Konten dari Pengguna

Cara Serius Membaca Karya Sastra di Sekolah

Gilang Ramadhan
Pengajar - Penulis - S1 Bahasa dan Sastra Indonesia - Warga Gang Mangga Garis Lurus
25 Mei 2024 9:33 WIB
·
waktu baca 13 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gilang Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Membaca Karya Sastra di Sekolah. Sumber: Unsplash/Elliot Reyna
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Membaca Karya Sastra di Sekolah. Sumber: Unsplash/Elliot Reyna
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Membaca karya sastra bukan hanya tentang memproses kata-kata di halaman; melainkan juga melibatkan keterlibatan mendalam dengan teks, menafsirkan maknanya, dan menghargai kualitas artistiknya.
ADVERTISEMENT
Dalam membaca sastra, pembaca tidak hanya melihat kata-kata secara superficial, tetapi juga menyelami konteks, emosi, dan pesan yang terkandung di dalamnya. Proses ini menuntut pembaca untuk meresapi nuansa bahasa, mengamati struktur naratif, dan mengidentifikasi perangkat sastra yang digunakan oleh penulis untuk menyampaikan ide-idenya.
Selama bertahun-tahun, berbagai metode telah dikembangkan untuk meningkatkan pembacaan dan pemahaman karya sastra. Setiap metode memberikan wawasan dan alat analisis yang unik, memungkinkan pembaca untuk menyelami lapisan kompleks sebuah teks.
Metode-metode ini tidak hanya membantu dalam menginterpretasikan makna yang tersirat, tetapi juga dalam memahami konteks sejarah, budaya, dan sosial di mana sebuah karya sastra diciptakan.
Beberapa metode pembacaan yang paling menonjol yang digunakan dalam studi sastra, seperti pembacaan dekat (close reading), strukturalisme, dekonstruksi, kritik respon pembaca, kritik feminis, kritik psikoanalitik, kritik Marxis, kritik sejarah dan biografi, kritik pascakolonial, dan ekokritik.
ADVERTISEMENT
Setiap pendekatan ini memberikan perspektif yang berbeda, yang memperkaya pengalaman membaca dan memperdalam apresiasi terhadap keindahan dan kompleksitas sastra.

Pembacaan Dekat (Close Reading)

Pembacaan dekat adalah metode dasar dalam analisis sastra yang sangat berfokus pada detail. Metode ini melibatkan pemeriksaan rinci dan mendalam terhadap teks, dengan tujuan untuk memahami kompleksitas bahasa, struktur, dan makna yang tersembunyi di balik kata-kata.
Pembaca yang menggunakan metode ini harus memperhatikan dengan seksama setiap elemen teks, termasuk pilihan kata, sintaksis, citraan, dan perangkat sastra lainnya seperti metafora, aliterasi, dan simbolisme.
Pembacaan dekat menuntut ketelitian tinggi dan kemampuan untuk melihat bagaimana setiap bagian kecil dari teks berkontribusi terhadap keseluruhan makna dan tema karya tersebut.
ADVERTISEMENT
Hal ini berarti pembaca tidak hanya sekali membaca teks, tetapi berulang kali kembali ke bagian yang sama untuk menemukan nuansa yang mungkin terlewatkan pada pembacaan pertama.
Pembaca mungkin juga membuat catatan atau anotasi pada teks untuk menandai elemen penting yang perlu dianalisis lebih lanjut.
Dengan menghabiskan waktu untuk merenungkan setiap detail, pembaca dapat mengungkap lapisan-lapisan makna yang lebih dalam yang mungkin tidak terlihat pada pandangan sekilas.
Proses ini tidak hanya membantu dalam memahami teks secara lebih baik tetapi juga memperkaya pengalaman membaca itu sendiri.
Contoh konkret dari pembacaan dekat dapat dilihat ketika seseorang menganalisis sebuah puisi. Misalnya, dalam sebuah puisi, penggunaan metafora dan aliterasi oleh penyair dapat sangat berpengaruh terhadap suasana dan makna keseluruhan karya tersebut.
ADVERTISEMENT
Melalui pembacaan dekat, pembaca dapat melihat bagaimana metafora tertentu menciptakan hubungan simbolis antara dua hal yang berbeda, memperdalam pemahaman tentang tema puisi.
Demikian juga, aliterasi dapat menambah ritme dan musikalitas pada puisi, yang pada gilirannya mempengaruhi suasana hati dan respons emosional pembaca. Dengan cara ini, pembacaan dekat memungkinkan pembaca untuk menghargai keindahan dan kekayaan bahasa dalam karya sastra.

