Konten dari Pengguna

Gejolak Batin: Pencarian Makna dan Identitas pada Novel Atheis

Ghina Aufa Maulida
Saya mahasiswa aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hobi Saya menulis dan membaca
6 Agustus 2024 17:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ghina Aufa Maulida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Iman, pilar jiwaku.Teguh walau badai menerjang. (sumber:dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Iman, pilar jiwaku.Teguh walau badai menerjang. (sumber:dokumentasi pribadi)
ADVERTISEMENT
Novel Achdiat Karta Mihardja "Atheis" muncul sebagai karya yang mengguncang dalam dunia sastra Indonesia pasca kemerdekaan. Novel ini, yang diterbitkan pada tahun 1949, menceritakan pergulatan batin seorang pemuda bernama Hasan di tengah perubahan ideologis dan sosial yang melanda Indonesia. Setelah dibesarkan dalam lingkungan Islam yang ketat, Hasan sangat terkejut ketika berinteraksi dengan ide-ide setelah merasakan cintanya yang besar kepada Rukmini di mana membuka mata Hasan pada sudut pandang dunia yang sangat berbeda dari apa yang ia pikirkan sebelumnya. Perjalanan Hasan dari seorang santri agamis yang baik hati menjadi seorang yang mempertanyakan keberadaan Tuhan digambarkan dengan sangat rumit dan kompleks.
ADVERTISEMENT
Novel ini berlatarkan Indonesia pada masa transisi, modernisasi dan ide-ide baru mulai masuk pada masyarakat tradisional. Hasan awalnya dikenal sebagai pemuda yang saleh dan bertakwa, namun setelah bertemu dengan Rusli seorang komunis dan Kartini seorang wanita modern yang menjadi kekasihnya, Hasan mengalami goncangan besar pada keimanannya. Konflik batin Hasan semakin memuncak ketika ia menghadapi konflik antara pemikiran rasional teman-teman barunya dengan nilai-nilai tradisional orang tuanya, terutama Ayahnya.
Seiring berjalannya cerita, Hasan semakin ragu dan bimbang. Dia mengalami krisis identitas yang parah dan berjuang untuk mendefinisikan dirinya dalam perubahan zaman, jalannya menuju atheisme tidak hanya mengubah pandangan hidupnya, tetapi juga memengaruhi hubungannya dengan keluarga dan lingkungan sosial. Bagian akhir novel mengajak pembaca untuk merefleksikan perjalanan Hasan dan dampaknya terhadap pemahaman kita tentang keimanan, rasionalitas, dan pencarian jati diri.
ADVERTISEMENT
Ahdiat menggambarkan konflik antara nilai-nilai tradisional dan pemikiran modern, mengeksplorasi tema-tema seperti identitas, kebebasan berpikir, dan pencarian makna hidup dalam novel. Melalui Hasan dan tokoh lainnya, novel ini menantang pembaca untuk mempertimbangkan pertanyaan mendasar tentang keimanan, rasional, dan peran agama dalam masyarakat modern.
• "Dalam pada itu aku merasa, seolah-olah ada dua orang manusia dalam diriku. Yang satu adalah manusia yang masih tetap percaya kepada Tuhan, tapi yang satu lagi adalah manusia yang sangsi." Kutipan ini menggambarkan dengan jelas gejolak batin Hasan dalam pencarian identitasnya sekaligus mendukung pergulatan Hasan dalam mencari jati dirinya (Identitas>KBBI).
• "Aku merasa diriku terapung-apung. Dalam keadaan demikian itu, aku tidak tahu lagi mana yang benar, mana yang salah. Mana yang haq, mana yang bathil." Ktipan ini menunjukkan kebingungan dan krisis identitas yang dialami Hasan. Persoalan yang terjadi, di mana Hasan menyiratkan eksplorasi berbagai pandangan dalam pencarian makna. Kutipan mendukung judul dan nilai yang diangkat pada analisis ini.
ADVERTISEMENT
• "Memang kadang-kadang aku merasa, seolah-olah ada dua orang manusia dalam diriku. Yang satu ialah manusia yang masih tetap percaya kepada Tuhan, tapi yang satu lagi ialah manusia yang sangsi."
Kutipan ini menegaskan konflik internal Hasan dalam pencarian makna hidupnya. Pergulatan iman, satu sisi dari dirinya "masih tetap percaya kepada Tuhan", menunjukkan bahwa keyakinan religius masih memiliki akar yang kuat dalam dirinya. Munculnya keraguan, sisi lain dari dirinya digambarkan sebagai "manusia yang sangsi". Ini menunjukkan munculnya keraguan dan pertanyaan terhadap keyakinan yang selama ini dipegang.
Akar iman menembus bumi.Dahan keteguhan menjulang langit. (sumber:dokumentasi pribadi)
PESAN MORAL
•Pencarian identitas merupakan proses kompleks yang seringkali melibatkan pergulatan internal. Maka perlu reflektif dalam menerimanya.
•Penting untuk memeriksa dan mengevaluasi keyakinan. sendiri secara kritis tidak hanya menerima apa yang telah diajarkan saja.
ADVERTISEMENT
•Identitas seseorang tidaklah statis, dapat berubah seiring berjalannya waktu dan pengalaman yang dijalani. Maka perlu pemikiran secara mendalam untuk menerima segala perubahan yang terjadi.
•Tetap terbuka terhadap pertumbuhan dan perubahan pribadi. Makna hidup adalah sesuatu yang harus dicari dan ditemukan oleh setiap individu.
•Kecemasan batin dan krisis identitas adalah bagian normal dari perkembangan manusia. Tidak perlu takut dalam menghadapinya, justru perlu dijadikan sebagai pelajaran besar bagi setiap individu.
•Penting untuk menjaga keseimbangan antara keterbukaan terhadap ide-ide baru dan penghormatan terhadap nilai- nilai tradisi yang ada.