Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mewujudkan Sustainable Development Goals Desa Di Tengah Krisis Petani Muda
11 Desember 2022 21:32 WIB
Tulisan dari Gita Kusuma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara agraris karena memiliki lahan pertanian yang luas, serta sebagian besar mata pencaharian penduduknya bekerja sebagai Penyangga Tatanan Negara Indonesia atau yang sering kita sebut petani. Petani di Indonesia memiliki peranan yang penting karena membantu pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia. Namun seiring berjalannya waktu, terlebih lagi di tengah derasnya arus globalisasi timbul sebuah keresahan dan fakta yang cukup mengejutkan bahwa terjadi krisis petani muda di negara agraris, Indonesia.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) penurunan petani yang signifikan salah satunya terjadi pada tahun 2013. Selama periode 2003-2013 Indonesia mengalami penurunan jumlah petani secara drastis, mencapai 16 persen yakni dari 31,23 juta menjadi 26,14 juta orang. Sontak saja hal ini begitu mengejutkan, bagaimana bisa negara yang memiliki lahan pertanian luas, dan sumber daya alam yang melimpah namun generasi mudanya enggan untuk menjadi seorang petani.
Mengapa Krisis Petani Muda Bisa Terjadi?
Sebagai generasi muda, pernahkah terbesit dalam pikiran anda untuk menjadi seorang petani? sebagian dari kita mungkin akan menjawab tidak. Hal ini dipengaruhi karena masih banyak orang yang beranggapan bahwa bekerja sebagai petani bukanlah pekerjaan yang modern terlebih lagi bagi generasi muda kerap malu/gengsi untuk menjadi seorang petani.
ADVERTISEMENT
Fenomena krisis petani muda muncul salah satunya adalah pengaruh dari “aging farmer” atau bisa disebut penuaan petani, di mana usia tenaga kerja di sektor pertanian di dominasi oleh masyarakat dengan rentan usia 40-60 tahun.
Urgensi yang terjadi bukan pada aging farmer, melainkan karena minimnya jumlah tenaga kerja berusia muda di sektor pertanian. Dengan kata lain, penuaan petani tidak akan menjadi masalah besar jika diikuti oleh peningkatan jumlah tenaga kerja petani muda. Sangat ironi ketika yang terjadi adalah hal sebaliknya, karena akan berpengaruh pada produksi pertanian, serta kestabilan pangan di Indonesia. Selain penuaan petani, disparitas pendapatan antara petani dan sektor kerja lainnya turut menjadi alasan generasi muda enggan menjadi petani. Berdasarkan data BPS upah tenaga kerja di sektor pertanian sebesar Rp. 1,97 juta per bulan pada Agustus 2021.
ADVERTISEMENT
Peran Penting Petani Dalam SDGs Desa
Sustainable Development Goals atau yang disingkat SDGs merupakan tujuan pembangunan berkelanjutan guna mewujudkan inovasi-inovasi baru untuk menyokong kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh termasuk di daerah pedesaan melalui SDGs Desa. Setidaknya terdapat 18 tujuan dan sasaran pembangunan melalui SDGs Desa, yaitu:
Salah satu poin dari 18 tujuan pembangunan berkelanjutan adalah Desa Peduli Lingkungan Darat, dapat diasumsikan salah satu cara untuk memiliki kepekaan ataupun merawat lingkungan desa adalah dengan cara bertani guna menjaga lingkungan utamanya tanaman pangan, baik dengan cara menanam padi atau holtikultural dan perkebunan. Jika masyarakat desa khususnya generasi muda sudah memiliki kesadaran tersebut tentunya akan membantu pasokan pangan bagi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, jika hal tersebut berhasil dilakukan serta berkelanjutan maka implikasinya akan berdampak pada tujuan pembangunan yang lainnya. Dengan memiliki kemampuan untuk mengolah lahan yang dimiliki, akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat desa dan mengentaskan dari kemiskinan. Hal tersebut bisa terjadi saat masyarakat desa sudah mampu untuk mengolah hasil pertanian mereka dengan baik, sehingga dapat dijadikan penghasilan untuk menghidupi keberlangsungan hidup mereka.
Hal penting lainnya yang tidak boleh terlupakan adalah keterlibatan langsung penduduk desa. Mereka yang akan membangun kesejahteraan yang mereka idamkan, salah satu langkah awalnya adalah dari bertani, memanfaatkan lahan dan sumber daya alam yang ada. Meskipun di tengah gempuran investor asing, dan kepemilikan lahan oleh orang asing, namun saya yakin hal terbaik adalah melibatkan dan menjadikan masyarakat lokal menjadi aktor dalam pembangunan desa berkelanjutan. Perlu dicatat juga bahwa petani berkontribusi besar dalam menjaga lingkungan kita tetap hijau agar bisa ditumbuhi padi bukan beton-beton perumahan yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Kiat Mendorong Generasi Muda Untuk Bertani
Melihat betapa pentingnya peranan petani dalam mensukseskan SDGs Desa, tentunya dalam menghadapi krisis petani muda ada beberapa upaya yang bisa kita lakukan, diantaranya adalah
1. Pemanfaatan Teknologi Pertanian
Generasi muda selalu identik dengan hal-hal yang berbau modern, paradigma petani bagi anak muda sering kali dianggap kuno dan ketinggalan zaman, terlebih lagi cara bertani yang terlihat begitu monoton dan minim teknologi. Dengan mengadaptasi beberapa teknologi ataupun cari bertani dari beberapa negara maju, rasanya hal tersebut akan mampu untuk menarik minat generasi muda untuk bertani.
2. Sistem Penjualan
Memberikan petani akses langsung untuk menjajakan produknya di pasaran, karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa keuntungan yang diperoleh oleh petani menjadi semakin kecil ketika hasil panennya memerlukan beberapa pihak untuk sampai di pasar. Dengan memperbaiki sistem penjualan maka keuntungan yang diperoleh juga semakin banyak, serta dapat menjawab keresahan mengenai disparitas pendapatan petani dan sektor pekerjaan lainnya.
ADVERTISEMENT
3. Pendidikan
Pendekatan melalui jalur pendidikan dengan cara melibatkan mahasiswa dengan jurusan di bidang pertanian maupun mahasiswa diluar jurusan pertanian, selama mereka memiliki minat untuk menjadi petani muda. Dengan melibatkan aktor-aktor mahasiswa diharapkan mampu untuk menciptakan terobosan baru seperti membuat kelompok usaha bersama yang difokuskan pada bidang pertanian.