Strukturalisme

Strukturalisme adalah pendekatan analitis yang memeriksa struktur dasar sebuah teks. Pendekatan ini berakar pada teori linguistik Ferdinand de Saussure yang menekankan bahwa bahasa terdiri dari sistem tanda yang saling terkait.
Dalam konteks sastra, strukturalisme berupaya memahami bagaimana berbagai elemen teks, seperti karakter, plot, setting, dan tema, berfungsi bersama untuk menciptakan makna.
ADVERTISEMENT
Para ahli strukturalis percaya bahwa teks memiliki struktur mendasar yang dapat dianalisis untuk mengungkapkan bagaimana makna dibentuk dan dipahami oleh pembaca.
Ilustrasi Membaca Karya Sastra. Sumber: Unsplash/Fallon Michael
Dalam praktiknya, metode strukturalis sering melibatkan identifikasi oposisi biner, seperti baik dan jahat atau protagonis dan antagonis, yang mendasari konflik dalam narasi. Selain itu, struktur naratif dan pola berulang, seperti motif dan tema, dianalisis untuk melihat bagaimana mereka menciptakan kerangka yang koheren bagi teks.
Misalnya, pola berulang dalam sebuah novel, seperti penggunaan simbol tertentu atau pengulangan tema kekuasaan dan penindasan, dapat diidentifikasi untuk menunjukkan bagaimana mereka membentuk keseluruhan makna karya tersebut.
Contoh konkret dari pendekatan ini adalah pembacaan strukturalis terhadap sebuah novel mungkin mengeksplorasi motif dan tema yang berulang yang menciptakan kerangka untuk memahami tindakan karakter dan perkembangan plot. Misalnya, dalam novel "To Kill a Mockingbird" karya Harper Lee, motif keadilan dan ketidakadilan berulang di seluruh cerita dan membantu membentuk pemahaman kita tentang perkembangan karakter Atticus Finch dan perjuangannya melawan rasisme.
ADVERTISEMENT
Dengan menganalisis struktur dasar seperti ini, pembaca dapat melihat bagaimana elemen-elemen berbeda dari teks bekerja bersama untuk menciptakan makna yang mendalam dan kompleks.

Dekonstruksi

Dekonstruksi, dipelopori oleh Jacques Derrida, menantang gagasan tentang makna tetap dalam sebuah teks. Derrida berpendapat bahwa bahasa itu sendiri bersifat tidak stabil dan tidak memiliki makna tetap. Setiap kata atau frasa dapat memiliki banyak makna yang berbeda tergantung pada konteksnya, dan ini membuka kemungkinan interpretasi yang tak terbatas.
Dekonstruksi tidak hanya melihat pada apa yang teks katakan secara eksplisit, tetapi juga pada apa yang tersirat dan bagaimana elemen-elemen yang tampaknya kontradiktif atau ambigu bisa ada bersama dalam sebuah teks.
Pendekatan dekonstruktif berfokus pada mengungkap kontradiksi dan ambiguitas yang ada dalam teks. Ini berarti pembaca mencari celah, kesenjangan, dan perbedaan dalam teks yang menunjukkan bahwa makna tidak pernah tetap atau pasti.
ADVERTISEMENT
Misalnya, dalam sebuah novel, kata atau frasa tertentu mungkin digunakan dalam cara yang tampaknya memiliki satu makna pada awalnya, tetapi kemudian konteks lain memberikan interpretasi yang berbeda atau bertentangan.
Dengan mengidentifikasi dan mengeksplorasi elemen-elemen ini, pembacaan dekonstruktif bertujuan untuk menunjukkan bahwa teks bisa mengandung makna-makna yang bertentangan atau saling meniadakan, sehingga mengungkap kompleksitas bahasa dan makna.
Ilustrasi Membaca Karya Sastra. Sumber: Unsplash/Sincerely Media
Sebagai ilustrasi, sebuah puisi yang pada awalnya tampak merayakan cinta romantis mungkin, melalui pembacaan dekonstruktif, juga mengungkapkan keraguan dan ketidakpastian mengenai cinta tersebut.
Dengan memeriksa simbol-simbol, metafora, dan struktur teks yang saling bertentangan, dekonstruksi mengungkap lapisan-lapisan makna yang menunjukkan bahwa teks tidak bisa disederhanakan menjadi satu interpretasi saja.
Ini mengajak pembaca untuk menerima dan merayakan ambiguitas dan kompleksitas sebagai bagian integral dari pengalaman membaca sastra.
ADVERTISEMENT

