Konten dari Pengguna

Dampak Biaya Pendidikan Tinggi terhadap Kesetaraan Akses Pendidikan di Indonesia

Gizka Fitria A.
Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Jakarta
10 Juni 2024 9:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gizka Fitria A. tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
edited in canva
zoom-in-whitePerbesar
edited in canva
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Biaya pendidikan tinggi di Indonesia telah menjadi salah satu isu yang paling banyak dibahas dalam beberapa tahun terakhir. Kenaikan biaya kuliah di universitas dan perguruan tinggi seringkali menjadi beban yang berat bagi banyak keluarga, terutama mereka yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Dampak dari tingginya biaya pendidikan ini tidak hanya dirasakan oleh individu atau keluarga, tetapi juga memiliki implikasi yang luas terhadap kesetaraan akses pendidikan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Salah satu dampak utama dari biaya pendidikan tinggi yang mahal adalah semakin lebarnya kesenjangan antara kelompok masyarakat yang mampu dan yang kurang mampu. Bagi banyak keluarga miskin, biaya kuliah yang tinggi berarti mimpi mengirim anak mereka ke perguruan tinggi semakin sulit dicapai. Padahal, pendidikan tinggi adalah salah satu jalan utama untuk meningkatkan taraf hidup dan keluar dari lingkaran kemiskinan. Ketika akses ke pendidikan tinggi menjadi terbatas hanya untuk mereka yang mampu secara finansial, maka kesempatan untuk memperoleh pendidikan berkualitas pun menjadi tidak merata.
Selain itu, tingginya biaya pendidikan juga berpotensi menciptakan beban finansial yang berat bagi mahasiswa. Banyak dari mereka terpaksa bekerja sambil kuliah untuk menutupi biaya pendidikan dan kebutuhan hidup sehari-hari. Hamidah & Riza (2023) dalam artikelnya mengatakan bahwa Menurut data yang diperoleh oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2019 di Indonesia, terdapat sebanyak 2,2 juta mahasiswa yang melaksanakan kuliah sambil bekerja (Qoura, 2021). Hal ini tentu berdampak pada konsentrasi dan performa akademik mereka. Bahkan, tidak sedikit mahasiswa yang harus berhenti di tengah jalan karena ketidakmampuan membayar biaya kuliah, sehingga mimpi mereka untuk meraih gelar pendidikan tinggi harus kandas.
ADVERTISEMENT
Dampak lainnya yang tak kalah penting adalah ketidakseimbangan dalam pemilihan jurusan. Mahasiswa dari latar belakang ekonomi yang kurang mampu cenderung memilih jurusan yang lebih cepat memberikan kepastian pekerjaan dengan gaji yang cukup tinggi, meskipun mungkin minat dan bakat mereka berada di bidang lain. Akibatnya, potensi individu tidak berkembang maksimal dan keberagaman keahlian dalam masyarakat pun menjadi terbatas.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah dan lembaga pendidikan perlu bekerja sama untuk menciptakan solusi yang lebih inklusif dan adil. Peningkatan beasiswa, subsidi biaya kuliah, dan skema pembayaran yang fleksibel bisa menjadi beberapa langkah untuk meringankan beban finansial mahasiswa. Selain itu, perlu ada kebijakan yang memastikan bahwa bantuan finansial benar-benar tepat sasaran dan dapat diakses oleh mereka yang paling membutuhkan.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, peran sektor swasta dan lembaga non-pemerintah juga sangat penting. Program-program CSR (Corporate Social Responsibility) yang fokus pada pendidikan, serta inisiatif dari berbagai organisasi sosial untuk mendukung pendidikan tinggi, dapat membantu menjembatani kesenjangan ini.
Pada akhirnya, pendidikan adalah investasi jangka panjang yang sangat penting bagi pembangunan bangsa. Dengan memastikan bahwa setiap individu memiliki akses yang setara ke pendidikan tinggi, kita tidak hanya membantu mereka meraih mimpi, tetapi juga membangun fondasi yang lebih kuat bagi masa depan Indonesia. Kesetaraan dalam akses pendidikan akan membawa kita pada masyarakat yang lebih adil, berdaya saing tinggi, dan sejahtera.