Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menerawang Indonesia di Megatrend Dunia 2045
7 September 2020 12:59 WIB
Tulisan dari Ghifar Hawary tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Megatrends adalah sumber kekuatan utama yang bersifat global, berkelanjutan dan berkekuatan ekonomi makro yang berdampak pada sistem sosial dan lanskap ekonomi dunia. Perubahan ini bersifat radikal, masif, terstruktur, dan tidak dapat dibendung, berimplikasi pada sumber daya dimulai dengan kelangkaan sumber pangan, air, dan energi, urbanisasi yang masif, dan pertumbuhan ekonomi kelas menengah dunia.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, pemerintah, perusahaan atau pemangku kepentingan harus secara berhati-hati dalam merespon, mendiagnosa, menganalisis, mendesain strategi masa depan dan proses perencanaan yang konsisten dan berkelanjutan agar perubahan ini berdampak positif dan berkelanjutan.
Berdasarkan laporan dari Global PricewaterhouseCoopers (PwC) (2016), perusahaan ini mengidentifikasi lima megatrends global dalam dua dekade mendatang yaitu urbanisasi yang cepat, perubahan iklim dan kelangkaan sumber daya, geopolitik, demografi dan perubahan sosial, dan terobosan teknologi.
Sementara Roland Berger (2017) memproyeksikan tujuh megatrends menjelang 2030 dengan dua tambahan baru dari PwC yaitu globalisasi dan pasar masa depan, dan keberlanjutan dan tanggung jawab global. Dari lima dan tujuh megatrends ini, Pusat Kolaborasi Kimia Berkelanjutan Internasional (ISC3) PBB (2018) juga merumuskan enam megatrends yang intinya hampir sama. Dalam menganalisa megatrends ini, mereka didukung oleh data yang dapat diverifikasi.
ADVERTISEMENT
Potensi dan tantangan Indonesia dalam menghadapi megatrend dunia sebenarnya tidak berubah dan jelas. Terbukti ketika pada tahun 2005, trend dunia sudah diperkirakan oleh Indonesia dengan melihat trend hingga tahun 2025. Apa-apa yang menjadi pegangan dalam menghadapi gejala atau bahkan kemajuan dunia dari berbagai sisi, sudah diperkirakan oleh Indonesia dan menjadi acuan untuk kedepannya.
Tak berbeda dengan Visi Indonesia 2045 yang dipaparkan oleh Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro selaku Menteri PPN/Kepala Bappenas., bahwa pemaparan ini bukan untuk bertujuan politik namun lebih kepada agar Indonesia lebih mengetahui bahkan bisa menjadi acuan arah dan akan kemana Indonesia dimasa depan dari berbagai aspek. Visi Indonesia 2045 dibuat berdasar pada kenyataan saat ini dan melihat trend yang mungkin terjadi dimasa depan.
ADVERTISEMENT
Dulu era globalisasi digambarkan hanya dengan perdagangan, barang dan jasa, tapi sekarang globalisasi sudah mulai merambah ke sektor keuangan. Sehingga volatilitas di sektor keuangan intesitasnya menjadi lebih sering. “Sebagai contoh, tidak ada nilai tukar tetap terhadap mata uang seperti pada tahun 80-90an dimasa sekarang, dan terbukti Indonesia pun siap dengan nilai tukar yang berubah-ubah karena Indonesia sendiri sudah mengikuti pergerakan pasar dunia dalam globalisasi sektor keuangan, dan karena itu adalah rule of the game nya.
Masih dalam pemaparannya, untuk menghadapi megatrend tersebut, Indonesia diharapkan meningkatkan pilar pembangunan 2045 yang meliputi aspek Pembangunan Manusia dan Penguasaan Iptek, Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, Pemerataan Pembangunan dan Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan.
Menurut Prof. Bambang, megatrend pada 2045 adalah meliputi Demografi Global, Urbanisasi Dunia, Peranan Emerging Economies, Perdagangan Internasional, Keuangan Internasional, Dominasi Kelas Menengah, Persaingan Sumber Daya Alam, Teknologi, Perubahan Iklim dan Perubahan Geopolitik.
ADVERTISEMENT
Pertama, megatrend demografi. Ditandai dengan semakin tingginya migrasi antar negara (borderless society), dan peningkatan proporsi penduduk usia lanjut. Dalam 30 tahun ke depan, pertumbuhan penduduk dunia diperkirakan melambat. Hal ini membawa konsekuensi pada penyesuaian sektor produksi untuk menjawab kebutuhan hidup masyarakat dengan life span yang semakin panjang.
Kedua, megatrend urbanisasi. Pada 2050, PBB memperkirakan sekitar 65 persen penduduk dunia akan tinggal di perkotaan dengan 95 persen pertambahannya terjadi di emerging economies. Konsekuensinya, peranan perkotaan dalam pembangunan semakin penting, sebagai ruang bagi berkembangnya eksternalitas positif dari aglomerasi industri dan tenaga kerja terlatih.
Ketiga, megatrend perdagangan internasional. Kawasan Asia Pasifik diyakini tetap mampu menjadi poros perdagangan dan investasi dunia. Namun dengan adanya Trump effects diperkirakan akan mendorong keseimbangan baru, termasuk dalam konsep peningkatan global production network. Antisipasi industri nasional terhadap dampak dari perubahan ini dapat diupayakan melalui penguatan kerja sama internasional serta perdagangan dan investasi dalam kawasan.
ADVERTISEMENT
Keempat, megatrend kemunculan kelas menengah di emerging market economies (EMEs) di kawasan Asia dan Amerika Latin. Secara ekonomi, kelas menengah akan menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi karena meningkatnya pendapatan per kapita akan mendorong pengeluaran serta meningkatkan tabungan dan investasi.
Khusus Indonesia, penduduk yang tergolong consuming class pada 2015 adalah sebanyak 45 juta, dan akan terus meningkat sehingga pada 2045 mencapai 258 juta orang atau 80 persen dari penduduk Indonesia. Untuk itu, kemampuan menguasai pasar domestik sangat penting, dengan melihat industri apa yang diperlukan untuk 258 juta consuming class Indonesia..
Kelima, megatrend dalam persaingan sumber daya alam (SDA) dan geostrategis. Persaingan memperebutkan SDA ke depan akan tetap tinggi seiring dengan bertambahnya penduduk dunia, meningkatnya kegiatan ekonomi, serta perubahan gaya hidup. Kondisi ini membawa konsekuensi bahwa pengembangan industri nasional diarahkan untuk menjaga dan mengelola SDA dengan inovasi dan teknologi.
ADVERTISEMENT
Keenam, revolusi industri yang ke depan akan memasukan fase Industry 4.0. Pada fase ini, internet of things atau otomatisasi dan penerapan teknologi yang bertumpu pada internet dan pertukaran data (big data) akan menjadi tren manufaktur yang memungkinkan adanya proses yang lebih efisien dalam proses manufaktur (smart factory) dan pengelolaan value chain.
Dengan mencermati megatrend global tersebut, diharapkan Indonesia dapat menjadi developed country dengan sektor industri sebagai penggerak utama ekonominya.
Indonesia mampu keluar dari middle income trap atau menjadi negara maju pada 2034 dengan PDB per kapita USD13.000, dan terus meningkat hingga mencapai USD 29.000 pada 2045. Untuk itu, ekonomi Indonesia perlu tumbuh dengan laju rata-rata 6,4 persen dalam periode 2017-2045, dan diharapkan kontribusi PDB sektor industri manufaktur terus meningkat mencapai 32 persen di tahun 2045.
ADVERTISEMENT