Kritik Respon Pembaca (Reader Response Criticism)

Kritik respon pembaca menekankan peran aktif pembaca dalam menciptakan makna sebuah teks sastra. Menurut pendekatan ini, karya sastra dianggap tidak lengkap sampai dibaca dan ditafsirkan oleh audiens.
Ini karena pembaca membawa serta pengalaman pribadi, emosi, dan latar belakang budaya mereka dalam proses pembacaan, yang secara signifikan mempengaruhi cara mereka memahami dan menginterpretasikan teks tersebut.
Dengan demikian, makna sebuah karya sastra menjadi subjektif dan dinamis, terus berubah sesuai dengan siapa yang membacanya dan konteks di mana mereka membacanya.
Setiap pembaca dapat menghasilkan pemahaman yang berbeda berdasarkan perspektif unik mereka. Misalnya, seorang pembaca yang pernah mengalami kehilangan mungkin melihat tema kematian dalam novel dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan pembaca yang belum pernah mengalami hal serupa.
ADVERTISEMENT
Begitu pula, latar belakang budaya dapat memengaruhi bagaimana simbol dan metafora dalam teks diartikan, sehingga menghasilkan pemaknaan yang beragam dan kaya.
Sebagai contoh konkret, dalam kritik respon pembaca, interpretasi seorang pembaca tentang motivasi karakter bisa sangat berbeda berdasarkan pengalaman hidup mereka sendiri.
Seorang pembaca yang pernah menghadapi konflik moral mungkin lebih memahami kompleksitas keputusan seorang karakter dalam situasi serupa, sementara pembaca lain yang tidak memiliki pengalaman tersebut mungkin melihat keputusan karakter itu dengan cara yang lebih sederhana atau bahkan menghakimi.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa setiap pembacaan dan penafsiran adalah proses yang unik, memberikan kontribusi pada berbagai cara kita dapat memahami dan menghargai karya sastra.

Kritik Feminis

Pendekatan ini berusaha mengidentifikasi dan menganalisis representasi perempuan dalam karya sastra, serta bagaimana karakter perempuan diperlakukan dan digambarkan dalam hubungan sosial dan naratif.
ADVERTISEMENT
Kritik feminis mempertanyakan apakah perempuan dalam teks tersebut diberikan suara dan agensi, atau apakah mereka ditempatkan dalam peran subordinat yang mematuhi struktur patriarkal yang ada.
Selain itu, kritik feminis juga berfokus pada peran yang dimainkan oleh perempuan dalam narasi dan bagaimana peran tersebut berkontribusi terhadap tema keseluruhan teks. Ini melibatkan analisis mendalam terhadap dinamika kekuasaan antar gender yang dihadirkan dalam karya sastra, termasuk bagaimana kekuasaan tersebut didistribusikan dan diperebutkan antara karakter laki-laki dan perempuan.
Dalam banyak kasus, kritik feminis mengeksplorasi bagaimana teks memperkuat atau menantang stereotip gender tradisional, dan bagaimana penulis menggunakan karakter perempuan untuk menyampaikan pesan tentang gender dan kekuasaan.
Sebagai contoh, pembacaan feminis terhadap sebuah novel mungkin fokus pada bagaimana karakter perempuan digambarkan dalam hubungannya dengan rekan pria mereka, dan bagaimana narasi tersebut membahas isu ketidaksetaraan gender.
ADVERTISEMENT
Analisis ini dapat mencakup bagaimana perempuan dalam novel tersebut menghadapi dan menanggapi bentuk-bentuk penindasan dan diskriminasi yang mereka alami, serta bagaimana mereka mungkin berjuang untuk kemandirian dan kesetaraan. Pembacaan feminis juga akan melihat apakah teks menawarkan kritik terhadap norma-norma patriarkal atau apakah teks tersebut justru memperkuat sistem gender yang tidak adil.
Dengan demikian, kritik feminis tidak hanya membantu mengungkap makna tersembunyi dalam teks sastra tetapi juga mendorong pembaca untuk mempertimbangkan implikasi sosial dan politik dari representasi gender dalam karya sastra.

