Konten dari Pengguna

Mimpi Itu Akan Semakin Nyata

ginanjar saras adhiguna
saya berprofesi sebagai Widyaiswara di Balai Diklat LHK Samarinda dibawah kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan riwayat pendidikan saya adalah S1 dan S2 kehutanan di UGM Yogyakarta
29 September 2021 10:33 WIB
clock
Diperbarui 12 Oktober 2021 13:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ginanjar saras adhiguna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mimpi Desa Tumbang Mangkutup untuk menjadi sebuah Desa Wisata akan semakin menjadi kenyataan dengan dilaksanakannya pelatihan ekowisata dalam rangka program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang dilaksanakan oleh Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan Samarinda (BDLHK Samarinda). Diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari 2 Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) yaitu KUPS Agroforestry “Itah Tempon Gawi” dan KUPS Perikanan “Maju Makmur”.
Gambar 1. Pengajar dan Peserta Pelatihan Ekowisata (sumber foto : Ginanjar)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar 1. Pengajar dan Peserta Pelatihan Ekowisata (sumber foto : Ginanjar)
Desa Tumbang Mangkutup sendiri terletak di Kecamatan Mantangai Kabupaten Kuala Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Memiliki luasan 372,5 km², Tumbang Mangkutup memiliki 120 Kepala Keluarga (KK) yang dominasi mata pencaharian masyarakat adalah nelayan dan petani karet. Dari 120 KK yang ada terdapat 7 KK yang masih memiliki kepercayaan Kaharingan dan hampir 90 % masyarakat Desa Tumbang Mangkutup adalah Dayak Muslim.
ADVERTISEMENT
Akses menuju Tumbang Mangkutup sekarang ini hanya bergantung pada moda transportasi air yang ada. Untuk menuju desa ini diperlukan perjalanan sungai kurang lebih 4 jam menggunakan speed boat dari Kabupaten Kapuas. Opsi lain untuk menuju desa ini dengan melakukan perjalanan darat menuju Kecamatan Mantangai kurang lebih 2,5 jam perjalanan melewati perkebunan sawit dengan kondisi jalan yang kurang baik dan dilanjutkan menggunakan speed boat sekitar 2 jam perjalanan. Akses darat menuju Desa ini pun juga akan segera terealisasi dengan progres pengerasan jalan yang sudah mencapai 2 desa sebelum Tumbang Mangkutup.
Potensi alam yang dimiliki Desa Tumbang Mangkutup sendiri dapat dikatakan masih cukup terjaga kelestariannya. Ini terlihat dari keasrian bentang alam dan udara segar yang dirasakan. Beberapa potensi yang memiliki nilai seperti Ekosistem Gambut, Sungai Hitam, keanekaragaman jenis ikan, keberadaan satwa liar seperti Orangutan, kucing hutan serta budaya setempat menjadikan desa ini sangat prospek untuk dikembangkan menjadi sebuah destinasi wisata khususnya dalam balutan ekowisata.
ADVERTISEMENT
Warga Desa memiliki impian akan sebuah ekowisata yang betemakan perikanan. Harapan ini pun akan semakin nyata dengan adanya dana desa yang dapat digunakan untuk membangun sebuah ekowisata. Warga Desa Tumbang Mangkutup mulai membangun beberapa kolam ikan yang diperuntukkan untuk budidaya ikan dan kolam pancing secara bergotong-royong. Walaupun beberapa sarana dan objek atraksi sudah terbangun, sepertinya bekal untuk membangun sebuah ekowisata masih sangatlah kurang dikarenakan masyarakat belum memahami tentang konsep pariwisata khususnya ekowisata.
Pelatihan Ekowisata ini bertujuan untuk membekali peserta dengan kemampuan dalam menjelaskan pengertian pariwisata dan ekowisata serta mengembangkan ekowisata susur sungai dan memasarkan ekowisata susur sungai. Pelatihan ini dilaksanakan selama 31 Jam Pelajaran (JP) dengan metode tatap muka yang disajikan selama 4 hari dari tanggal 15 hingga 18 September 2021. Uniknya pelatihan ekowisata ini dilaksanakan langsung di calon lokasi Ekowisata yang dinamakan Ekowisata Saka Piring sehingga kegiatan pelatihan baik teori maupun praktik langsung diterapkan dilokasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Pengajar dalam pelatihan kali ini dirasa sangat menarik sekali karena pengajar memiliki latar belakang seorang penggiat wisata. Terdapat 3 orang pengajar pada pelatihan ini, pengajar pertama yaitu Yomie Kamale yang merupakan seorang praktisi ekowisata yang juga merupakan seorang pemandu wisata, Trainer, sekaligus seorang Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kalimantan Tengah. Pengajar kedua yaitu Yonathan Philip Thomas yang juga merupakan praktisi ekowisata di kota Palangkaraya. Pengajar ketiga yaitu Fatur Rahman yang merupakan seorang Bakti Rimbawan pada KPHL Kapuas Kahayan yang juga merupakan pendamping Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) setempat.
