Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mengenal 'Golden Child Syndrome', Pujian Berlebihan pada Anak
21 November 2021 14:14 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Gladys Prithalya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Peran orang tua sangat penting dalam sebuah keluarga. Salah satu peran orang tua dalam keluarga adalah membentuk kepribadian seorang anak dengan pola asuh yang baik, misalnya pemberian apresiasi atau pujian kepada anak ketika anak memperoleh suatu pencapaian. Hal itu akan membuat anak merasa dihargai.
ADVERTISEMENT
Beberapa orang tua pasti memiliki anak yang paling disayang. Anak favorit biasanya selalu mendapatkan kalimat-kalimat seperti "Jangan membuat kesalahan apapun karena kamu spesial”, “Kamu anak yang baik, kenapa kamu melakukan hal seperti itu?”, “Kamu adalah anak yang paling pintar”, dan sebagainya. Kalimat-kalimat tersebut terlihat normal bahkan terkesan seperti orang tua yang menyayangi dan mendukung anaknya.
Setiap orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik kepada anak, tetapi ucapan tersebut ternyata memiliki isyarat bahwa orang tua memiliki ekspetasi terhadap anak. Tanpa disadari pujian yang berlebihan dapat membuat anak menjadi kurang percaya diri karena anak dipaksa untuk menjadi sesuai yang diharapkan orang tua.
Label “Good kid, Special kid, Perfect kid” hanya akan menjadi tekanan untuk anak karena seakan dituntut untuk tidak boleh melalukan kesalahan sedikit pun (Jennyfer, 2020). Anak yang dibanggakan ketika meraih suatu keberhasilan disebut dengan golden child. Pujian yang sering diberikan kemungkinan akan membuat anak merasa spesial. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa anak akan takut untuk membuat kesalahan dan tidak dapat berkembang.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, pujian yang berlebihan juga membuat anak merasa disalahkan jika mereka tidak berhasil mencapai sesuatu yang diharapkan oleh orang tua. Pola asuh yang baik adalah ketika orang tua menerima kesalahan anaknya tanpa disangkal. Dengan ini, anak tidak akan merasa dituntut dan bisa menjadi diri sendiri. Dilansir dari halodoc, tujuan dari pujian adalah untuk mendorong anak agar terus berperilaku positif. Namun, banyak orang tua yang mengira bahwa meningkatkan harga diri anak dengan memberi tahu seberapa baik mereka dalam berbagai hal adalah pola asuh yang benar. Fenomena ini dikenal dengan istilah Golden Child Syndrome.
Golden Child Syndrome membuat anak akan merasa berharga karena bukan pada siapa dirinya, tetapi ketika mendapatkan prestasi. Dampak yang dialami anak ketika diperlakukan seperti golden child adalah timbulnya pemikiran-pemikiran negatif, seperti “Jika aku membuat kesalahan, maka aku gagal”, “Aku harus sempurna!”, “Aku anak yang baik, aku tidak boleh gagal”, dan sebagainya. Selain itu, anak juga akan kesulitan untuk menemukan jati dirinya karena kehilangan identitas diri, menjadi lebih mudah cemas, tidak percaya diri, selalu mencari validasi dari orang lain, overthinking, dan dapat mengacu pada narsistik personality disorder.
ADVERTISEMENT
Untuk mencegah terjadinya Golden Child Syndrome, berikut beberapa tips yang dapat dilakukan oleh orang tua:
1. Hindari sikap overprotective
Anak juga perlu diberikan kebebasan agar dapat berkembang. Sikap protektif yang berlebihan akan membuat anak merasa tertekan. Selain itu, anak juga akan mengalami gangguan kepribadian narsistik dimana adanya perasaan selalu ingin dipuji dan memiliki empati yang rendah terhadap orang lain.
2. Hindari memberikan pujian secara berlebihan
Memberi pujian kepada anak perlu dilakukan agar anak dapat termotivasi untuk menjadi yang lebih baik lagi. Namun, memberikan pujian secara berlebihan juga tidak baik karena anak kemungkinan dapat menjadi pribadi yang narsistik. Oleh karena itu, sebaiknya hindari pujian yang berlebihan, terutama pada hal-hal kecil yang seharusnya sudah menjadi kewajiban seorang (Fatih, n.d.).
ADVERTISEMENT
3. Mengajarkan sikap empati
Orang tua harus mengajarkan anak bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Hal ini dilakukan agar anak dapat lebih menghargai dan menghormati orang lain. Selain itu, mengajak anak untuk beramal juga dapat menumbuhkan sikap empati dalam dirinya.
Kepribadian seorang anak dibentuk dari pola asuh orang tua. Agar anak tumbuh menjadi pribadi yang baik, maka orang tua harus memahami apa saja dampak-dampak dari pola asuhnya terhadap anak. Setiap orang tua memiliki ekspetasi terhadap anak, tetapi bukan berarti anak harus selalu memenuhi ekspetasi tersebut karena anak memiliki batasan tersendiri.
Daripada menciptakan anak yang sempurna, lebih baik membantu anak menemukan siapa dirinya yang sebenarnya karena anak bukanlah versi mini dari orang tua (Jennyfer, 2020). Dengan ini, anak akan mudah untuk menemukan jati dirinya dan menjadi pribadi yang natural tanpa merasa tertekan.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Fatih, A. N. (n.d.). GOLDEN CHILD SYNDROME: BENARKAH PUJIAN BERLEBIHAN PADA ANAK DAPAT MENUMBUHKAN TEKANAN DAN PRIBADI NARSISTIK? Retrieved November 21, 2021, from psikologi.unnes.ac.id: https://psikologi.unnes.ac.id/golden-child-syndrome-benarkah-pujian-berlebihan-pada-anak-dapat-menumbuhkan-tekanan-dan-pribadi-narsistik/
Handayani, V. V. (2020, Oktober 27). Pentingnya Tidak Memuji Anak Secara Berlebihan. Retrieved November 21, 2021, from halodoc.com: https://www.halodoc.com/artikel/pentingnya-tidak-memuji-anak-secara-berlebihan
Jennyfer. (2020, November 24). Golden Child Syndrome. Retrieved November 21, 2021, from Instagram.com: https://www.instagram.com/p/CH90zwkBjOG/?utm_medium=copy_link
Redaksi Halodoc. (2019, Februari 21). 12 Ciri Pengidap Gangguan Kepribadian Narsistik. Retrieved November 21, 2021, from Halodoc.com: https://www.halodoc.com/artikel/12-ciri-pengidap-gangguan-kepribadian-narsistik