Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Telur yang Mengajarkan Amanah, Kos yang Mengajarkan Kekeluargaan
10 Mei 2025 10:26 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Gita Mildiasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sebagai mahasiswa baru Fakultas Farmasi angkatan 2024, saya baru saja melewati masa orientasi kampus atau yang biasa disebut ospek. Perasaan saya saat itu campur aduk, senang, antusias, tapi juga cemas karena tidak tahu apa yang akan dihadapi.
ADVERTISEMENT
Di hari pertama, kami dibagi ke dalam kelompok kecil yang menjadi tempat kami berproses bersama selama masa ospek. Salah satu tugas menarik yang kami terima adalah menjaga sebutir telur. Telur itu sudah ditandatangani oleh pendamping kelompok, dan kami diminta menjaganya agar tidak pecah atau hilang.
Awalnya, menjaga telur terdengar seperti tugas yang sepele. Tapi ternyata tidak semudah itu. Ada yang telurnya pecah karena tidak sengaja terjatuh, ada juga yang kehilangan setelah dipinjam panitia tapi tidak dikembalikan. Setiap sore, kami mengadakan evaluasi kelompok. Jika ada yang mengalami masalah dengan telurnya, suasana evaluasi bisa berubah tegang. Kami diminta berdiskusi untuk mencari solusi bersama atas setiap permasalahan yang terjadi.
Dari situ saya belajar bahwa menjaga telur bukan sekadar tugas main-main. Tugas ini mengajarkan saya pentingnya tanggung jawab dan komitmen menjaga amanah. Saya mulai menyadari bahwa sikap ini mencerminkan nilai dari Sila Kedua Pancasila yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Menjaga amanah berarti menghargai kepercayaan yang diberikan kepada kita, sebagaimana kita ingin diperlakukan secara adil dab beradab oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
Pindah Kos
Setelah ospek selesai, saya memulai kehidupan baru sebagai anak kos. Awalnya, saya tinggal di kos yang lokasinya cukup strategis. Tapi, suasananya sepi. Pintu-pintu kamar tertutup rapat, jarang ada interaksi antar penghuni. Bahkan untuk menyapa saja terasa canggung karena semua orang memilih mengurung diri di kamar masing-masing. Privasi memang penting, tapi kondisi seperti ini membuat saya merasa asing, tidak nyaman dan kesepian.
Setelah tiga bulan bertahan, saya memutuskan pindah kos atas saran teman dari angkatan atas. Ia bahkan mengajak saya berkeliling kota Jember untuk sekadar mencari makan dan minuman ringan. Kos baru ini punya atmosfer yang sangat berbeda. Pintu kamar sering terbuka, penghuninya ramah, dan terbuka untuk berkenalan. Banyak juga yang berasal dari Fakultas Farmasi, sehingga saya lebih mudah membangun relasi.
ADVERTISEMENT
Menjelang Ujian Tengah Semester, saya diajak belajar bersama oleh teman dari angkatan atas. Dari situ saya mulai merasakan suasana kekeluargaan yang hangat di kos. Kami saling membantu, berbagi materi kuliah, mendukung satu sama lain dan menciptakan suasana nyaman seperti keluarga sendiri. Walaupun kadang kos terasa terlalu ramai hingga larut malam, suasana itu justru membawa rasa hangat yang tidak saya dapatkan di kos sebelumnya.
Pengalaman ini membuat saya semakin paham arti kekeluargaan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu sejalan dengan Sila Ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia. Kekeluargaan menumbuhkan rasa solidaritas, persatuan, dan kebersamaan antar sesama, yang penting untuk menciptakan lingkungan hidup yang harmonis.
Menjadi mahasiswa ternyata bukan hanya soal belajar di kelas. Lebih dari itu, ini adalah proses membentuk karakter, belajar bertanggung jawab, dan memahami pentingnya menjalin kebersamaan dengan sesame di lingkungan sekitar.
ADVERTISEMENT
Gita Mildiasari, Mahasiswa Universitas Jember.