Visualisasi Religi Danarto dalam Illustrasi dan Karya tulisnya

Gita Indah Cahyani
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
3 November 2023 12:45 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gita Indah Cahyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Danarto, seorang sastrawan terkemuka Indonesia, sering diakui karena keahliannya yang serbaguna dalam berbagai aspek seni. Lahir pada 27 Juni 1940 di Sragen, Jawa Tengah, Danarto menghabiskan masa kecilnya di tanah kelahirannya. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di kota tersebut, ia melanjutkan ke tingkat SMA di Solo, kemudian melanjutkan pendidikan ke Yogyakarta, di mana ia kuliah di Akademi Seni Rupa Indonesia. Sejak masa remajanya, ia telah sangat aktif dalam berbagai bentuk seni, termasuk melukis, menulis, dan bermain teater. Bahkan sejak kecil, bakat seni Danarto telah tampak, dengan karyanya menghiasi dinding dan lantai. Sementara itu, minatnya dalam menulis mulai berkembang ketika ia mencapai usia 17 tahun. Sehingga Danarto kerap menyipsikan illustrasi-ilustrasinya di dalam berbagai cerita pendek yang ia buat.
ADVERTISEMENT
Pada artikel ini akan dibahas visualisasi religi yang terdapat dalam cerpen dan illustrasinya sebagai pengalih wahanaan dari bentuk tulisan ke sebuah karya bergambar. Sebelumnya, perlu diketahui bahwa pembahasaan dalam artikel ini akan banyak diambil dari pemaparan Pak Hairus Salim yang merupakan salah satu narasumber dalam Ruang Tamu Pekan Kebudayaan Nasional 2023 dengan judul “Diskusi Resonansi Budaya Islam dalam Sastra dan Seni Rupa”. Acara ini merupakan salah satu rangkaian dalam Pekan Kebudayaan Nasional 2023 yang merupakan sebuah kerjasama Kemendikbudristek dan PBSI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan PBSI menjadi salah satu titik penyenggara ruang tamu Pekan Kebudayaan Nasional 2023 dari 40 titik yang ada. Pada acara “Diskusi Resonansi Budaya Islam dalam Sastra dan Seni Rupa” diselenggarakan pada Rabu, 25 Oktober 2023 di ruang Teater Prof. Mahmud Yunus lantai 3 FITK dengan narasumber Dr. Didin Sirojuddin, M.Ag. (Kaligrafer Internasional dan Pendiri Pesantren LEMKA), Hairus Salim (Pengurus Yayasan Tikar Seni Budaya Nusantara Bandung), dan Annisa Rahadiningtyas, Ph.D.(Asisten Kurator National Gallery of Singapore) dengan moderator Sarah Monica (Pegiat Literashinta AWCPH UI).
ADVERTISEMENT
Hairus Salim, seorang anggota pengurus Yayasan Tikar Seni Budaya Nusantara Bandung, membicarakan cara ilustrasi dalam cerita pendek (cerpen) karya Pak Danarto berhubungan dengan tema Islam. Dalam presentasinya, ia berbagi pandangannya tentang Pak Danarto dan karya seninya. Salah satu aspek menarik yang dia ungkapkan adalah bahwa Pak Danarto seringkali menghadirkan unsur-unsur sufistik dalam cerita-ceritanya. Ini menimbulkan pertanyaan apakah karya-karya ini dapat dikategorikan sebagai seni Islam, meskipun Pak Danarto tidak menggunakan bahasa Arab dalam karya-karyanya.