Kritik Psikoanalitik

Kritik psikoanalitik menerapkan teori psikologi, terutama dari Sigmund Freud dan Carl Jung, dalam analisis sastra untuk menggali kedalaman makna di balik teks. Freud mengemukakan konsep-konsep seperti alam bawah sadar, hasrat yang terpendam, dan mekanisme pertahanan, yang semuanya dapat diterapkan dalam memahami motif dan perilaku karakter dalam sebuah karya sastra.
ADVERTISEMENT
Jung, di sisi lain, menambahkan lapisan lain melalui teori arketipe dan kolektif bawah sadar, yang menawarkan kerangka kerja untuk memahami pola dan simbol universal yang muncul dalam teks. Dengan menggunakan kerangka psikoanalitik ini, pembaca dapat menguraikan lapisan kompleksitas dalam karakter dan plot yang mungkin tidak terlihat secara langsung.
Dalam pendekatan ini, analisis seringkali berkisar pada bagaimana karakter dalam teks menunjukkan tanda-tanda konflik internal, trauma masa lalu, atau keinginan yang ditekan. Ini dapat mencakup penelaahan bagaimana perilaku karakter dipengaruhi oleh pengalaman masa kecil mereka, ketakutan tersembunyi, atau aspirasi yang tidak terpenuhi. Selain itu, kritik psikoanalitik dapat mengeksplorasi hubungan antara kehidupan penulis dengan karya mereka, menggali bagaimana pengalaman pribadi dan kondisi psikologis mereka tercermin dalam teks.
ADVERTISEMENT
Contoh konkret dari pendekatan ini adalah interpretasi mimpi karakter dalam sebuah karya sastra. Dalam pembacaan psikoanalitik, mimpi sering dilihat sebagai jendela ke alam bawah sadar, mengungkapkan keinginan yang terpendam atau konflik yang tidak terselesaikan.
Misalnya, sebuah mimpi yang dialami oleh karakter mungkin mencerminkan ketakutan terdalam mereka atau harapan yang tidak diakui secara sadar. Analisis mimpi ini dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang motivasi karakter dan tema-tema utama dalam cerita, serta membuka pemahaman baru tentang bagaimana teks itu sendiri berfungsi sebagai cerminan dari dinamika psikologis yang lebih luas.

Kritik Marxis

Kritik Marxis dalam studi sastra meneliti peran penting konteks sosio-ekonomi dalam membentuk karya-karya sastra. Fokusnya adalah pada cara teks merefleksikan, memperkuat, atau bahkan menantang struktur kelas, ketidaksetaraan ekonomi, dan dinamika kekuasaan dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Metode ini tidak hanya terbatas pada analisis ideologi, tetapi juga melibatkan pemahaman mendalam tentang kondisi material karakter dalam narasi dan komentar-komentar tersirat tentang kondisi sosial dan ekonomi yang tertanam dalam teks.
Sebagai contoh, sebuah analisis Marxis terhadap sebuah novel dapat mengungkap bagaimana kondisi ekonomi karakter-karakter tersebut mempengaruhi pilihan dan interaksi mereka di dalam cerita. Lebih dari itu, pendekatan ini dapat menggali bagaimana teks tersebut secara implisit atau eksplisit menyoroti ketidakadilan struktural yang mendasari masyarakat kapitalis.
Dengan melibatkan analisis mendalam tentang aspek-aspek sosio-ekonomi yang tertanam dalam teks, kritik Marxis memberikan wawasan yang kaya dan kompleks tentang hubungan antara sastra dan realitas sosialnya.

Kritik Sejarah dan Biografi

Kritik sejarah dan biografi dalam pembacaan karya sastra membuka jendela untuk memahami karya tersebut dalam konteks yang lebih luas. Melalui analisis sejarah, pembaca dapat menelusuri bagaimana peristiwa-peristiwa penting pada masa tertentu memberi warna pada tema dan karakter dalam sebuah karya, menjadikan teks tersebut lebih berarti dalam menggambarkan zaman itu.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, pendekatan biografi menggali pengalaman pribadi penulis, memperkenalkan dimensi personal yang memengaruhi penciptaan teks, mulai dari pengaruh keluarga hingga peristiwa hidup yang menjadi sumber inspirasi.
Ilustrasi Membaca Karya Sastra. Sumber: Unsplash/Susan Wilkinson
Misalnya, dalam memahami sebuah novel sejarah, pembaca dapat menyelidiki bagaimana konteks sosial dan politik pada periode tertentu memengaruhi plot dan karakter-karakternya, menambah kedalaman pemahaman tentang latar belakangnya.
Sebaliknya, ketika menganalisis karya sastra dengan pendekatan biografi, pembaca dapat menemukan bagaimana pengalaman hidup penulis, seperti kegagalan pribadi atau konflik interpersonal, tercermin dalam penggambaran karakter dan alur cerita, membuka ruang untuk interpretasi yang lebih personal dan mendalam.
Dengan memadukan kritik sejarah dan biografi, pembaca dapat memperoleh wawasan yang lebih kaya tentang bagaimana konteks sejarah dan pengalaman pribadi penulis saling memengaruhi dalam pembentukan karya sastra yang abadi.
ADVERTISEMENT