Pelaksanaan pelatihan di mulai dengan Penjelasan Program dan Alur Pelatihan oleh Ginanjar Saras Adhiguna Selaku penanggung jawab akademik (PJA) pada pelatihan ini. Pada kegiatan pertama, PJA juga melakukan sedikit Energizer untuk mengawali kegiatan pelatihan agar membantu membangun kembali suasana pelatihan agar lebih fokus, serius tetapi santai dan menyenangkan serta menjaga kondisi fisik dan psikis peserta pelatihan.
ADVERTISEMENT
Penjelasan program dan alur pelatihan bertujuan untuk memberikan gambaran bagaimana pelatihan ekowsiata ini dilaksanakan termasuk juga apa apa saja materi yang akan disampaikan dan juga dipraktikkan. Dalam sesi ini juga dijlaskan terkait hak dan kewajiban peserta pelatihan selama 4 hari kedepan.
Pre Test atau tes awal kemudian dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan tentang ruang lingkup pariwisata khususnya ekowisata. Soal dalam Pre Test ini cukup sederhana sekali karena disesuaikan dengan tingkat Pendidikan masyarakat yang rata-rata adalah Sekolah Dasar dengan rata-rata kelas usia 40-50 tahun. Contoh soal seperti apa pengertian dari wisata, wisatawan dan lain sebagainya samapi dengan 10 soal essay. Hasil Pre Test menunjukkan bahwa pengetahuan peserta terkait pariwisata sangat minim sekali dan sangat tampak peserta tidak bisa menjawab beberapa pertanaan dalam soal yang ada.
ADVERTISEMENT
Mata Pelatihan yang diajarkan tidak lepas dari kurikulum Pelatihan Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Ekowisata Susur Sungai yang diterbitkan oleh Pusat Diklat LHK tahun 2021. Adapun mata pelatihan yang disampaikan meliputi materi Pariwisata dan Ekowisata, pariwisata di masa dan pasca pandemi covid 19, identifikasi dan penngembangan potensi wisata, Teknik pembuatan program ekowisata, pemasaran dan jejaring ekowisata, dampak pariwisata, manajemen resiko, serta Interpretasi Alam.
Indikator hasil belajar yang diharapkan adalah peserta dapat menjelaskan tentang pariwisata hingga dapat melakukan identifikasi potensi serta membuat sebuat paket wisata susur sungai. Selain itu dalam pelatihan ini juga disampaikan tentang manajemen resiko berkaitan dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam perencanaan pariwisata.
Dalam kegiatan identifikasi potensi wisata didapatkan 3 destinasi utama yaitu Desa Tumbang Mangkutup, Sungai Mangkutup, dan ekowisata Saka Piring yang merupakan bekas penggalian aliran air sungai pada tahun 2008. Nama Saka Piring disepakati oleh masyarakat dalam sesi itu dan memiliki arti yaitu sungai kecil yang melingkar seperti piring. Posisi ke 3 potensi tersebut seperti segitiga emas, lokasi ekowisata berada di sebelah timur, Desa Tumbang Mangkutup berada di sebelah barat dan Sungai Mangkutup berada di Utara.
ADVERTISEMENT
Perjalanan kegiatan identifikasi dimulai dari Desa Tumbang Mangkutup, dimulai dari briefing pagi untuk memulai identifikasi. Dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing didampingi oleh pengajar yang ada, masyarakat memulai berjalan dan mencoba untuk mengidentifikasi potensi-potensi yang ada. Yang didapatkan dalam perjalanan seperti potensi bangunan-bangunan tua, kegiatan-kegiatan masyarakat lokal, tradisi masyarakat Dayak, hutan, benda-benda pusaka dan lain sebagainya. Peserta mencatat potensi tersebut dan mencoba berfikir untuk memberikan ide-ide menarik dalam mengemas potensi yang ada.
