Konten dari Pengguna

Perubahan Arti Pada Kata 'Goreng'

Gia Kemala
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20 Desember 2020 21:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gia Kemala tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai manusia, seseorang menjadi anggota dalam suatu masyarakat. Hal tersebut mengharuskan seseorang selalu berkomunikasi dengan orang lain yang berada di sekitarnya. Untuk menyampaikan ide-ide maupun gagasannya, manusia menggunakan suatu bahasa. Seperti yang dikemukakan oleh Hall (1950:117) bahwa “Languange does not exist in a vacuum, language is used in human society for purposes of communication and hence it’s meaning”.
ADVERTISEMENT
Dalam suatu komunikasi, biasanya terdapat pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Pertukaran informasi tersebut bisa berupa simbol-simbol serta isyarat-isyarat yang dimengerti oleh kedua belah pihak. Pada masyarakat primitif, simbol-simbol maupun isyaratisyarat yang disampaikan dalam pertukaran informasi tersebut masih sederhana dan terbatas. Namun, semakin berkembangnya peradaban manusia, maka simbol-simbol dalam suatu komunikasi juga mengalami perkembangan.
Perkembangan simbol-simbol tersebut juga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa. Jadi bisa dikatakan bahwa perkembangan bahasa berhubungan dengan perkembangan peradaban manusia sebagai pengguna bahasa. Bahasa mengalami perubahan baik dalam bentuknya maupun maknanya. Sebenarnya lebih tepat dikatakan bahwa masyarakat penuturlah yang membuat bahasa itu berubah, karena merekalah yang mengubah cara dalam menggunakan bahasa. Seringkali para pengguna bahasa tidak sadar telah melakukan perubahan pada bahasanya dan seringkali mereka meniru bahasa dari masyarakat lain sehingga bila bahasa tersebut terus menerus digunakan dan kemudian juga ditiru lagi oleh yang lain maka bahasa asli akan mengalami difusi sehingga lahirlah perubahan linguistik.
ADVERTISEMENT
Banyak fenomena yang terjadi disekitar kita yang membuat dan membuktikan bahwa bahasa yang ada di masyarakat sekarang ini telah mengalami perubahan dari tahun-tahun sebelumnya. Wardhaugh (1990) membedakan adanya dua macam perubahan, yaitu perubahan internal (perubahan yang terjadi dalam bahasa itu sendiri, seperti berubahnya sistem fonologi, morfologi), dan perubahan eksternal (perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya pengaruh dari luar, seperti misalnya peminjaman atau penyerapan kosakata dari bahasa lain).
Sering kali kita mendengar kata ‘goreng’ dalam percakapan sehari-hari. Kata tersebut sudah sangat tidak asing lagi bagi masyarakat. Namun, dewasa ini kata ‘goreng’ menjadi sebuah tren dan memiliki arti yang berbeda di kalangan kaum milenial. Tren penggunaan kata ‘goreng’ tidak diketahui pasti siapa yang mempopulerkannya.
ADVERTISEMENT
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ‘goreng’ artinya memasak kering-kering di wajan (kuali) dengan minyak. Sedangkan, kata ‘goreng’ dalam tren bahasa masa kini artinya memanas-manasi. Kata ‘goreng’ dengan arti memanas-manasi sendiri belum ada dalam KBBI, yang ada hanyalah kata mengompori.
Kata ‘goreng’ ini sempat disebut-sebut oleh Lesty Kejora seorang penyanyi yang sedang menghadiri sebuah acara talkshow di televisi. Lesty yang dikabarkan memiliki hubungan asmara dengan Rizki Billar disinggung oleh host langsung memberi tanggapan dengan kata “Goreng, goreng!” host acara tersebut langsung memberi sautan “Kalo gak digoreng gak panas.”
Kosa kata bahasa Indonesia semakin berkembang sejalan dengan perkembangan sosial masyarakat. Ilmu pengetahuan dan ruang lingkup beserta kepentingan yang kompleks serta semakin pesat kemajuan masyarakat. Didukung oleh sumber daya manusia yang ada, maka kosa kata pun berkembang. Kemudian baik jumlah kosa kata asli dan bahasa serapan yang disesuaikan pelafalan dan penulisan dalam bahasa Indonesia. komponen ini yang membuat kosa kata bahasa Indonesia semakin kaya.
ADVERTISEMENT
Perubahan arti pada kata ‘goreng’ disebabkan oleh perkembangan sosial dan budaya. Perkembangan dalam masyarakat tentang sikap sosial dan budaya, juga terjadi perubahan arti. Jadi, bentuk katanya tetap sama tetapi konsep arti yang dikandungnya telah berbeda. Kata ‘goreng’ semula berarti memasak dengan minyak tetapi sekarang digunakan juga untuk istilah memanas-manasi orang lain.
Dengan adanya perubahan arti tersebut, kata ‘goreng’ memiliki arti yang lebih luas dari sebelumnya. Gejala tersebut kemudian disebut dengan generalisasi. Sebagaimana telah disebutkan di atas, kata ‘goreng’ yang tadinya memiliki satu arti sekarang dengan dengan perkembangan sosial menjadi memiliki arti yang lain.
Selain itu, arti dari kata ‘goreng’ mengalami perubahan akibat tanggapan pemakai bahasa. perubahan tersebut cenderung ke hal-hal yang tidak menyenangkan. Perubahan nilai emotif arti ke arah yang negatif disebut dengan peyorasi.
ADVERTISEMENT
Kata ‘goreng’, dahulu dihubungkan dengan kegiatan memasak dengan menggunakan minyak dalam wajan. Sekarang ‘goreng’ dihubungkan dengan makna memanas-manasi orang lain. Perbedaan arti kata tersebut dapat terlihat ekspresi penggalan dialog berikut.
A: Suamiku sudah tiga bulan tidak pulang. Kenapa, ya?
B: Wah, selingkuh pasti itu.
A: Masa?
C: Heh! Goreng terus!
Sikap B terhadap A merupakan contoh dari goreng (memanas-manasi) sehingga kata ‘goreng’ menjadi konotasi negatif dalam penafsirannya.
Lalu, apakah kamu termasuk tukang goreng? Atau malah yang sering digoreng?
Referensi
Nugraheni, Yunita. Perubahan Makna Pada Istilah Ekonomi. Jurnal Value Added. 2006.
Nursida, Ida. Perubahan Makna Sebab dan Bentuknya: Sebuah Kajian Historis. Jurnal Alfaz. 2014.
ADVERTISEMENT
Subuki, Makyun. Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa. Jakarta: TransPustaka. 2011.