Cobweb: Isu Kesehatan Mental dalam Balutan Horor dan Thriller

Gideon Budiyanto
Sarjana Teologia (S.Th.) di bidang pastoral/konseling. Profesi : Karyawan Swasta dan Penulis. Anggota Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA) Tangerang Selatan dan ISP NULIS
Konten dari Pengguna
5 Agustus 2023 13:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gideon Budiyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Image by Lionsgate
zoom-in-whitePerbesar
Image by Lionsgate
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebentar lagi dunia perfilman akan diramaikan oleh kehadiran film Cobweb. Film bergenre horor dan thriller ini memang memiliki banyak keunikan yang jarang dimiliki oleh film bergenre sejenis.
ADVERTISEMENT
Kisahnya berawal dari seorang anak berumur 8 tahun yang bernama Peter. Menjelang hari Halloween, Peter yang kerap kali dibully oleh teman-teman sekelasnya, mendadak mendengar suara misterius dari balik tembok kamarnya.
Suara itu akhirnya membawa Peter masuk ke dalam pengalaman yang menegangkan dan menguji nyali sampai-sampai kami yang sempat menonton special screeningnya pada Kamis, 3 Agustus 2023, lalu di Kota Kasablanka XXI berkali-kali harus menahan napas ketika menyaksikan serangkaian teror yang harus dihadapi oleh Peter.
Didukung oleh para pemain yang sangat luar biasa serta teknik sinematografi yang lebih banyak mengambil gambar dengan cara extreme close up shot, film ini mampu membawa para penonton ikut merasakan gejolak emosi yang dirasakan oleh setiap karakter di sepanjang cerita.
Image by Lionsgate
Tokoh utama cerita yaitu Peter yang diperankan dengan sangat brilian oleh aktor cilik Woody Norman mampu membuat emosi penonton seperti diobok-obok.
ADVERTISEMENT
Kita seperti merasakan apa yang Peter rasakan. Ketakutannya, kesedihannya sampai kebingungannya ketika harus menghadapi situasi yang sulit di usianya yang masih belia.
Bahkan hanya dengan melihat mimik wajah Peter dan sorot matanya, kita bisa merasakan emosi-emosi itu tanpa perlu banyak kata atau kalimat yang berkepanjangan karena untuk seorang anak berusia 8 tahun rasanya memang wajar jika berperilaku demikian.
Hal lain lagi yang menarik dari film ini yang membedakan dari film-film sejenis adalah isu yang coba disampaikan di dalam ceritanya.
Masalah kesehatan mental yang dialami Peter ketika dibully dan juga disfungsi keluarganya membuat film ini bukan cuma menyajikan horor dan thriller yang hanya bertujuan menakut-nakuti penontonnya melainkan ada pesan yang sangat luar biasa, menyentuh dan membuka kesadaran jiwa kita mengenai keluarga.
ADVERTISEMENT
Keluarga adalah tempat di mana seharusnya semua anggotanya dikasihi dan diterima apa adanya karena kalau tidak keluarga itu akan berakhir menjadi tempat yang paling menyeramkan, sarang manipulasi dan intimidasi.
Jadi, silakan ditonton filmnya dan rasakan kengeriannya.