Kritik Pascakolonial

Dengan menganalisis tema-tema kolonisasi dan dampaknya, pendekatan ini tidak hanya mengungkapkan bagaimana kekuasaan kolonial membentuk narasi, tetapi juga menggali konsekuensi sosial, budaya, dan politik dari periode penjajahan.
Misalnya, ketika menelaah sebuah novel, kritik pascakolonial dapat mengidentifikasi bagaimana konflik identitas antara penguasa dan yang dikuasai tercermin dalam karakter-karakternya, serta bagaimana dinamika kekuasaan kolonial mengatur interaksi dan hubungan antar karakter.
Pembacaan pascakolonial juga melibatkan eksplorasi tentang bagaimana teks sastra mencerminkan perlawanan terhadap penjajahan dan upaya membangun kembali identitas yang terpinggirkan. Dalam hal ini, kritik pascakolonial menyoroti narasi alternatif yang menantang dominasi kolonial, serta penekanan pada kebanggaan budaya dan nilai-nilai lokal.
Sebagai contoh, sebuah analisis pascakolonial mungkin menyoroti bagaimana karakter-karakter dalam sebuah puisi mengekspresikan ketahanan dan kebanggaan mereka dalam menghadapi penindasan kolonial, serta bagaimana teks tersebut merayakan kekayaan budaya dan warisan mereka yang terpinggirkan.
ADVERTISEMENT
Dengan pendekatan yang holistik, kritik pascakolonial membuka pintu bagi pemahaman yang lebih dalam tentang peran sastra dalam merefleksikan dan merekam pengalaman kolonialisme. Melalui pemeriksaan identitas, kekuasaan, perlawanan, dan pengaruh sejarah kolonial, metode ini memperkaya interpretasi kita terhadap teks-teks sastra yang memperjuangkan suara-suara yang terpinggirkan dan mengeksplorasi konsekuensi jangka panjang dari penjajahan.

Ekokritik

Ekokritik adalah cabang sastra yang mendalami keterkaitan antara karya sastra dan ekosistem alam. Melalui pendekatan ini, para peneliti tidak hanya menganalisis bagaimana teks menggambarkan alam dan isu-isu lingkungan, tetapi juga bagaimana hubungan manusia dengan alam direpresentasikan dalam karya sastra tersebut.
Contohnya, sebuah analisis ekokritikal terhadap sebuah novel dapat mengungkap bagaimana deskripsi alam dan interaksi antara karakter dengan lingkungannya mencerminkan pandangan penulis tentang keberlanjutan ekologi dan tantangan lingkungan yang dihadapi manusia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pendekatan ekokritikal juga membuka jalan bagi pemahaman lebih dalam tentang peran sastra dalam meningkatkan kesadaran akan masalah lingkungan.
Melalui analisis teks yang diselami secara ekokritikal, pembaca dapat melihat bagaimana sastra tidak hanya mencerminkan realitas ekologis, tetapi juga dapat menjadi alat untuk menginspirasi perubahan sosial dan perlindungan lingkungan. Misalnya, sebuah cerpen yang menyoroti dampak perubahan iklim dapat memicu pembaca untuk mempertimbangkan tindakan nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Dengan menekankan kesadaran akan ketergantungan manusia pada alam dan pentingnya pelestarian lingkungan, kritik ekokritikal menawarkan cara baru untuk memahami dan menghargai sastra sebagai sarana untuk mempromosikan kesadaran lingkungan dan tindakan positif terhadap ekosistem alam.
Setiap metode pembacaan membuka jendela unik menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang karya sastra. Dari analisis yang teliti dalam pembacaan dekat hingga perspektif yang kompleks dari strukturalisme dan dekonstruksi, setiap pendekatan menawarkan cara berbeda untuk menyelami makna-makna yang tersembunyi dalam teks.
ADVERTISEMENT
Dengan memadukan berbagai metode tersebut, pembaca dapat mengembangkan pemahaman yang lebih kaya tentang kompleksitas karya sastra, dari sudut pandang yang beragam, mulai dari dimensi individual hingga aspek-aspek sosio-kultural yang melingkupinya. Sehingga, setiap pengalaman membaca tidak hanya menjadi eksplorasi intelektual, tetapi juga perjalanan yang menggugah dalam menggali makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam teks sastra.