Konten dari Pengguna

Memperkaya Cerita dalam Sinopsis Tiga Babak

Gideon Budiyanto
Sarjana Teologia (S.Th.) di bidang pastoral/konseling. Profesi : Karyawan Swasta dan Penulis. Anggota Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA) Tangerang Selatan dan ISP NULIS
24 April 2023 12:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gideon Budiyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Image from Pexels (https://www.pexels.com/photo/pile-of-books-159866/)
zoom-in-whitePerbesar
Image from Pexels (https://www.pexels.com/photo/pile-of-books-159866/)
ADVERTISEMENT
Membuat sebuah cerita yang nantinya akan menjadi cerpen atau novel memang susah-susah gampang. Susahnya bisa jadi saat ide belum datang menghampiri sehingga biasanya para penulis akan mengasingkan diri, mencari tempat-tempat sepi atau bisa jadi hanya duduk berjam-jam mengamati orang-orang yang berlalu-lalang datang dan pergi sambil berharap ide bisa tiba-tiba datang menghampiri.
ADVERTISEMENT
Gampangnya bisa jadi saat ide sudah mulai tergambar di benak dan siap dibentuk menjadi sebuah tulisan. Mulai merangkai kata-kata serta kalimat yang tepat agar bisa bertransformasi di pikiran setiap orang yang membacanya sehingga tulisan itu menjadi hidup dan bergulir menjadi sebuah cerita.
Namun ternyata, yang gampang itu bisa menjadi susah jika seorang penulis ingin mencapai level di mana karyanya itu bukan hanya sekadar cerita saja tetapi menyentuh sampai di titik di mana cerita itu bisa menjadi sebuah realita yang diciptakan. Realita yang kaya dan penuh makna.
Sehingga para pembaca bukan hanya akan membaca cerita itu, mereka sampai bisa masuk ke dalamnya, merasakan emosinya dan bersatu dengannya.
Ilustrasi menulis surat. Foto: Shutter Stock
Ini tentu tidak mudah dan perlu banyak belajar.
ADVERTISEMENT
Itulah sebabnya, setiap penulis mau tidak mau harus terus mengasah kemampuan menulisnya dan tidak cepat berpuas diri.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan agar kemampuan ini bisa terus terasah. Salah satunya adalah mengembangkan cerita menjadi sinopsis tiga babak.
Inilah yang saya lakukan.
Sebelumnya, saya menulis hanya berdasarkan imajinasi yang datang saat itu. Tidak pernah membuat plot, kerangka cerita atau apa pun yang berkaitan dengan itu namun tentu saja, tetap membuat sinopsis dan premis. Biasanya, saya sudah membayangkan cerita ini akan berawal dan berakhir seperti apa dan buat saya itu sudah cukup untuk menulis sebuah cerita yang nantinya akan menjadi novel atau cerpen.
Namun, setelah saya mengikuti pelatihan menulis skenario yang diadakan oleh Indonesia Sinema Persada yang digawangi oleh Produser dan Sutradara, Ichwan Persada, ternyata apa yang selama ini saya pikir sudah cukup untuk membuat sebuah karya yang berkualitas ternyata masih jauh dari kata cukup bahkan sangat kurang.
ADVERTISEMENT
Tidak adanya kerangka cerita membuat cerita saya tidak memiliki pondasi yang kokoh. Mungkin bisa jadi masih bagus untuk dibaca tetapi tidak memiliki kedalaman emosi dan makna. Cerita saya belum cukup untuk bisa menjadi sebuah realita yang dicipta.
Ilustrasi menulis surat. Foto: plo/shutterstock
Di dalam sinopsis tiga babak, saya belajar membuat sistem dalam bercerita.
Babak pertama merupakan penggambaran semua karakter inti cerita. Di sini saya memetakan siapa saja karakter inti yang akan muncul di cerita saya, latar belakang, umur, sifat-sifat yang menonjol dan lain sebagainya. Meski bisa ada banyak karakter inti tetapi idealnya hanya ada satu karakter utama yang akan membuat cerita menjadi lebih jelas sudut pandangnya.
Babak kedua merupakan penggambaran tentang masalah-masalah apa saja yang timbul yang akan membuat cerita bergulir. Tentu saja, setiap permasalahan harus ada sebab akibat yang jelas dan tidak serta merta ada. Harus ada alasan logis sehingga cerita bisa menjadi hidup dan tidak terkesan mengada-ada.
ADVERTISEMENT
Babak kedua ini berkaitan erat dengan babak pertama karena setiap karakter akan berperan sesuai dengan latar belakang dan sifat-sifat mereka. Tentu saja bisa masih bisa terjadi perubahan sifat dan perilaku masing-masing karakter namun kembali lagi seperti tujuan babak kedua ini di buat, setiap hal yang terjadi harus ada alasan logisnya termasuk perubahan perilaku si karakter.
Ilustrasi menulis surat. Foto: Shutter Stock
Babak ketiga adalah resolusi. Masalah yang terjadi akhirnya menemukan jalan keluarnya. Bagaimana si karakter bergumul dan berjuang sampai akhirnya menemukan apa yang dicarinya selama cerita berlangsung ditulis secara jelas di babak tiga ini. Akhir babak tiga bisa ditutup dengan happy ending atau sad ending tergantung bagaimana si penulis akan mengakhiri ceritanya namun yang pasti semuanya harus tuntas dan jelas.
ADVERTISEMENT
Setelah sinopsis tiga babak selesai alangkah baiknya jika itu dibaca juga oleh orang lain yang mengerti dan memahami dunia tulis menulis sehingga jika masih ada banyak plot hole atau cerita yang masih kurang masuk akal bisa segera dikoreksi atau diperbaiki sampai akhirnya sinopsis tiga babak kita siap untuk mewujudkan dirinya menjadi novel atau cerpen bahkan skenario film.
Namun yang paling penting adalah jangan mudah menyerah dan tetap konsisten dalam menulis. Ingatlah bahwa menulis itu adalah karya yang abadi jadi buatlah tulisan kita menjadi layak untuk tetap abadi.