Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pengalaman Saya Berpuasa di Hong Kong dan Macau
23 Mei 2019 21:55 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Gitario V I tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah menjadi kewajiban bagi saya sebagai umat muslim untuk menjalankan ibadah puasa ketika Bulan Ramadhan tiba. Bangun pada dini hari, bersantap sahur bersama keluarga, beraktivitas, berbuka puasa, dan salat tarawih adalah urutan kegiatan yang biasa dilakukan. Namun, tahun ini saya merasakan pengalaman yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Lima hari sejak Senin (6/5), saya berada di Hong Kong dan Macau untuk meliput kegiatan Media Trip Multi Destination, memenuhi undangan dari Hong Kong Tourism Board. Berpuasa di negeri orang yang belum pernah saya jamah bukanlah perkara yang mudah akan tetapi hal itu adalah tantangan yang menarik buat saya.
Salah seorang rekan yang pergi bersama saya, Arif, mengatakan tak perlu berpuasa di Hong Kong karena bisa dianggap sedang berpergian jauh. Akan tetapi bagi saya menjalankan ibadah puasa di luar negeri memberikan tantangan dan pengalaman yang tak terlupakan.
Sejak hari pertama tiba di Hong Kong, cuaca begitu amat bersahabat. Biasanya cuaca di Hong Kong cukup panas dan terasa gerah, namun hawa sejuk mewarnai puasa pertama saya.
ADVERTISEMENT
Rekan saya dari MSL yang bernama Silvi pun mengatakan, “Bulan-bulan ini biasanya Hong Kong bisa terasa sangat panas, tapi beruntung cuacanya saat ini mendung dan bisa sejuk seperti ini,” tutur Silvi.
Sebagai negara yang tak didominasi umat muslim di Indonesia, makan sambil berjalan kaki adalah hal yang biasa kamu temukan saat di Hong Kong. Meskipun demikian, Hong Kong juga menjadi tempat pertemuan antara budaya barat dan timur.
Hong Kong juga dihuni oleh warga dari negara-negara Asia Selatan seperti Pakistan, Bangladesh, India, dan juga tentunya Indonesia sebagai penyumbang tenaga kerja.
Waktu imsak di Hong Kong tiba pada pukul 04.19 waktu setempat. Tak ada azan subuh yang biasa berkumandang mengingatkan umat muslim untuk segera melakukan salat. Sementara, waktu berbuka tiba pada pukul 18.52 atau satu jam lebih lama jika dibandingkan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Cukup sulit untuk menemukan camilan atau takjil untuk berbuka puasa di Hong Kong. Kamu tidak akan bisa menemukan, gorengan, kolak pisang, ataupun es campur pelepas dahaga yang kamu temukan di Indonesia.
Ketika waktu berbuka puasa tiba, rasa rindu terhadap masakan Indonesia pun langsung menyerang.
Di hari kedua saya pun melanjutkan acara yang berlangsung di Macau. Perlu diketahui, bagi wisatawan yang ingin pergi ke Macau, mereka bisa menggunakan bus ataupun kendaraan pribadi dari terminal perbatasan Hong Kong-Macau sebelum melewati jembatan laut terpanjang di dunia yaitu Jembatan Hong Kong Zuhai Macau.
Merasakan suasana Ramadhan di Macau
Saat itu pukul 18.00 waktu setempat, bus yang saya tumpangi pun sampai di Macau. Tak berbeda jauh dengan di Hong Kong waktu untuk berbuka puasa adalah jam 18.57--satu jam lebih lama dari waktu di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Jangan harap ada makanan dan minuman seperti tempe, tahu, bakwan goreng atau kolak pisang hingga es campur pelepas dahaga yang bisa ditemui seperti di Indonesia saat berada di Macau.
Selama dua hari merasakan berpuasa di Macau, saya pun berkesempatan untuk mengunjungi beberapa destinasi wisata yang ada di Macau dan salah satunya adalah masjid tertua di Macau yaitu Macau Mosque and Cemetery.
Saat menunaikan ibadah Zuhur di masjid tersebut saya pun bertemu banyak Warga Negara Indonesia yang merantau ke Macau. Salah satunya adalah pria yang bernama Abdul Salim, ia sudah tinggal di Macau selama kurang lebih 10 tahun bersama keluarganya.
Abdul Salim pun bercerita pada saya bahwa Masjid Macau diperkirakan telah berusia ratusan tahun lamanya, dahulu masjid ini pernah memiliki imam tetap yang berasal dari Timor Timor yang bernama Abah Yunus. "Abah Yunus telah menjadi imam di masjid ini selama kurang lebih 30 tahun," kenang Salim.
Hal menarik yang saya temukan di sana adalah ketika waktu berbuka puasa, tak hanya masjid-masjid di Indonesia. Di sana pun ada acara berbuka puasa bersama. Rasa kebersamaan pun sangat terasa ketika berbuka puasa bersama di masjid meski semua umat Muslim di sana berasal dari negara yang berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
Pengalaman berpuasa di negeri orang berminoritas muslim ini mengasah kemampuanmu untuk mengendalikan hawa nafsu. Semua yang biasa dijumpai di Indonesia pun harus saya lupakan sejenak dan harus beradaptasi dengan budaya di negara yang saya kunjungi.