Pada kegiatan ini juga masyarakat diajarkan oleh pengajar bagaimana kita harus menerjemahkan atau menginterpretasikan suatu objek. 2 desain yang didapatkan dalam perencanaan wisata desa ini adalah bagaimana Menyusun sirkulasi kunjungan apakah 2 arah memanfaatkan 1 jalan desa yang berukuran 1,5 meter ataukah sirkulasi akan dibuat 1 arah yang akan mengelilingi desa, melewati hutan, dan akan Kembali pada titik awal yaitu dermaga. Direncakan juga lokasi-lokasi untuk tempat berisitirahat dan lokasi-lokasi atraksi yang akan dikembangkan.
Gambar 2. Identifikasi Potensi Di Desa Tumbang Mangkutup (sumber foto : Ginanjar)
Selanjutnya identifikasi kedua adalah Sungai Mangkutup. Sungai ini merupakan sungai hitam yang selalu hitam dan warna hitam tersebut tidak terpengaruh oleh pasang surut. Pasalnya Ketika pasang di sungai-sungai lain, sungai yang berwarna hitam akan menjadi coklat oleh karena air pasang. Sungai ini memiliki lebar sekitar 40 meter pada saat pasang. Kegiatan dialkukan menggunakan 6 perahu yang memuat 30 peserta dan beberapa panitia beserta didampingi oleh 1 polisi air.
ADVERTISEMENT
Di kanan kiri sungai adalah lahan gambut yang dulunya terbakar habis pada tahun 2015 tetapi saat ini kondisi hutan sudah mengalami suksesi secara alami dan sudah hijau Kembali. Dari hasil pengamatan selama perjalanan sungai ditemukan kurang lebih 5 sarang orangutan yang dapat dipastikan masih ada keberadaannya karena teridentifikasi sarang tersebut masih baru. Selain itu di sekitar sungai juga banyak sekali ditumbuhi tumbuhan-tumbuhan lokal yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dikonsumsi dan juga sebagai tanaman obat.
Identifikasi ketiga yaitu lokasi Ekowisata Saka Piring. Di lokasi ini merupakan tujuan utama sebagai ekowisata perikanan karena memang di proyeksikan untuk kegiatan-kegiatan wisata perikanan termasuk juga budidaya ikan lokal untuk menjaga ketersediaan ikan tersebut. Di lokasi ini lebih kepada melakukan perencanaan amenitas dan fasilitas penunjang wisata serta menentukan atraksi-atraksi apa saja yang akan disuguhkan pada lokasi ini.
ADVERTISEMENT
Dari hasil diskusi pemerintah desa, peserta, dan pengajar didapatkan atraksi yang akan dikembangkan seperti kearifan lokal, memancing, belajar ikan lokal, mengenal jenis tanaman lokal, edukasi terkait gambut, dan beberapa perencanaan bangunan seperti greenhouse, gazebo, jembatan, rumah ibadah, dermaga, akses masuk da lain sebagainya.
Gambar 3. Desain Ekowisata Saka Piring (sumber foto : Iyan)
Kegiatan terakhir pada pelatihan ini adamembuat sebuat program paket wisata yang dipandu oleh pengajar untuk Menyusun sebuah paket wisata berserta uang yang harus dikeluarkan untuk berwisata ke Desa Tumbang Mangkutup. Dari hasil diskusi didapatkan paket wisata dalam paket 1 hari wisata dan paket 2 hari wisata. Dalam paket 1 hari, sudah disesuaikan alur dan rute perjalan serta waktu waktu terbaik dalam melakukan kegiatan. Sedangkan paket 2 hari, digambarkan wisatawan akan lebih menikmati pejalanan wisata yang ada dengan bermalam di lokasi Ekowisata Saka Piring.
ADVERTISEMENT
selain itu, akan ada 2 opsi perjalanan untuk menuju lokasi wisata ini, yang pertama adalah opsi melalui Kota Palangkaraya melalui Lahai dan mengarungi Sungai Mangkutup dan opsi kedua adalah Kota Kapuas yang menyusuri Sungai Kapuas.
Harapan masyarakat dan Pemerintah Desa Tumbang Mangkutup semoga impian mereka akan Ekowisata bisa terealisasi kurang lebih 1 tahun ini. Masyarakat menginginkan adanya perubahan akan pola hidup mereka yang nantinya akan berdampak pada pendapatan yang mereka anggap lebih. Masyarakat berjanji dan berkomitmen untuk bergotong-royong membangun ekowisata demi kesejahteraan mereka dan alam yang lestari.