Konten dari Pengguna

Hari Suci: Momen Kehangatan di Tengah Kehilangan

Gita Herlina Sari
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Amikom Purwokerto
31 Maret 2025 11:47 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gita Herlina Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kabar duka nenek dua minggu sebelum lebaran, Dok: Foto Pribadi 16/3
zoom-in-whitePerbesar
Kabar duka nenek dua minggu sebelum lebaran, Dok: Foto Pribadi 16/3
ADVERTISEMENT
Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran umat muslim selalu identik dengan kesucian, momen dimana keluarga berkumpul untuk silaturahmi dan berbagi kebahagiaan. Begitupun dengan keluarga kami, setiap tahun selalu merayakan hari lebaran dengan hangatnya kebersamaan. Namun, lebaran kali ini sangat terasa perbedaannya bagi keluarga kami. Dua minggu sebelum lebaran, kabar duka menyelimuti keluarga besar kami. Sosok nenek yang menjadi pusat tujuan perayaan di keluarga kini telah tiada kembali ke surganya Allah SWT. Meski kesedihan masih menyelimuti hati keluarga, kami tetap berusaha merayakan Idulfitri dengan penuh makna untuk menjaga tradisi selama ini seperti yang nenek ajarkan.
ADVERTISEMENT

Pagi yang Khitmat, Terdengar Takbir yang Dirindukan.

Terdengar takbir yang berkumandang dari setiap masjid sejak malam sebelumnya. Suasana pagi dengan udara yang sangat sejuk dan tenang. Seisi alam seperti ikut merayakan hari kemenangan, menyambut Idulfitri dengan ketenangan yang begitu mendalam. Tak seperti biasanya, sejak subuh kokok ayam dan suara bebek pun tak terdengar pagi ini. Pohon-pohon juga tampak diam, seolah ikut merayakan momen Idulfitri yang selalu di nantikan.

Keheningan Menyertai Langkah Kaki Menuju Salat Ied

suasana pagi hari para jamaah yang datang ke Kodim 0701/Banyumas, (Dok: Foto Pribadi;31/3)
Keheningan pagi ini, mengiringi langkah kaki menuju lapangan untuk solat ied. Tidak ada kebisingan di tengah kota kecil purwokerto ini, membuat semakin larut dalam ketenangan. Jamaah mulai berdatangan membawa doanya masing-masing dalam hati tentang harapannya. Semakin banyak jamaah dekat dengan tempat solat, suara takbir semakin terdengar keras. Saff solat mulai terbentuk barisan demi barisan dengan raut wajah haru orang-orang yang mungkin rindu dengan momen lebaran sebelumnya bersama orang yang kini telah tiada.
ADVERTISEMENT
Ratusan jamaah memadati lapangan di pagi hari

Alirkan Doa untuk Orang Tersayang di Moment Lebaran

seseorang yang sedang khusyuk berdoa setelah solat Ied selesai Kodim 0701/ Banyumas, Purwokerto (31/3)

Kecil-Kecil Banyak Maaf Yang Terucap

Terlihat kecil namun sangat ramai, momen haru sungkeman dirumah perlahan berubah menjadi lebih hangat. Tawa dari anak-anak yang sedang berlarian menambah warna dalam momen kebersamaan. Halal bihalal lingkungan RW tempat diriku tinggal dimulai, bapak RW dan panitia sibuk memanggil warga yang masih ada dalam rumah untuk segera berkumpul. Satu per satu, warga keluar dari rumah dan berjalan menyusuri gang kecil menuju gang utama. Ada panitia yang menjelaskan alur halal-bihalal kali ini, seperti biasa acara di mulai dari si paling sepuh dulu. Warga mulai bersalaman dan saling mengucapkan maaf dengan senyum yang tulus. Tanganku tak henti menjabat tangan tetangga dari teman sebaya masa kecilku dulu, orang tua, bahkan anak kecil yang lucu.
halal bihalal warga wilayah tempat tinggal. (Dok: Foto Pribadi, Xiomi Redmi Note 10s), 31/3.
“Minal Aidzin Wal Faidzin ya bu dokter, salam buat anak ibu. Semoga cepet jadi dokter yang bermanfaat” Ucapku kepada tetangga belakang rumah. Di tengah keramaian, tiba-tiba ada seorang ibu yang menyelipkan amplop kecil ke tangan mungil. “Maaf lahir batin ya. Loh udah gede aja nih anak Ibu Sam, nih buat kamu beli make up!” sautan dari Bu Dokter, sambil memeluku. Aku terkekeh dengan sedikit rasa malu “HEHE..Makasi bu dokter tidak usah repot-repot” (Harapku agak sedikit dipaksa untuk menerima) “Ah, sesekali mumpung momen lebaran. Rejeki ga boleh di tolak, Pamali.” Jawabnya dengan hangat “Wah, kalau begitu saya terima ya bu. Terimakasih semoga rejekinya tambah lancar”. Aku menggenggam amplop kecil itu, bagiku tidak masalah berapapun isinya. Tapi karena momen kecil ini aku sangat bersyukur dan merasa istimewa karena pikirku udah gede pasti ga bakal dikasih hehe. Lebaran disini memang sederhana, tapi kehangatan sangat terasa apalagi saat aku di berikan THR oleh salah satu tetanggaku.
Amplop THR momen lebaran, tak perdulikan isi yang penting maknanya. Foto Pribadi, Dalam Rumah.(31/3)

Momen baru lebaran

Walaupun lebaran kali ini terasa berbeda karena merasa kehilangan orang tersayang, kami menemukan makna baru: bahwa tradisi, kebersamaan, dan doa akan selalu menjadi jembatan yang menghubungkan kami dengan mereka yang telah pergi. Momen silaturahmi yang hangat di lingkungan sekitar pun mengingatkan bahwa Lebaran bukan hanya tentang berkumpul dengan keluarga inti, tetapi juga mempererat tali persaudaraan dengan sesama. Senyum-senyum tulus, genggaman tangan erat, dan tawa kecil anak-anak yang riang berlarian mengingatkan bahwa kebahagiaan Lebaran tidak selalu harus sempurna, tetapi cukup dirayakan dengan ketulusan dan kebersamaan.
ADVERTISEMENT