Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Sampah Makanan di Indonesia Masalah Mendesak
1 November 2024 14:29 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ghea Ainun Zulfa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Permasalahan sampah makanan di Indonesia sudah mencapai situasi kritis. Menurut laporan Indeks Limbah Makanan Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) tahun 2021, Indonesia menempati peringkat keempat dunia dalam hal produksi limbah makanan. Jumlah yang sangat besar ini tidak hanya membebani lingkungan, namun juga menimbulkan dampak ekonomi dan sosial.
ADVERTISEMENT
Indonesia menghasilkan 300 ribu kg sampah makanan setiap tahunnya, jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan sampah yang dihasilkan di Amerika Serikat. Limbah makanan juga berkontribusi terhadap peningkatan emisi global. Selain itu, sampah makanan yang menumpuk di tempat pembuangan sampah menghasilkan gas metana, yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Perkiraan menunjukkan bahwa 8-10% emisi gas rumah kaca global berasal dari makanan yang tidak dikonsumsi. Selain itu, proses pembusukan pangan juga mencemari tanah dan air. Terlalu banyak sampah dapat menyebabkan sampah mengalir ke laut sehingga membahayakan kelangsungan biota perairan
Sisa makanan merupakan makanan yang layak dikonsumsi namun tidak dimakan dan dibuang. Limbah ini dapat dihasilkan di sepanjang rantai pasokan makanan, mulai dari produksi hingga pemrosesan, distribusi, dan konsumsi. Kehilangan pangan mengacu pada pangan yang hilang atau rusak sebelum sampai ke konsumen. Kerugian ini seringkali disebabkan oleh kegagalan teknis atau alam dalam proses produksi dan distribusi.
ADVERTISEMENT
Permasalahan sampah dan kehilangan makanan merupakan isu global yang semakin mendesak. Sejumlah besar pangan yang layak dikonsumsi dan dapat diolah menjadi produk lain berakhir di tempat pembuangan sampah setiap hari. Hal ini merupakan suatu permasalahan yang ironis, mengingat masih banyak masyarakat di dunia yang mengalami rawan pangan. Untuk mengambil tindakan yang tepat untuk mengurangi sampah makanan, sangat penting untuk memahami perbedaan antara sampah makanan dan sampah makanan. Dengan mengurangi sampah dan kehilangan pangan, kita dapat berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan dan menjamin ketersediaan pangan untuk generasi mendatang.
Ada berbagai pendekatan untuk mengatasi sisa makanan dan kehilangan makanan. Kita perlu meningkatkan kesadaran konsumen terhadap limbah makanan, meningkatkan manajemen rantai pasokan, dan mengoptimalkan produksi. Di sisi lain, mencegah hilangnya pangan memerlukan peningkatan teknologi pertanian, peningkatan infrastruktur, dan peningkatan kualitas pasca panen. Selain itu, sampah makanan yang menumpuk di tempat pembuangan sampah menghasilkan gas metana, yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Selain itu, proses pembusukan pangan juga mencemari tanah dan air. Terlalu banyak sampah dapat menyebabkan sampah mengalir ke laut sehingga membahayakan kelangsungan biota perairan
ADVERTISEMENT
Dari sudut pandang ekonomi, membuang-buang makanan berarti membuang-buang sumber daya seperti air, energi, dan semakin langkanya lahan pertanian.
Akar permasalahan ini sangat kompleks. Mulai dari kebiasaan masyarakat dalam membeli dan mengolah pangan hingga sistem distribusi pangan yang tidak efisien. Kurangnya kesadaran akan pentingnya pengurangan sampah makanan dan kurangnya infrastruktur yang memadai untuk pengelolaan sampah juga menjadi faktor penghambatnya.
Mengatasi permasalahan ini memerlukan upaya gabungan dari berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah perlu menerapkan pedoman yang lebih ketat dalam pengelolaan limbah makanan, termasuk menciptakan insentif bagi produsen dan konsumen untuk mengurangi limbah makanan. Penting juga untuk memberikan informasi lengkap kepada masyarakat tentang pentingnya pengurangan kehilangan pangan dan bagaimana menerapkannya.
Kontribusi pemerintah terhadap pengembangan kebijakan untuk mengurangi sampah makanan, memberikan insentif bagi pelaku ekonomi untuk menerapkan praktik berkelanjutan, dan meningkatkan infrastruktur pengelolaan sampah organik. Selain itu, pelaku ekonomi dapat mengoptimalkan manajemen rantai pasokan, mengurangi ukuran makanan di restoran, dan memberikan label tanggal kedaluwarsa yang lebih akurat.
ADVERTISEMENT
Industri makanan juga berperan penting dalam mengurangi limbah makanan. Produk dapat dibuat lebih inovatif dengan mengurangi pengemasan yang berlebihan dan menerapkan proses produksi yang lebih efisien. Selain itu, industri katering dapat bekerja sama dengan aplikasi dan platform berbagi makanan untuk mendistribusikan sisa makanan yang masih dapat dimakan.
Yang terpenting, konsumen yang membeli pangan setiap saat harus mampu mengelola dan membeli pangan dalam jumlah yang cukup, menyimpan pangan dengan baik, dan memanfaatkan kelebihan pangan. Perilaku konsumsi masyarakat juga perlu diubah. Mulai dari membuat daftar belanjaan sebelum berbelanja hingga menyimpan makanan dengan baik dan memanfaatkan sisa makanan untuk membuat makanan baru. Kampanye kesadaran tentang pentingnya pengurangan sampah makanan harus terus digalakkan baik melalui media massa maupun di sekolah dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dengan upaya bersama, permasalahan sampah makanan di Indonesia dapat diatasi. Mengurangi sampah makanan tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, namun juga dapat meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.
Ghea Aiunun Zulfa, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik UIN Bandung