Konten dari Pengguna

Aziz Syamsuddin: Buat Generasi Milenial Jangan Menjadi Boneka Generasi Sebelumnya

25 Januari 2018 14:22 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari gilang Gemilang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Aziz Syamsuddin: Buat Generasi Milenial Jangan Menjadi Boneka Generasi Sebelumnya
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
KatoKito.com – Dalam pengertiannya yang paling umum, generasi milenial adalah generasi yang lahir antara tahun 1980 sampai tahun 2000. Dalam konteks politik, generasi ini menjadi sasaran para kontestan dalam kontestasi perebutan kekuasaan di tanah air. Karakteristik generasi milenial yang beragam menuntut praktisi-praktisi politik untuk lebih intik dengan generasi yang satu ini.
ADVERTISEMENT
Anggota DPR RI Aziz Syamsuddin mengidealkan generasi milenial harus memiliki peran aktif dalam segala bidang, terutama dalam hal politik menuju berlangsung pilkada serentak di 171 daerah tahun 2018 dan Pemilu di tahun 2019 mendatang.
“Karena di era-era 2019 ini tinggal 12 bulan lagi. Dalam peran politik ini kita harus menjadi subjek bukan objek. Dan kita wajib juga waspadai, jangan sampai antar sesama milenial, tidak melakukan persaingan yang objek dan sehat,” tandasnya di hadapan aktivis-aktivis peregerakan pada launching Forum Diskusi Pengurus Tidak kecil Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (Fokus PB PMII), oleh PB PMII bidang politik, advokasi dan kebijakan publik di Graha Mahbub Junaidi, Jakarta.
Supaya bersaing secara objektif dan sehat, politisi partai Golkar itu mengingatkan kepada semua persaingan yang sehat, kata ia, salah satunya tidak menjadi boneka generasi sebelumnya dengan tujuan menggeser generasi milenial.
ADVERTISEMENT
“Persaingan objektif dan sehat ini jangan sampai diantara kita ada yang menjadi casing, menjadi boneka untuk menghantam sesama. Kita generasi milenial. Tujuannya apa? Tujuannya supaya generasi yang kemarin (generasi x dan baby boomer, -red) tetap eksis. Dengan menggunakan casing seolah-olah ini milenial, padahal substansinya bukan milenial. Janganlah naif, dengan cara menjadi boneka generasi sebelumnya yang digunakan untuk menggeser teman-teman generasi milenial,” paparnya.
Mantan Ketua Umum KNPI itu mencontohkan moment pilkada serentak pada bulan Juni 2018 nanti. “Saya senang melihat 171 Pilkada: 17 Provinsi dan 154 Kabupaten/Kota yang notabene 60% diisi oleh generasi Milenial. Tapi yang saya khawatirkan nanti generasi milenial hanya casing. Dia tidak menjadi kepala daerah dengan kaki dan tangan dia kecuali hanya menjadi boneka belaka,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Apabila itu terjadi, sambung Aziz, maka yang didengungkan dari pembicaraan-pembicaraan di internasional bahwa generasi milenial ini generasi dunia maya dan segala macam, impact terhadap generasi selanjutnya tidak tercapai. Niscara kegunaan pun tidak mampu dipetik oleh generasi yang bakal datang.
“Setelah ini, kita harus segera menganalisis dan mengoreksi dengan data, kalau generasi milenial ini dengan sarana prasarana seperti internet kuat, kemudian casingnya bagus, isinya juga bagus, outputnya bermanfaat tidak terhadap para generasi milenial secara khusus, bangsa dan negara secara umum, baik secara nasional maupun secara internasional,” pesan Aziz kepada semua.