Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengurai Personifikasi Rindu 'Tiga Lembar Kartu Pos' Karya Sapardi Djoko Damono
6 Agustus 2024 16:56 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Ghina Aufa Maulida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Tiga Lembar Kartu Pos"
Lembar Kartu Pos (1)
Soalnya kau tak pernah tegas menjelaskan keadaanmu,
ADVERTISEMENT
tak pernah tegas mengakui bahwa harus menyelesaikan
perkaramu dengan-Ku
Suratmu dulu itu entah dimana, tidak di antara bintang-bintang,
tidak di celah awan, tidak di sela-sela sayap malaikat
Masih Kuingat benar alamat-Ku kau tulis dengan sangat
tergesa, Kubayangkan tanganmu gemetar tanda bahwa ada
yang ingin lekas-lekas kau sampaikan pada-Ku
Lembar Kartu Pos (2)
kau dimana kini? Sebenarnya saja pernahkah kau tulis
surat itu? Pernahkah sekujur tubuhmu mendadak dingin
ketika kau lihat bayang-bayang-Ku yang tertinggal di
kamarmu?
Mungkin Aku keliru, mungkin selama ini kau tak pernah
merasa memelihara hubungan dengan-Ku, tak pernah ingat
akan percakapan Kita yang panjang perihal topeng
yang tergantung di dinding itu
Bagaimanapun Aku ingin tahu dimana kau kini
ADVERTISEMENT
Lembar Kartu Pos (3)
anakmu yang tinggal itu menulis surat, katanya antara
lain, “...alamat-Mu kudapati di tong sampah, di antara
surat-surat yang dibuang Ayah; hanya sekali ia pernah
menyebut-nyebut nama-Mu, yakni ketika aku meraung
karena dihalanginya mengenakan topeng yang ...”
rupanya ia ingin mengajak-Ku bercakap tentang mengapa
Aku sengaja memberimu hadiah topeng di hari ulang
tahunmu dulu itu
siasatnya pasti siasatmu juga; menatap tajam sambil
menuduh bahwa kunfayakun-Ku sia-sia belaka.
“Tiga Lembar Kartu Pos” adalah salah satu puisi terkenal karya Sapardi Djoko Damono yang ditulis pada tahun 1975. Terlihat dari judulnya, puisi ini terdiri dari tiga bagian yang masing-masing menggambarkan isi dari tiga kartu pos. Melalui puisi ini ia menilik bahwa setiap perjalanan seseorang dalam menjalani kehidupan itu tidak selalu lurus, melainkan selalu ada kegelisahan dan ranjau yang sebelumnya tak pernah diduga akan datang menghampiri. Puisi ini juga menggambarkan kegundahan dan ketidakpastian akan hubungan antara seseorang dengan Tuhan dan menyampaikan kepada pembaca akan arti di balik kehidupan mereka sesungguhnya di dunia. Puisi ini mencerminkan hubungan ilahiah antara manusia dan Tuhannya. Tentang pesan dari segala pesan yang telah ditetapkan-Nya apakah tersampaikan dan dilaksanakan atau sebaliknya, ternyata pesan yang ditulis dalam surat itu hilang dan tak sampai kepada manusia.
ADVERTISEMENT
Unsur-unsur instrinsik yang terdapat pada puisi “Tiga Lembar Kartu Pos” ini akan ditelusuri menggunakan teori Melani Budianta. Menurut Roman Jacobson dalam buku Melani Budianta sebuah puisi biasanya menggunakan beberapa atau salah satu unsur secara dominan untuk membangun makna, yaitu: Metafora, simile, personifikasi, metonimi, rima, dan bentuk. (Budianta, 2006:40-42).
Melani Budianta adalah tokoh perempuan penggerak dalam bidang kesusastraan beliau selalu memberikan aspirasi serta ruang bagi siapa saja yang ingin menulis dan mengekspresikan melalui karya-karyanya. Melani juga terkenal sebagai seorang kritikus sastra yang aktif dalam bidangnya.
1. Metafora yaitu sebuah kata atau ungkapan yang maknanya bersifat kiasan.
Dalam puisi "Tiga Lembar Kartu Pos" terdapat beberapa kutipan yang menggunakan unsur metafora, sehingga memiliki makna yang mendalam dan memberikan imajinasi yang menarik. Di antaranya yaitu:
ADVERTISEMENT
a. Pada Lembar Kartu Pos (1) terdapat penggalan kalimat: Suratmu dulu itu entah di mana, tidak di antara bintang-bintang, tidak di celah awan, tidak di sela-sela sayap malaikat.
