Konten dari Pengguna

Relevansi Karakter Awal dan Mira dengan Pemuda Zaman Sekarang

Ghina Aufa Maulida
Saya mahasiswa aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hobi Saya menulis dan membaca
6 Agustus 2024 16:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ghina Aufa Maulida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Awal dan Mira (sumber: dokumetasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Awal dan Mira (sumber: dokumetasi pribadi)
ADVERTISEMENT
Kisah cinta Awal dan Mira tumbuh seperti sebuah harapan yang nyata tak nyata, dan itulah sebuah realitas kehidupan. Cinta Awal begitu besar terhadap Mira, Awal yang selalu memperjuangkan untuk bisa meraih hati Mira. Karena dalam pandangannya, Mira adalah satu-satunya orang yang sempurna, cantik, dan rajin, tidak seperti orang-orang sekitar yang selalu menganggap ia seolah-olah seorang badut.
ADVERTISEMENT
Sikap Awal yang terlihat begitu romantis berkali-kali meminta kepada Mira untuk bertemu di luar kedai "Mau disebut apa lagi, kalau selama saya sakit, meskipun berkali-kali saya mengirimkan surat ke sini minta supaya Mira sudi menengok saya ke rumah,..." dan selalu memberikan effort yang besar untuknya, tetapi Mira yang selalu menolak ajakan itu dengan berbagai alasan "...tetapi dia tidak pernah datang?". Hal itu terjadi terus-menerus hingga Awal merasa seperti sedang dipermainkan Mira. Sikap Ibunya yang selalu paham akan penolakan Mira terhadap sikap yang setiap saat menolak ajakan Awal ketika datang menemuinya di kedai.
Kemudian datanglah dua orang pemuda sebut saja si Baju Putih dan si Baju biru berumur lebih dari 30 tahun, yang juga datang ke kedai kopi dengan langkah ringan untuk menemui Mira "Mana Mira bu?", kata si Baju putih. Mira yang sebelumnya tidak menemui Awal kita ia berkunjung ke kedai, tetapi Mira terpaksa menemui pemuda berbaju biru dan berbaju putih itu. Mira yang tadi masuk ke dalam rumah, tampil di depan pintu, dengan berkata "Sangkamu kau akan disebut pintar, lantaran membicarakan orang lain" setelah mereka mengejek dan mencoba melontarkan perkataan yang tidak baik kepada Awal.
ADVERTISEMENT
Awal yang ternyata memantau dari kejauhan dan bahwasanya dia mengetahui sikap Mira di belakang bagaimana ketika enggan untuk menemui Awal, membuat Awal cemburu dan menitipkan surat kepada seorang anak laki-laki yang berisi "Mira! meskipun kau barusan mendustai aku, tetapi jiwamu dan duniamu bagiku tetap merupakan soal...Oh, jiwamu, duniamu! Betul-betul orang ini sudah tidak waras otaknya." selesai Miraa membaca surat tersebut, lalu mira menyampaikan pesan kepada seorang anak laki-laki itu, seraya berkata: "Dan sekarang ia boleh menunggu. Menunggu, sampai kami yang disebut badut-badut ini pergi dari sini" Badut yang dimaksud di sini adalah dua orang pemuda berbaju Biru dan Putih itu, karena sikapnya yang semena-mena.
Kemudian setelah Awal mendapati pesan yang telah disampaikan seorang anak laik-laki itu Awal kembali ke kedai dan menemui Mira, tetapi kedua pemuda itu masih berada di kedai dan enggan untuk pulang sehingga timbullah perkelahian di antara Si Baju biru dengan Awal. Perkelahian itu terjadi ketika salah satu pemuda mengakibatkan Awal terjatuh. Walaupun Awal terjerambab begitu keras, Mira tetap duduk dalam kedai kopinya. Awal merasa kecewa pada sikap Mira yang acuh tak acuh itu. "Kau kejam tidak sedikit juga kau merasakan perasaanku. Tidak sedikit juga." Awal yang selalu merasa dipermainkan Mira dengan berbagai sikapnya yang sama sekali tidak pernah memperdulikan Awal.
ADVERTISEMENT
"Kau senang membikin aku menjadi kurban kecantikanmu" kutipan tersebut menggambarkan bahwa sebesar apapun perjuangan Awal untuk meraih cinta Mira, sekencang apapun badainya, tetapi Mira tidak suka untuk apa. Ketika kecantikan Mira menjadi hal yang disoroti banyak orang, tetapi membawa keburukan bagi Awal yang begitu mencintainya. Lalu, dengan berbagai drama pergulatan, perkelahian, dan saling melontarkan pembicaraan antara keduanya akhirnya Awal mengajak Mira pulang bersama-sama. Hal itu pun tidak ditolak oleh Mira sehingga Awal menganggap bahwa kedai kopi itulah yang menjadi penyebab mengapa Mira selalu menolak tidak memenuhi ajakan Awal. " Katakanlah, bahwa kau mau kubawa jika kedai ini kubongkar!" Oleh sebab itu, Awal akhirnya merobohkan kedai itu sehingga habislah kekuatan Mira. Segera Mira menghampiri keadaan Awal yang tak berdaya dan dengan segera ia merangkul badan Awal yang kurus, seraya berkata:
ADVERTISEMENT
"Aku percaya, Mas, aku percaya...."
Di akhir cerita diketahui bahwa Mira adalah gadis cantik, tetapi kakinya buntung akibat kekejaman perang. Barulah Awal menyadari mengapa Mira selalu menolak diajak berjalan-jalan atau berbincang-bincang di luar kedai. Jika cinta Romeo dan Juliet harus terhalang oleh pertentangan keluarga, cinta Awal dan Mira dihadapkan pada kenyataan pahit akibat peperangan.
Mira yang terlihat baik-baik saja ternyata menyimpan banyak luka. sumber foto: dokumentasi pribadi
1) Karakter pada tokoh Awal:
ADVERTISEMENT
2) Karakter pada tokoh Mira:
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Sontani, Tatang U. (1951). Awal dan Mira. PT Balai Pustaka (Persero).