENT
Disutradarai oleh Gary Winick, 13 Going on 30 (2004), merupakan sebuah film komedi romantis. Dibintangi oleh Christa B. Allen, Jenna Rink seorang gadis baru berusia 13 tahun, bermimpi untuk menjadi wanita yang cantik, populer, serta sukses. Jenna mengalami penindasan yang pada umumnya dialami oleh remaja seusianya, hal tersebut mendorongnya untuk berharap agar dirinya berusia 30 tahun. Jenna frustrasi akan masa remajanya yang tidak cepat usai serta canggung. Gadis tersebut berkeinginan untuk mewujudkan tagline majalah dindingnya “thirty, flirty, and thriving!” ke dalam lifestyle nya. Dengan sebuah sentuhan keajaiban, keinginan Jenna Rink (diperankan oleh Jennifer Garner) terkabul. Entah bagaimana, pada suatu pagi hari, Jenna terbangun di lemarinya dan 17 tahun telah berlalu.
ADVERTISEMENT
Sekarang dirinya berusia 30 tahun dan sedang menjalani kehidupan yang selalu dia impikan. Rink mendapatkan profesi sebagai editor majalah mode yang ternama di New York, serta menikmati kehidupan barunya. Namun, ia menyadari bahwa masa dewasa, alias dirinya di usia 30 ini, jauh lebih kompleks dibandingkan dengan apa yang Jenna bayangkan pada saat 13 tahun. Jenna Rink menemukan dirinya dalam tantangan maupun kesulitan yang fluktuatif. Dia semakin jauh dari sahabat masa kecilnya, Matt Flamhaff (diperankan oleh Mark Ruffalo). Selain Matt, terdapat Lucy Wyman (diperankan oleh Judy Greer), rekan kerja dan sahabat Jenna.
sumber : shutterstock.com
Singkat cerita, Jenna menyadari bahwa dalam upaya untuk menggapai kesuksesan dalam menjalani kariernya, telah membawanya untuk membuat pilihan yang berisiko besar. Saat Jenna menjalani dunia tanggung jawabnya sebagai orang dewasa, hubungan serta tantangan kariernya sekaligus, ia memperoleh banyak pelajaran berharga mengenai persahabatan, cinta, dan kesetiaannya terhadap dirinya sendiri. Dengan bantuan Matt, Jenna berusaha untuk memperbaiki kesalahan dalam kehidupannya selama 30 tahun, diiringi dengan kepolosan (naïve) serta sifat kekanak-kanakannya yang memudar dalam perjalanannya.
ADVERTISEMENT
Film ini merupakan kisah yang mengharukan serta menyinggung topik penemuan diri, kesempatan kedua, dan menekankan esensi penerimaan diri sendiri. Melalui kisah transisi Jenna Rink dari usia 13 ke 30 dalam semalam, 13 Going on 30 menyuguhkan alur cerita yang energik mengenai perjalanan hidup. Dari sudut pandang industri perfilman dan aliran film, karya film ini menawarkan beberapa sudut pandang yang menarik untuk dianalisis.
sumber : shutterstock.com
Industri film secara keseluruhan terdiri dari tahap proses produksi, distribusi, promosi dan eksibisi, serta konsumsi. Masing – masing tahapan sangat berkaitan demi kesuksesan sebuah film (Astuti, 2022, h.47). Proses industri film yang tepat dibutuhkan sebuah perusahaan film sebagai acuan, sehingga dapat tersampaikan kepada target pasar/ niche konsumen (penonton) yang sesuai. Sebagai film yang diproduksi oleh salah satu studio besar Hollywood, Sony Pictures, 13 Going on 30 merupakan hasil dari strategi pemasaran yang ditujukan untuk menjangkau segmen pasar luas, khususnya penonton yang menggemari genre komedi romantis.
sumber : shutterstock.com
Film ini dirilis pada April 23 2004, pada masa ketika komedi romantis berada di puncak popularitas, sehingga mencerminkan selera publik (film-film yang ringan, menghibur, dan penuh pesan moral). Melansir data yang disediakan oleh Box Office Mojo, (n.d.). 13 Going on 30 Box Office, kesuksesan komersial film ini dapat dilihat dari penerimaan positif dari penonton dan keberhasilannya di box office, di mana 13 Going on 30 meraup lebih dari $96 juta secara global.