Metafora pada kata “surat” berarti pesan-pesan yang telah dibuat dan telah ditetapkan-Nya itu entah di mana dan tidak pernah diterima bahkan di balik bintang-bintang, sela-sela awan, malaikat yang diutus-Nya sekali pun tidak ada dan tidak menerimanya.
b. “……alamat-Mu kudapati di tong sampah” penggalan kata dari puisi tersebut menggambarkan bahwa di antara banyaknya surat-surat dan tujuan yang disampaikan-Nya terabaikan dan dibuang begitu saja tergeletak di tong sampah.
c. Kata “topeng” pada puisi tersebut menggambarkan penampilan pada realitas kehidupan manusia, di mana manusia pintar dalam menyembunyikan segala kegelisahan dan kepura-puraan terhadap sesuatu yang dirasakan.
ADVERTISEMENT
2. Simile yaitu membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya.
a. mungkin selama ini kau tak pernah merasa memelihara hubungan dengan-Ku, tak pernah ingat akan percakapan Kita.
Unsur simile yang digambarkan yaitu, membandingkan antara manusia dengan Tuhan. Tuhan menginginkan manusia yang selalu ingat kapada-Nya, tetapi manusia di sini digambarkan bahwa ia tidak pernah memelihara hubungan baik dengan-Nya dan tidak pernah merindukan percakapan dengan Tuhan.
3. Personifikasi yaitu benda mati yang seolah-olah seperti bernyawa dan melakukan sesuatu.
a. Suratmu dulu itu entah dimana, tidak di antara bintang-bintang, tidak di celah awan, tidak di sela-sela sayap malaikat
Bintang-bintang, celah awan, sayap malaikat dalam puisi ini digambarkan seolah-olah seperti hidup, bisa dijadikan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan, dan tempat menyimpan surat-surat.
ADVERTISEMENT
b. menatap tajam sambil menuduh bahwa kunfayakun-Ku sia-sia belaka. Pada kata “kunfayakun” memberikan konteks pada sifat manusia pada konsep Ilahiah yang menarik kepada pembaca dan dibuat seakan benda hidup yang bisa dijadikan sebagai sebuah alat pembantu.
4. Metonimi yaitu sesuatu yang memiliki kedekatan dengan yang diwakilinya
a. , “...alamat-Mu kudapati di tong sampah, di antara surat-surat yang dibuang Ayah; hanya sekali ia pernah menyebut-nyebut nama-Mu” Dalam penggalan kalimat ini terdapat kata "alamat-Mu" di mana kata tersebut mewakili pada surat-surat yang ditulis. Secara harfiah, Alamat sendiri tidak dapat berada di tong sampah, melainkan merujuk pada surat-surat yang di dalamnya terdapat alamat yang dituju. Penulis menggunakan kalimat alamat untuk mewakili terhadap surat-surat yang telah dibuat.
ADVERTISEMENT
5. Rima yaitu persamaan bunyi yang digunakan untuk penanda dalam kekhasan puisi, tetapi adakalanya rima digunakan beberapa kali untuk menegaskan sebuah makna tertentu.
a. Pada isi puisi ini terdapat beberapa pengulangan dengan akhiran "u" yang memperindah puisi
“Masih Kuingat benar alamat-Ku kau tulis dengan sangat tergesa,
Kubayangkan tanganmu gemetar tanda
bahwa ada yang ingin lekas-lekas kau sampaikan pada-Ku”
hanya sekali ia pernah menyebut-nyebut nama-Mu,
yakni ketika aku meraung karena dihalanginya mengenakan
topeng yang ...” rupanya ia ingin mengajak-Ku, bercakap
tentang mengapa Aku sengaja memberimu hadiah topeng di hari ulang tahunmu dulu itu.
6. Bentuk, Melani Budianta mengungkapkan bahwa bentuk yaitu isi dalam karya sastra saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Bentuk bukan hanya wadah, tetapi turut membangun suasana itu sendiri. Pada isi puisi “Tiga Lembar Kartu Pos” ini penulis menggunakan bahasa kiasan yang menarik, tetapi mudah dipahami dan menerima imajinasi yang kuat.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Budianta, M. (2003). Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi). Magelang: Indonesia Tera Anggota IKAPI.
Damono, Sapardi Djoko. (1994). Hujan Bulan Juni: Sepilihan Sajak. Jakarta: PT. Grasindo.