Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Transisi Energi Sektor Ketenagalistrikan: Menuju Net Zero Emission 2060
28 Februari 2022 12:19 WIB
Tulisan dari Ghina Suci Ramadhanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Energi merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Semenjak ada listrik, produktivitas manusia lebih meningkat daripada sebelumnya. Dahulu, manusia berkegiatan sejak matahari terbit hingga matahari terbenam. Namun, dengan adanya listrik, produktivitas manusia bisa berjalan saat malam hari. Sekitar 26% kebutuhan energi manusia menggunakan batu bara dan sekitar 37% energi listrik dihasilkan dari batu bara. Batu bara merupakan sumber bahan bakar yang paling melimpah dan tersebar luas di dunia. Namun, dalam mengubah batu bara menjadi energi dibutuhkan proses pembakaran. Proses ini akan menghasilkan gas emisi, salah satunya adalah karbon dioksida. Tiap tahunnya, pembakaran batu bara menghasilkan lebih dari 15 juta ton karbon dioksida yang terlepas di atmosfer.
ADVERTISEMENT
Energi diibaratkan sebagai dua mata pedang. Dalam memenuhi kebutuhan manusia, energi sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi dengan adanya energi juga menimbulkan isu lingkungan. Sering kali, ketika energi yang diutamakan maka lingkungan akan tersisihkan. Begitu pula sebaliknya, jika lingkungan ingin lestari maka, penggunaan energi harus dikurangi. Namun, sebagai manusia yang ingin berkembang, energi dan lingkungan harus berdampingan. Kebutuhan energi harus terpenuhi dan lingkungan pun harus lestari. Hal ini bisa tercapai jika sumber daya energi yang dipakai ramah lingkungan.
Energi Baru dan Terbarukan (EBT) mendukung pembangunan rendah karbon Indonesia. Dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, maka akan mengurangi dampak dari perubahan iklim. Sumber Energi Baru dan Terbarukan pada tahun 2021 hingga 2060 memiliki tren yang semakin meningkat, bertolakbelakang dengan sumber daya batu bara. Kemudian, sumber Energi Baru dan Terbarukan (EBT) akan diolah menjadi energi listrik demi terlaksananya pembangunan rendah karbon di Indonesia. Sumber daya energi surya merupakan energi yang berasal dari matahari. Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia sebagai negara tropis yang disinari oleh matahari sepanjang tahun, sinar matahari bisa menjadi energi yang dapat digunakan oleh pembangkit listrik tenaga surya dan sel surya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, terdapat transisi energi menuju net zero emission atau karbon netral 2060. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) telah membuat peta jalan transisi energi menuju karbon netral pada 2060. Pada tahun 2021 hingga 2025 terdapat target-target yang akan dilaksanakan. Target tersebut adalah membuat Peraturan Presiden (perpres) tentang EBT, memaksimalkan CCT, mensubsitusi batu bara dengan biomassa, membuat UU EBT, hingga target EBT 23% yang didominasi PLTS.
Kemudian pada tahun 2026 hingga 2030, target yang akan dicapai adalah memberhentikan impor LPG dan EBT 42% didominasi oleh PLTS. Angka 42% ini dapat diraih dengan tidak adanya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan batu bara sebagai sumber energinya setelah 2030. Kemudian, setelah memberhentikan impor LPG, maka hal yang dilakukan untuk menggantikan LPG adalah program jaringan gas untuk 10 juta rumah, Selain itu, terdapat DME atau dimetil eter yang merupakan senyawa kimia yang lebih ramah lingkungan, tidak memiliki bau, tidak bersifat toksik, dan tidak merusak ozon. Kemudian terdapat target listrik 1.548 kWh/kapita. Target ini naik sekitar 300 kWh/kapita dibanding dengan target pada tahun 2025.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2031 hingga 2035, memiliki target mempensiunkan PLTU tahap pertama dan menggantikan dengan pembangkit listrik EBT. Pada tahap pertama ini targetnya adalah sebesar 1 GW. Pada tahun ini target EBT meningkat menjadi 57% dan didominasi oleh energi surya, energi air dan energi panas bumi. Kemudian target listrik meningkat sekitar 500 kWh dibanding 5 tahun 2030, yaitu sebesar 2.085 kWh/kapita. Target mempesiunkan PLTU ini berlanjut pada 2036 hingga 2040 yang mulai menggantikannya dengan EBT dan menghentikan produksi energi sebesar 10 GW yang dilakukan secara bertahap. Pada tahun 2040 juga terdapat target menghentikan penjualan motor konvensional, tidak ada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) lagi. Kemudian, adanya target listrik 2.847 kWh/kapita. Angka ini memiliki peningkatan sebesar 80kWh/kapita dibandingkan dengan 5 tahun lalu sebelum 2040.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2041 hingga 2050, terdapat target yang menarik yaitu meluncurnya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Hal ini merupakan hal yang menggembirakan bahwa adanya tenaga nuklir yang beroperasi berarti teknologi dan sains optimis berkembang di bidang nuklir. Pada tahun 2050 ini memiliki target yang luar biasa hebatnya seperti peningkatan listrik hingga 1400kWh/kapita dari 2040. Pada tahun 2050 EBT akan didominasi oleh biomassa dan PLTS sebesar 87%. Pada tahun ini juga akan memberhentikan penjualan mobil konvensional.
Terakhir, pada tahun 2051 hingga 2060 terdapat pemberhentian Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU). Nantinya, energi yang dihasilkan dari EBT akan memasok 100% dari keseluruhan energi di Indonesia dengan dominasi PLTS dan PLTA. Kemudian, seluruh kendaraan bermotor juga akan berbasis listrik. Ditambah lagi, dengan target jaringan gas dan kompor listrik yang akan mengisi dapur rumah tangga sebesar kompor listrik sebanyak 52 jt RT dan jargas sebanyak 23 jt SR. Pada tahun 2060 juga memiliki targetlistrik 5.3098 kWh/kapita.
ADVERTISEMENT