Konten dari Pengguna

Pemilu 2024: Kampanye Gaya Baru Untuk Menggaet Gen-Z!

Alkhairani Ghita Setyawan
Siswi SMA Citra Berkat Tangerang
29 Januari 2024 12:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alkhairani Ghita Setyawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Pexels.com/Mikhail Nilov
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pexels.com/Mikhail Nilov
ADVERTISEMENT
Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi berkembang dengan pesat 15 tahun belakangan. Di era digitalisasi dimana teknologi merebak membuat segala proses menjadi lebih cepat atau dapat dikatakan serba instan. Muncul banyak aplikasi-aplikasi sarana berkomunikasi dengan berbagai macam fitur seperti bertukar pesan, panggilan jarak jauh, panggilan video jarak jauh, dan masih banyak lagi. Sebagian besar media sosial juga memiliki fitur berbagi postingan atau unggahan foto, video, dan teks. Dengan fitur tersebut, suatu individu dapat melihat unggahan individu lain.
ADVERTISEMENT
Kemudahan-kemudahan yang disediakan oleh media sosial ternyata digunakan dengan bijak oleh ketiga pasangan calon presiden 2024. Selama masa kampanye, terlihat bahwa ketiga pasangan calon tersebut berusaha menggaet gen-z dan millennial dengan cara berkampanye di media sosial. Hal ini sangat berbeda dengan kampanye pemilihan umum sebelumnya karena 33,60% pemilih merupakan milenial dan 22,85% merupakan gen-z. Otomatis, seluruh pasangan calon presiden 2024 harus memikirkan strategi untuk menggaet sebagian besar dari pemilih tersebut.
Salah satu strategi menarik yang telah digunakan oleh ketiga pasangan calon tersebut antara lainnya adalah fitur live Tiktok yang memudahkan masyarakat untuk bertanya lebih lanjut kepada calon presiden dan wakil presiden. Tidak hanya itu, fitur ini juga dapat dijadikan sebagai wadah atau tempat untuk menampung aspirasi, kritik, atau saran dari masyarakat. Hal ini merupakan sebuah pendekatan dan dinamika demokrasi yang dilakukan untuk mengimbangi perkembangan teknologi.
ADVERTISEMENT
Ada pula strategi yang digunakan pasangan calon presiden dan wakil presiden 2024 adalah membuat konten yang telah disesuaikan dengan konten yang sering ditonton oleh gen-z serta millennial. Gen-Z dan millennial lebih menyukai konten-konten lucu daripada konten yang serius. Oleh karena itu, seringkali terlihat bahwa tim sukses dari tiap pasangan calon presiden dan wakil presiden membuat atau menyunting video-video yang berpotensi untuk viral.
Sumber: Pexels.com/Andrea Piacquadio
Kampanye bergaya baru ini memberikan dampak yang besar di kalangan gen-z dan millennial. Tidak sedikit jumlah gen-z dan millennial yang masih bingung dengan pilihannya. Walaupun banyak dampak positif yang didapat dari politik yang didampingi dengan teknologi, pengaruh teknologi terhadap politik juga memiliki dampak negatif. Salah satu contoh yang seringkali terjadi adalah penyebaran berita hoaks terutama berita tentang Pemilu Indonesia 2024.
ADVERTISEMENT
Saat ini, masyarakat Indonesia sedang terbagi menjadi tiga bagian sesuai dengan ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden 2024. Acapkali sebuah kubu pendukung menyerang kubu lawannya dengan menyebarkan berita hoaks terhadap pasangan calon lawan. Hal ini tidak hanya menjadi sebuah pelanggaran hukum, tapi juga dapat menumbuhkan rasa kebencian sesama rakyat Indonesia hingga timbul perpecahan.
Selain itu, karena platform berbagi opini dan argumen sangat terbuka, banyak orang menggunakan media sosial sebagai wadah ujaran kebencian. Dalam kasus ini merupakan ujaran kebencian terhadap calon presiden atau wakil presiden. Mungkin pengguna media sosial tersebut menganggap bahwa “ketikan” yang ia buat adalah kritikan yang ingin disampaikan kepada calon presiden dan wakil presiden. Akan tetapi, untuk menyampaikan kritikan pun ada etika dan norma yang berlaku. Kritikan dapat disampaikan dengan etika dan bahasa yang sopan kepada individu yang dituju.
Sumber: Pexels.com/Cottonbro Studio
Strategi-strategi yang dijalankan pasangan calon presiden dan wakil presiden Indonesia 2024 memang memiliki dampak dan akibatnya masing-masing. Dapat dikatakan juga bahwa strategi-strategi tersebut telah berhasil menggaet kalangan gen-z dan millennial. Dari segala konten serta berita yang kita tonton dan baca, ada baiknya untuk mengkaji benar-benar agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dengan orang lain. Selain itu kita juga harus memahami etika dalam mengkritik seseorang, baik itu di dunia maya maupun dunia nyata.
ADVERTISEMENT