Lebih lanjut, Hairus Salim menjelaskan bahwa cerpen-cerpen karya Danarto memiliki ciri khasnya sendiri, yaitu kemampuannya menggambarkan cerita secara visual. Ia menambahkan bahwa dalam karya cerpen dan ilustrasi Pak Danarto, pengalaman visual dan narasi saling berpadu harmonis. Hairus Salim mengungkapkan bahwa Pak Danarto cenderung sering menggambarkan figur malaikat dalam karyanya dan seringkali mengisahkan cerita-cerita yang melibatkan malaikat. Ini adalah hasil pengamatannya terhadap banyak karya Danarto yang dengan jelas memasukkan elemen malaikat, atau setidaknya menggambarkan malaikat di sampul cerpennya. Hairus Salim juga berpendapat bahwa menurut pandangannya, Pak Danarto mungkin ingin menyampaikan pesan-pesan spiritual atau membangun hubungan antara alam gaib dan alam manusia melalui cerita-ceritanya.
ADVERTISEMENT
Untuk lebih lengkap dalam visualisasi religi yang dapat dilihat melalui pemaparan pak Hairus Salim sebagai berikut. Sebelumnya, visualisasi religi yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah penggunaan gambar, seni, simbol, atau media visual lainnya untuk menggambarkan atau mengilustrasikan konsep-konsep agama, keyakinan, atau cerita keagamaan. Dalam pembahasan ini visualisasi religi yang dimaksud adalah seorang malaikat.
Sosok Religi dalam Cerpen "Dinding Anak" karya Danarto
Foto illustrasi cerpen "Dinding Anak" Danarto yang ada pada Pojok Baca Danarto di UIN Syarif Hidayatullag Jakarta
ADVERTISEMENT
Dari teks tersebut, Danarto menciptakan gambaran visual tentang Malaikat Izrail sebagai sosok yang kuat, megah, dan memiliki keberadaan yang luar biasa. Dia menggunakan deskripsi yang kuat untuk menciptakan citra yang mendalam bagi pembaca tentang kehadiran malaikat ini dalam cerpennya yang berjudul "Dinding Anak." Dapat lihat berdasarkan illustrasinyapun Malaikat Izrail digambarkan memiliki postur yang tinggi dan tegak seperti sebuah tiang masjid. Malaikat Izrail juga divisualisasikan memakai tudung yang menutupi wajahnya dan memiliki banyak mata di sepasang sayapnya.
Sosok Religi dalam Cerpen "Jantung Hati" karya Danarto
Foto Illustrasi Cerpen "Jantung Hati" dari Kompas
ADVERTISEMENT
Dalam teks di atas, Danarto menggambarkan malaikat Izrail dengan ciri-ciri berupa bersayap, lentur, melenting-lenting, bersinar, dan melayang. Malaikat juga digambarkan memiliki banyak mata, yang bisa mencapai ribuan bahkan mungkin milyaran, sehingga jumlahnya tidak terhitung. Pada illustrasinyapun dapat dilihat seperti sepasang sayap yang memiliki banyak mata-mata yang tersebar dipermukaannya dan sepasang sayap itu terlihat seperti melayang.
