Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengulik Perkembangan pada Masa Revolusi Kognitif
3 Juni 2024 9:58 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ghisella Sharla Martiza Revikashah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perkembangan dunia dan segala isinya jika dilihat dari berbagai sisi tentu memunculkan banyak pertanyaan. Salah satunya mengenai bagaimana awal dari suatu spesies dapat beradaptasi dengan semua perkembangan yang ada. Tertarik untuk mengetahui jawabannya? Yuk, simak penjelasan berikut!
Binatang sosial berperilaku dalam kesehariannya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kebiasaan. Salah satu komponen faktor lain yang tidak dapat dipisahkan adalah genetik. Seiring berjalannya waktu, genetik perlu melakukan mutasi untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda, yaitu dengan menghilangkan, menambah, atau mengganti potongan DNA awal. Tanpa adanya mutasi genetik, perubahan dalam perilaku sosial yang signifikan tidak dapat terjadi karena variasi genetik penting bagi makhluk hidup untuk berevolusi. Apabila kita tarik jauh ke ratusan juta tahun yang lalu, mutasi genetik inilah yang memunculkan spesies baru, yaitu Homo sapiens.
ADVERTISEMENT
Homo sapiens mengalami perubahan-perubahan signifikan dalam perilaku sosialnya sesuai kebutuhan yang berubah-ubah secara cepat dengan adanya mutasi genetik. Hal tersebut merupakan faktor yang mendorong kemunculan Revolusi Kognitif. Kemunculan Revolusi Kognitif merupakan pintu utama Homo sapiens menuju kemajuan. Sejak Revolusi Kognitif, jika dibandingkan dengan spesies yang lain, Homo sapiens menjadi satu-satunya spesies yang sudah dapat melakukan perdagangan dan hal tersebut berlandaskan dari adanya kepercayaan dari kekuatan mitos-mitos leluhur yang menciptakan ikatan kebersamaan hingga memunculkan kerja sama antarkawanan. Selain itu, mereka dapat memperdagangkan informasi sehingga menciptakan jalinan pengetahuan yang lebih padat dan lebih luas ketimbang yang dimiliki Neanderthal dan manusia-manusia kuno lainnya. Salah satu contohnya adalah kelompok-kelompok Sapiens yang hidup di Pulau Irlandia Baru menggunakan kaca vulkanik yang disebut obsidian untuk membuat alat-alat tajam dan sangat kuat. Namun, Irlandia baru tercatat tidak memiliki cadangan alam obsidian. Uji-uji laboratorium mengungkapkan bahwa obsidian yang mereka gunakan dibawa dari cadangan di Britania Baru, sebuah pulau 400 kilometer jauhnya. Hal ini dapat membuktikan bahwa sebagian dari penghuni pulau-pulau tersebut pasti merupakan navigator ulung yang berdagang dari pulau ke pulau menempuh jarak yang jauh. Sapiens dapat mengirimkan dan menyampaikan informasi dalam jumlah besar mengenai kehidupan sekitarnya, merencanakan dan melaksanakan tindakan yang lebih kompleks, memiliki kelompok yang lebih besar dan kohesif dengan jumlah mencapai 150 individu, dan memiliki kemampuan menyampaikan informasi mengenai hal-hal yang sebenarnya tidak ada, seperti roh suku. Hal-hal tersebut dilakukan Sapiens untuk membangun kepercayaan sesamanya.
Selain itu, Homo sapiens juga mampu mengembangkan teknik-teknik yang bertumpu pada kerja sama berpuluh-puluh individu dan antarkawananan. Inovasi perilaku sosial berjalan cepat. Dalam berburu, jika dibandingkan dengan Neanderthal yang biasanya berburu sendirian atau dalam kelompok-kelompok kecil, Sapiens melakukan salah satu metode yang sangat efektif yaitu mengepung seluruh kawanan binatang, kemudian membunuhnya dalam ngarai yang sempit dan dengan begitu mereka dapat menghabisi binatang tersebut secara masal. Mereka akan mengonsumsinya dalam pesta besar, mengeringkan, mengasapi, atau membekukannya untuk dimakan di lain waktu.
ADVERTISEMENT
Setelah Revolusi Kognitif, Sapiens telah mampu mengubah perilakunya dengan cepat dan mewariskan perilaku barunya tanpa memerlukan mutasi genetik. Sapiens dapat melakukan transformasi struktur-struktur sosial, sifat hubungan interpersonal, dan sejumlah perilaku lainnya hanya dalam waktu satu atau dua dekade saja jika dibandingkan dengan pola perilaku manusia kuno yang bersifat tetap selama ribuan tahun. Kemampuan fisik, emosional, dan kognitif suatu spesies dibentuk salah satunya oleh DNA.
Namun, apakah seiring dengan perkembangan zaman, eksplorasi sejarah manusia hanya dipandang melalui hukum biologis saja?
Pada kenyataannya, sudut pandang biologis tidak cukup untuk menjelaskan perkembangan manusia. Perlu untuk memahami adanya interaksi ide, gambaran, dan fantasi yang juga membantu membentuk perilaku manusia dan masyarakat. Keanekaragaman realitas imajinasi dan pola perilaku yang diciptakan Sapiens merupakan komponen utama yang disebut dengan ‘kebudayaan’. Begitu kebudayaan terbentuk, perubahan dan perkembangan terus berjalan, inilah yang disebut ‘sejarah’. Walaupun mutasi genetik sudah tidak diperlukan setelah Revolusi Kognitif atau dalam arti terdapat sedikit perubahan fisiologis pada manusia selama ribuan tahun, tetapi dengan adanya evolusi budaya, kerja sama dan struktur masyarakat yang lebih kompleks tetap dapat terbentuk. Contoh kecilnya adalah kita tidak cukup memahami munculnya Kristenisasi hanya dengan memahami interaksi gen, hormon, dan organismenya saja, tetapi juga dikaji melalui komponen budaya dan sejarah. Maka dari itu, setelah Revolusi Kognitif narasi-narasi sejarah menggantikan teori-teori biologi sebagai sarana dalam menjelaskan perkembangan Homo sapiens. Menurut Harari, hubungan antara biologi dan sejarah setelah Revolusi Kognitif dapat dijabarkan sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Biologi merupakan titik awal dari suatu sejarah. Ada baiknya narasi biologis tidak seharusnya ditinggalkan begitu saja. Memandang suatu peristiwa dari sudut pandang hukum biologis, budaya, ataupun sejarah dalam satu kesatuan merupakan sarana yang sama pentingnya dalam memahami dinamika revolusi kehidupan.
Sumber:
Genetic Mutations in Humans. (2022, 24 Mei). Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/body/23095-genetic-mutations-in-humans
Harari, Y. N. (2014). Sapiens: A brief history of humankind. Random House.
ADVERTISEMENT