ADVERTISEMENT
13 Going on 30 memanfaatkan nostalgia sebagai strategi pemasaran yang efektif. Dinilai melalui penggunaan latar yang diimbangi antara dua era—tahun 1987 dan 2004—film ini menarik generasi millenial yang tumbuh pada era 80-an namun tetap relevan dengan penonton Gen Z pada tahun 2000-an. Elemen-elemen budaya pop seperti musik, mode, dan tren sosial dari era 80-an hingga 2000-an menjadi daya tarik emosional yang kuat, khususnya bagi penonton yang ingin merasakan kembali nostalgia serta kekhasan lifestyle ikonik masa lalu. Tema ini, ditambah dengan akting Jennifer Garner dengan penuh pesona, menjadikan film ini sukses menarik demografis yang lebih luas, termasuk wanita muda dan ibu rumah tangga.
Jennifer Garner sebagai Jenna dan Mark Ruffalo sebagai Matt (sumber : shutterstock.com)
Aliran Film (Genre) merupakan sebuah jenis khusus, gaya dan kelas, atau klasifikasi yang dibentuk berdasarkan penggambaran/ potongan cerita dari sebuah film (Astuti, 2022, h. 23). Bagi pekerja film, genre merupakan pedoman yang esensial dalam proses pembuatan maupun proses promosi sebuah film. Beriringan dengan perkembangan pesatnya arus informasi dan teknologi, 3 jenis utama genre film (drama, horror, laga) saling berkesinambungan dengan satu sama lain. Dalam industri perfilman, fenomena tersebut memproduksikan subgenre film yang bervarisi. Film 13 Going on 30 beroperasi dalam dua genre film yang cukup populer: komedi romantis (romcom) dan fantasi ringan.
sumber : shutterstock.com
Komedi romantis sering kali mengeksplorasi hubungan antar-karakter dengan bumbu-bumbu humor, situasi yang menyentuh, serta perkembangan karakter yang mengarah pada penemuan cinta atau jati diri. Film ini menggunakan genre tersebut melalui cuplikan adegan yang menggabungkan nostalgia masa lalu dengan bagaimana cinta dan persahabatan dapat berkembang seiring waktu. Penggunaan genre romcom ini terkonfirmasikan melalui hubungan antara Jenna dan Matt sebagai bagian dari alur cerita film.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, unsur subgenre fantasi dalam film ini, digambarkan pada saat adegan dimana Jenna menjadi dewasa secara ajaib. Sentuhan fantasi tersebut memberikan warna baru dalam genre komedi romantis. Gary Winick, selaku sutradara film 13 Going on 30, memanfaatkan fantasi untuk menciptakan situasi humoris, namun tetap menghadirkan realita emosional yang memosisikan Jenna Rink dalam merefleksikan dirinya serta kehidupan yang ia jalani. Fantasi dalam 13 Going on 30 mengizinkan penonton untuk ikut terhanyut dalam keajaiban sekaligus menyaksikan perjalanan emosional Jenna yang lebih dewasa.
sumber : shutterstock.com
Memanfaatkan aliran subgenre komedi romantis, film ini tetap berpegang pada formula yang masyhur: protagonis menghadapi dilema pribadi serta romansa, kemudian dikemas dengan pertumbuhan emosional, hingga pada akhirnya menemukan kebahagiaan. Namun, dengan kombinasi elemen subgenre fantasi, film ini melangkah lebih jauh dari sekedar komedi romantis konvensional. Fantasi dalam 13 Going on 30 membuka potensi narasi mengenai kesempatan kedua, penyesalan, serta memperbaiki kesalahan masa lalu.
ADVERTISEMENT
13 Going on 30 tidak hanya menjadi film yang menghibur dengan alur yang menyenangkan, namun juga mencerminkan berbagai aspek industri perfilman Hollywood, mulai dari strategi pemasaran hingga eksplorasi aliran film (genre) yang populer. Film ini menawarkan komedi romantis klasik beriringan dengan fantasi ringan, yang menarik bagi berbagai kelompok penonton melalui nostalgia disertai pesan moral. Kesuksesannya membuktikan bahwa film semacam ini memiliki tempat tersendiri di hati para audiens, melalui kolaborasi subgenre yang bertema universal seperti cinta, persahabatan, dan perjalanan menuju kedewasaan.
sumber : shutterstock.com
Daftar Pustaka
Winick, G. (Director). (2004). 13 Going on 30 [Film]. Sony Pictures.
Astuti, Vita. (2022). Buku Ajar Filmologi Kajian Film
Idntimes.com. (2023). 6 Alasan 13 Going on 30 Masih Seru Ditonton, Film Klasik Ikonik! Retrieved from https://www.idntimes.com/
ADVERTISEMENT
Box Office Mojo. (n.d.). 13 Going on 30 Box Office. Retrieved from https://www.boxofficemojo.com
Oleh :
Nur Ghanya Khairunnisa (220908085)
Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta