Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Cemas Terhadap "ABG" Karena Kehilangan 17 Sepeda
7 November 2017 16:51 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Gina Yustika Dimara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Wisata sepeda onthel di Taman Fatahillah menjadi salah satu destinasi utama ketika mengunjungi kawasan Kota Tua. Setiap harinya, banyak wisatawan menikmati Kota Tua dengan berkeliling menggunakan sepeda onthel. Tapi tahukah bahwa terdapat banyak suka, duka dan pengalaman yang didapatkan oleh para penyewa sepeda onthel? Salah satunya, harus siap kehilangan sepeda.
ADVERTISEMENT
kumparan berkesempatan untuk mengobrol bersama salah satu penyewa sepeda onthel di Taman Fatahillah, Jakarta Barat (7/11). Dalam penjelasannya, Andri Firmansyah (40), menjelaskan pengalamannya kehilangan sepeda setelah menggeluti profesi sebagai penyewa sepeda onthel selama 9 tahun.
"Kalau di itung-itung, selama kurun waktu dari 2008 sampai sekarang, saya sudah kehilangan 17 sepeda," kata Andri.
Andri menjelaskan bahwa ia sudah paham dengan resiko dari pekerjaannya sebagai penyewa sepeda onthel. Sepeda yang ia sewakan, merupakan sepeda miliknya sendiri. Sehingga, apabila terdapat kehilangan dan kerusakan, itu sudah menjadi tanggungjawab dan kerugian Andri sendiri.
"Awal mulanya, itu yang nyewa ABG-ABG gitu, anak-anak baru gede. Ya mereka bayar memang, ikut sewa. Tapi kok gak balik-balik, ya. Tapi ya kita disini namanya sepeda banyak, kita kan ga mungkin merhatiin sepeda satu per satu, ya. Jadi ya harus pasrah aja. Kalau jujur balik, kalau ga jujur ya hilang," lanjut Andri.
ADVERTISEMENT
Selama pengalamannya selama 9 tahun sebagai penyewa sepeda onthel, Andri masih merasakan kecemasan apabila ada segerombolan remaja yang menyewa sepedanya. Sistem penyewaan sepeda di Taman Fatahillah sangat terbuka dan tanpa syarat, sehingga apabila terjadi sesuatu, Andri harus pasrahkan.
"Karena dulu kasus kehilangan mayoritas ABG, sampai sekarang saya masih cemas," kata Andri sambil tertawa.
Kasus kehilangan bukan hanya terjadi pada Andri, namun pada rekan-rekan penyewa sepeda onthel yang lain. Untuk menyiasatinya, Paguyuban Onthel Wisata Kota Tua menemukan solusi yang tepat untuk menghindari dari pencurian sepeda-sepeda tersebut. Sepeda yang mereka sewakan, mereka potong bagian jok bawahnya secara permanen. Sehingga apabila dijual, sudah tidak memiliki nilai jualnya.
Andri menjelaskan bahwa penyewa sepeda onthel harus mentaati aturan-aturan sebagai bagian dari sebuah komunitas. Termasuk, tarif antar penyewa yang harus disetarakan.
ADVERTISEMENT
"Karena disitu ada komunitas, ada sebuah aturan, ya kita sebagai anggota harus mematuhi. Contohnya, mesti pake seragam dan sepatu. Kita kan juga harus memasarkan Kota Tua.Untuk tarif pun harus disetarakan, dulu sebelum adanya komunitas, sempat terjadi konflik internal. Ada yang memasang tarif 10 ribu, 15 ribu dan 20 ribu. Sekarang kami setarakan menjadi 20 ribu per 30 menit. Jadi, ga akan ada kecemburuan sosial antar penyewa sepeda," tutup Andri.
Andri berharap agar wisata onthel di Taman Fatahillah akan terus berkembang. Ia juga berharap agar kasus pencurian sepeda-sepeda akan berhenti. Sehingga ia dan rekan-rekannya dapat menjalani profesinya dengan suka cita.