Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
"TIM Itu Hidup Segan Mati Tak Mau"
5 November 2017 9:58 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Gina Yustika Dimara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Taman Ismail Marzuki (TIM) pernah menjadi rumah para seniman-seniman hebat dan ternama. Keharuman namanya pernah sampai ke pelosok dunia karena ekspresi seni dan karyanya.
ADVERTISEMENT
kumparan berkesempatan mewawancari salah satu dari seniman hebat tersebut, Jose Rizal Manau. Ia aktif menjadi seorang mentor dalam dunia teater, karyanya sampai ke mata para pecinta teater di Jerman dan mendapatkan penghargaan Rekor MURI, sebagai teater yang paling banyak mendapatkan penghargaan. Ia juga sering muncul di layar lebar sebagai aktor.
Jose memiliki toko buku yang terletak di sudut gedung Graha Bhakti Budaya. Ia masih setia duduk bersama TIM dan menyaksikan perubahan lika liku dalam pasang-surutnya wadah seniman ini, Taman Ismail Marzuki.
“TIM ini sudah salah kaprah, ya. TIM ini dulunya indah sekali. Di desain oleh arsitek yang luar biasa, namanya Tjong, penasehatnya Ali Sadikin. Dia ketika membangun pusat kesenian Jakarta ini berkonsultasi dengan semua seniman. Jadi, duduk bareng, di desain bareng, indah sekali Taman Ismail Marzuki ketika didirikan”.
ADVERTISEMENT
Dulunya, tempat gedung terbaru kompleks TIM, Teater Jakarta, terdiri dari beberapa teater. Pada awal didirikannya, terdapat teater terbuka, teater tertutup dan teater arena. Namun, semua teater itu telah dihancurkan dan digantingan dengan Teater Jakarta.

“Dulu teater-teater itu adalah gedung-gedung yang sangat dikagumi di dunia. Satu-satunya gedung yang unik yang tidak ada duanya di dunia. Dan itu dihancurkan. Itu sejarah, ya. Sekarang orang mau ngomong apa. Itu sejarah. Sekarang orang dah gak bisa lagi ngomongin sejarah TIM, mau ngomongin apa”.
Jose menjelaskan bahwa dulu saat teater-teater itu belum dihancurkan, merupakan tempat dimana seniman-seniman hebat berkumpul dan menampilkan karyanya. W.S Rendra pernah menampilkan karya-karyanya, Martha Graham, seorang penari balet terkenal dari Amerika mempresentasikan tarian dan karyanya dan Marcel Marceau, pemain pantomim terhebat di dunia, juga pernah memainkan karya-karyanya di teater lama yang telah dihancurkan itu.
ADVERTISEMENT
Jose menambahkan bahwa sekarang TIM sudah banyak kehilangan citranya dan keharumannya telah meredup. Ia berharap bahwa TIM dapat kembali ke fungsi awalnya sebagai wadah para seniman untuk mengekspresikan karya dan seninya.
“Karena sekarang tidak lagi ada seniman-seniman yang hebat tidak lagi mau nongkrong di TIM karena sudah tidak ada sesuatu lagi disini. Kalau dulu kita bisa lihat orang-orang hebat semuanya nongkrong disini dan mereka bisa mengobrol bersama. Sekarang udah gak bisa, gak tau dimana,” tutup Jose.