Sosok Religi dalam Cerpen "Di atas Bumi di atas Langit" karya Danarto
Foto illustrasi cerpen "Di atas Bumi di atas Langit" dalam Pemaparan Pak Hairus Salim dalam Ruang Tamu Pekan Kebudayaan Nasional 2023 dengan judul “Diskusi Resonansi Budaya Islam dalam Sastra dan Seni Rupa”
Pada teks tersebut Danarto menggambarkan malaikat dalam cerpennya dengan wajahnya yang tidak terlihat karena sang malaikat memakai tudung yang menutupi dan saat Riri mencoba untuk menyentuh wajahnya, Riri tidak menemukan sesuatu disana. Pada illustrasinyapun dapat dilihat dua figur yaitu Riri dan malaikat maut. Riri terlihat sedang menarik atau mencengkeram sayap dari malaikat tersebut sesuai dengan baris kalimat dalam cerita pendeknya. Malaikat tersebut merupakan malaikat maut karena dalam cerpen ini menceritakan Riri yang menarik malaikat tersebut untuk menemui Ibunya di rumah sakit dan sesaat Malaikat yang Riri kira seseorang itu menemui ibunya, ibunya meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Sosok Religi dalam Cerpen "Buku Putih Seorang Preman" karya Danarto
Foto cerpen "Buku Putih Seroang Preman" dalam Pemaparan Pak Hairus Salim dalam Ruang Tamu Pekan Kebudayaan Nasional 2023 dengan judul “Diskusi Resonansi Budaya Islam dalam Sastra dan Seni Rupa”
Dalam teks di atas, Danarto menggambarkan visualisasi malaikat sebagai sosok yang berdiri tegak dengan sayap yang berbinar-binar, lebih terang dari matahari. Malaikat tersebut tiba-tiba muncul ketika ia melepaskan tembakan ke arah seseorang di semak belukar. Sosok malaikat ini mungkin digambarkan dengan cahaya yang sangat terang dan berkilauan, memberikan kesan keagungan dan ketakjuban.. Dalam illustrasinyapun dapat dilihat sosok berwarna hijau yang merupakan sang malaikat sedang berdiri di depan Kyai untuk melindunginya. Sang Malaikat digambarkan terang benderang seperti ada sebuah cahaya yang menyeruat ke berbagai penjuru dari tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Sosok Religi dalam Novel "Asmaraloka" karya Danarto
Foto Illustrasi dalam novel Asmaraloka
Dalam teks di atas, Danarto menvisualisasikan Malaikat Maut sebagai sosok yang sangat kuat dan tegar. Malaikat Maut memanggul jenazah laki-laki dengan kekuatan yang luar biasa, bahkan meskipun jenazah tersebut tampak telah terkulai selama sembilan hari. Ia digambarkan sebagai sosok yang lentur, seperti bola yang diperebutkan oleh dua puluh dua orang pemain, yang dapat mengatasi segala rintangan dan menggelinding serta menyusuri segala halangan dengan kecepatan yang luar biasa. Malaikat Maut juga digambarkan seperti seorang pemanah yang sangat terampil, dengan panahnya yang melesat dari busur dan tak dapat terkejar oleh mata manusia. Ia mampu menerobos segala rintangan, termasuk semak, tembok, gunung, lautan, awan, dan segala warna angkasa. Semburat cahaya yang tak dapat dimengerti dipancarkan oleh Malaikat Maut, dan empat pasang sayapnya mengisyaratkan kekuatan langit dan pusat dari seluruh kecerdasan alam. Dapat dilihat dalam illustrasinya sesuai dengan penggambaran dalam tulisannya dengan malaikat yang sedang menopang seorang laki-laki dibahunya dan malaikat tersebut memiliki empat pasang sayap dengan seorang perempuan yang berjalan di sampingnya.
ADVERTISEMENT
Dapat disimpulkan dari pembahasan di atas bahwasannya Danarto memvisualisasikan malaikat dengan penuh imajinatif dan berubah-ubah. Danarto mengolah dan mengeksplorasi sosok malikat dengan fleksibel baik secara naratif maupun dalam illustrasinya. Tulisan-tulisan mengenai malaikatnyapun di alihwahanakan dengan baik dalam bentuk illustrasinya sehingga kita sebagai pembaca dalam melihat ciri khas dalam karya tulis maupun lukis milik Danarto.
Sumber
Danarto. Asmaraloka. Yogyakarta: DIVA Press, 2016.
Danarto. Setangkai Melati di Sayap Jibril. Yogyakarta: DIVA Press, 2016.
dan
Pemaparan Pak Hairus Salim dalam Ruang Tamu Pekan Kebudayaan Nasional 2023 dengan judul “Diskusi Resonansi Budaya Islam dalam Sastra dan Seni Rupa”
Pojok Baca Danarto di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Pekan Kebudayaan Nasional 2023
Cerpen Jantung Hati dalam Kompas.co.id https://www.kompas.id/baca/utama/2018/04/11/jantung-hati
ADVERTISEMENT