Pisang goreng Sebuah Kudapan Kultural dan Politik Periferal

Gilang GP
A Profesional Marketer yang suka membaca, menulis, dan menganalisis suatu fenomena. Di sini menulis kuliner, review film, sesekali politik.
Konten dari Pengguna
6 Desember 2023 19:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gilang GP tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar: Semay Media
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar: Semay Media
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saya sering melihat pisang goreng di hampir setiap helatan; hajatan, begadangan, warung kopi, khitanan, hotel bintang 1 hingga bintang 5, tempat wisata, hampir di manapun bertandang dengan mudahnya kita menemukan kudapan satu ini. Menurut World Tourism and Culinary Alloy, Taste Atlas, pisang goreng dari Indonesia dinobatkan sebagai dessert terbaik di dunia untuk kategori Best Deep Frying Dessert. Tak hanya itu, pisang goreng juga dilirik sebagai sumur cuan, seperti yang dilakukan Dila dengan brand Raja Banana Crispy-nya yang terletak di Desa Janggalan, Kecamatan Kota, Kudus, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Saya pun penasaran dengan pisang goreng ini.
Sejarah pisang goreng memiliki akar yang cukup panjang dan beragam. Rupanya, pisang goreng pertama kali dikenal di zaman kolonialisme. Pada saat itu, roti yang menjadi makanan pokok warga Belanda sulit didapatkan di Indonesia. Oleh karena itu, orang-orang Indonesia mulai menciptakan alternatif pengganti roti, salah satunya adalah pisang goreng. Pisang goreng kemudian menjadi makanan yang populer dan dikenal di berbagai daerah di Indonesia.
Bisa jadi pisang goreng ini lahir karena kepepet, dari perasaan urgensi tersebutlah pisang goreng ini lahir. Konon sejarah pisang goreng juga terkait dengan budaya Jawa. Yang namanya budaya ya kebiasaan, ini berarti juga karena diajajah Belanda penduduk Jawa sering menggoreng pisang goreng sebagai kudapan. Bisa di penjara, bisa selepas kerja rodi, bisa juga saat merencanakan pemberontakkan.
ADVERTISEMENT
Pisang goreng dikenal sebagai salah satu jajanan pasar tradisional yang biasa dijual oleh pedagang keliling yang menggunakan gerobak atau panggung kecil. Biasanya dihidangkan dengan gula pasir sebagai bahan pelengkap. Selain itu, pisang goreng juga dikenal sebagai hidangan khas saat acara syukuran atau acara adat tertentu.

Potensi Cuan Pisang Goreng

Kita juga bisa melihat pisang goreng dari aspek ekonomi. Pisang goreng menjadi salah satu alternatif pilihan makanan murah meriah yang dapat dijual oleh siapapun termasuk para pedagang kecil. Para pedagang tersebut biasanya menjual pisang goreng di tempat-tempat strategis seperti pasar tradisional atau depan sekolah-sekolah. Pisang goreng menjadi pilihan masyarakat karena harganya yang terjangkau dan rasanya yang lezat. Selain oleh Dila dari Kudus, hal ini juga ditangkap oleh putra Presiden Jokowi yang secara sistematis, terstruktur, dan masif berjualan pisang goreng dengan omset bulanan yang tentunya sangat banyak.
ADVERTISEMENT
Ada pisang goreng yang ditambahkan dengan topping seperti keju, cokelat, atau selai. Bahkan, sudah ada pisang goreng dengan varian rasa yang lebih beragam seperti pisang goreng rasa keju, cokelat, dan green tea.
Pisang goreng menjadi alternatif pilihan makanan yang sangat terjangkau bagi orang-orang Indonesia. Meskipun sudah mengalami transformasi, tetap saja pisang goreng menjadi salah satu makanan yang paling disukai oleh banyak orang.
Dalam masyarakat Indonesia, pisang goreng dianggap sebagai makanan yang mudah didapat. Bagaimana tidak letak Indonesia yang berada di garis khatulistiwa memungkinkan pohon pisang dapat bertumbuh dengan mudah, sehingga dapat dinikmati oleh semua kalangan.
Tak mau ketinggalan sejumlah politisi pun memanfaatkan momen ini, jangan salah ongkos politik yang murah bukan hanya dengan jualan sentimen agama. Pisang goreng juga mempunyai kapabilitas untuk dijadikan sebagai hadiah dalam kampanye politik sebagai bentuk hubungan sosial dan mengenal lebih dekat dengan pendukungnya.
ADVERTISEMENT
Coba bayangkan deh, kamu lagi asik ngumpul-ngumpul sama temen-temenmu di sebuah acara politik. Sudah tentu rapatnya panjang dan membosankan, kamu butuh sesuatu yang bisa menghibur perut dan hatimu. Nah, di saat itulah muncul pisang goreng! Kudapan identikal ini tidak hanya bikin perut kenyang, tapi juga bisa bikin suasana jadi lebih akrab. Bagaimana tidak, rasanya enak, harganya pun murah meriah. Gampang dibawa-bawa juga, jadi memang cocok buat kampanye di mana-mana.
Selain sering memanfaatkan sentimen agama, suku, dan ras, makanan seperti pisang goreng juga bisa dielaborasi lebih jauh lagi untuk menarik simpati orang. Soal mendulang suara ya tidak salah memang karena ini bagian dari tak-tik yang lazim. Namun, yang perlu kita ingat baik-baik ketika memasuki masa kampanye nanti tetaplah menaruh perhatian pada niat, proses dalam menarik massa, dan gagasan-gagasannya, bukan dengan gimmick murahan sok akrab nan menggelikan.
ADVERTISEMENT
Intinya sih, kita jangan mudah terpengaruh dengan rayuan politisi yang suka memanfaatkan momen-momen seperti ini walaupun ia membawa sekarung pisang goreng super enak setiap hari ke rumahmu!
Sumber: Semay Media, Terus Membara, Tak Pernah Padam