Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang: Diksi Romantis tentang Hubungan Toksik

Gideon Budiyanto
Sarjana Teologia (S.Th.) di bidang pastoral/konseling. Profesi : Karyawan Swasta dan Penulis. Anggota Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA) Tangerang Selatan dan ISP NULIS
Konten dari Pengguna
13 Juni 2023 16:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gideon Budiyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Spesial Konten, Jerat Toksik Relationship. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Spesial Konten, Jerat Toksik Relationship. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Film Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang merupakan sekuel dari film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang masih bercerita tentang keluarga, persahabatan dan cinta.
ADVERTISEMENT
Film ini berfokus pada sepak terjang Aurora selama menempuh pendidikan di London. Bagaimana ia merasakan jatuh cinta kepada Jem, seorang seniman yang memiliki visi yang hebat sehingga mampu membuat Aurora terpukau. Perasaan terpuruk yang dirasakannya ketika harus gagal dalam ujian akhir. Sahabat-sahabat yang selalu ada di dalam suka dan duka. Trauma yang masih melekat dalam hubungan dengan keluarganya di Jakarta.
Semua ini diceritakan memakai plot maju mundur membuat para penonton yang awalnya bingung akhirnya bisa menemukan benang merah dari semua peristiwa yang diceritakan. Kisahpun bergulir dengan manis.
Bagi para perantau, menonton film ini bisa membawa perasaan hangat serta memunculkan perasaan rindu masa-masa saat masih di kampung halaman.
Meski mungkin alasan awal untuk merantau justru sebenarnya ingin melupakan kerumitan yang disebabkan oleh kampung halaman.
ADVERTISEMENT
Sama seperti Aurora.
Di Jakarta, ia merasa tidak dapat melakukan hal-hal yang seharusnya ia dapat lakukan karena tentangan dan pendapat dari orang tuanya.
Ketika ia berada di London, Aurora merasakan kebebasan dari tekanan keluarga tetapi justru hal itu yang membuat ia akhirnya mendapatkan masalah sampai Angkasa, kakaknya dan Awan, adiknya, harus datang jauh-jauh ke London untuk mengajaknya pulang kembali ke Jakarta.
Namun ternyata, masalah demi masalah yang Aurora hadapi membuat dia merasa semakin bertumbuh dan berkembang sebagai manusia. Ia menjadi semakin mengenal jati dirinya.
Sehingga ia bisa berkata kepada Angkasa dan Awan bahwa di London justru ia merasa sudah pulang. Kembali menjadi Aurora yang mempunyai segudang masalah namun ia bisa bertahan dan menang dengan caranya sendiri bukan dengan pendapat atau cara orang lain, termasuk keluarganya.
ADVERTISEMENT
Skenario yang ditulis untuk film ini termasuk padat dan tidak ada scene yang ditulis hanya untuk sekedar hiasan belaka atau memanjangkan durasi. Semua berkaitan bahkan sampai kalimat-kalimat yang diucapkan oleh para pemain juga tidak berhamburan sia-sia, semua sudah diatur agar saling terhubung supaya terjalin cerita yang sarat makna.
Hanya disayangkan, pendalaman karakter Jem sebagai awal penggerak cerita kurang maksimal. Penonton tidak disuguhi hal-hal apa saja yang membuat Jem terpancing untuk melakukan kekerasan mental terhadap Aurora.
Selain itu, penonton hanya disuguhi satu peristiwa saat Jem marah-marah sampai membanting telepon genggam Aurora yang akhirnya menyebabkan Aurora pergi dan memutuskan hubungan kasih dengan Jem. Padahal sebelumnya dalam beberapa montage diceritakan bahwa Aurora begitu tergila-gila dengan Jem. Apakah mungkin hanya dalam waktu semalam dan satu peristiwa, perasaan Aurora bisa berubah begitu drastis?
ADVERTISEMENT
Namun tak dapat dipungkiri, film ini mampu menyuguhkan diksi romantik tentang kasih dalam persahabatan yang bahkan bisa melampaui hubungan keluarga dan orang-orang terdekat yang kadang kala justru malah menjadi hubungan yang toksik.