Akuntansi untuk Mengubah Dunia

Gustamin Abjan
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
4 September 2023 11:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gustamin Abjan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: bookeping. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: bookeping. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pagi gelap, dingin kelas menyambut pelisiran September hitam. Saya dan kawan-kawan sehentak hening, hanya kebisingan yang tampak dari depan-luar kelas. Pagi itu kami cukup sial, dan mungkin (semoga tidak) seterusnya.
ADVERTISEMENT
Meskipun begitu, kami sungguh senang sebab mata kuliah yang kami tempuh diasuh oleh seorang Profesor ternama. Sesi perkuliahan digelar. Pertemuan awal kami dijejali materi Understanding Theory dan Toward a Science of Accounting, dua bab awal dari buku Gaffikin (2008), yang bertajuk Accounting Theory Research, regulation and accounting practice.
Selain itu kami menggunakan buku dari Deegan (2014), Financial Accounting Theory dan juga beberapa literatur pendukung seperti Watts & Zimmerman (1979), The Demand for and Supply of Accounting Thoeries: The Market for Excuses, serta Hann W (2007), Accounting research: An Analysis of Theories Explored in Doctoral Dissertations and Their Applicability to Systems Theory.
Kuliah tersebut serupa deklarasi dari seorang Guru Besar, bahwa teori akuntansi yang dominan, mainstream saat ini yakni positive accounting theory (PAT) adalah yang paling benar. Teori yang dikonstruksi oleh Watts & Zimmerman (1986) tersebut dianggap paling relevan dalam menjelaskan dinamika bisnis korporasi dewasa ini.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan-pertanyaan fundamental mengenai apa motivasi manajer untuk menyediakan jenis informasi akuntansi tertentu, pilihan metode akuntansi seperti apa yang tepat oleh manajer, dan pelbagai pertanyaan yang mencerminkan kepentingan perusahaan dapat diatasi oleh PAT. Mujarab bukan? Oleh sebab itu dalam berbagai riset akuntansi di banyak universitas, Positive Accounting Theory (PAT) laris digunakan sebagai grand theory.
Asumsi yang melandasi teori akuntansi positif adalah bahwa manajer merupakan entitas yang rasional, oportunis, dan pragmatis. Sehingga metode akuntansi yang dipilih maupun jenis informasi yang dihasilkan oleh manajer cenderung mengutamakan kepentingannya dari pada kepentingan pemilik perusahaan apalagi kepentingan pekerja dan masyarakat luas.
Persoalannya adalah mengapa teori ini sering digunakan? Apakah karena ia relevan sehingga digunakan? Atau karena kerap digunakan sehingga ia menjadi relevan? Apakah PAT adalah suatu kebenaran mutlak dalam teori akuntansi?
Ilustrasi: student classroom. Foto: Pixabay
Kami tidak bisa berkilah apalagi membantah fatwa dari Guru kami. Kami diam bukan karena apa yang ia lantunkan adalah benar, tapi karena ia adalah Guru Besar, dengan sendirinya kebenaran akan melekat. Ini sebenarnya iklim yang tidak sehat.
ADVERTISEMENT
Tentu, menyalahi prinsip kebebasan akademik. Meskipun kerap kami didorong untuk berbicara namun niat kami tersumbat oleh relasi kuasa. Kekerasan epistemik tampak di depan mata.
Semoga kampus ini tidak menjelma sebagai the toxic university a la John Smyth (2017). Apalagi sampai mengikiskan fungsi kampus sebagai sosial critical space. Semoga tidak! Sehingga kami bisa bebas merayakan dan menghidupkan kritisisme dalam diskursus akuntansi.

Akuntansi Kritis

Ilustrasi Transaksi atau Uang Rupiah. Foto: Shutterstock
Kami sungguh beruntung belajar di lingkungan fakultas yang rindang. Semilir menghembus tanpa pamrih menggetarkan sekat-sekat etalase ruang kelas. Kawan saya bergumam, keindahan kampus ini bukan karena arsitektur bangunan yang ala kerajaan, mekarnya mawar di kala akhir musim semi, atau kerap dibasahi kenangan indah di setiap percikan air hujan bulan Juni. Bukan.
ADVERTISEMENT
Dengan sekali tarikan napas, kawan saya dengan lantang berujar; “kampus ini indah karena menawarkan perspektif akuntansi yang tidak monolitik, tetapi majemuk (plural) yang berbasis pada semangat multiparadigma”. Ia benar-benar terkesima oleh pernyataan Triyuwono (2015) “plural is beautiful”. Inilah keindahan sesungguhnya!
Akuntansi kritis adalah keindahan yang mewarnai perspektif kami tentang akuntansi. Dalam pandangan kritis, akuntansi tidak hanya berkutat pada kepentingan investor, kreditur, maupun entitas yang memiliki privilage atas sumber daya perusahaan.
Literatur Accounting for The Public Interest, yang dieditori oleh Steven Mintz (2014), menguraikan bahwa sistem akuntansi dan akuntabilitas tidak hanya memberi dukungan kepada investor dan kreditur, tetapi juga kepada konstituen yang umumnya kurang diwakili, yang adalah kaum buruh, masyarakat adat, perempuan, etnis minoritas dan lain-lain. Akuntansi kritis lebih inklusif, adil dan setara dibandingkan akuntansi positif yang melanggengkan status qou dan menormalkan ketimpangan.
ADVERTISEMENT
Bila akuntansi positif berada pada wilayah elitis, menjadi dokumen bagi kaum borjuis, para bohir dan oligark, maka akuntansi kritis berpihak pada strata kelas sosial paling bawah, kepada mereka yang terpinggirkan oleh ideologi, strutuktur, regulasi dan standar akuntansi.
“Akuntansi kritis adalah Pemahaman kritis tentang pengetahuan, peran, proses, praktik dan profesi akuntansi dalam memberfungsikan masyarakat dan organisasi dan menggunakan pemahaman tersebut untuk ikut terlibat dalam mengubah proses, praktik, dan profesi menuju terciptanya tatanan masyarakat yang lebih sejahtera secara materiil dan non-materiil serta berkeadilan” (Djamhuri, 2023).
Ilustrasi: Revolution. Foto: Pixbay
Dengan definisi ini, akuntansi menjelma sebagai instrumen perjuangan bagi kaum yang melarat. Di eropa, laporan keuangan yang lahir dari rahim akuntansi, menjadi alat bagi kaum buruh untuk memperjuangkan nasib dan kepentingannya. Akuntansi kritis menegakkan emansipasi dan menciptakan transformasi.
ADVERTISEMENT
Dalam wilayah epistemik, akuntansi kritis bersinggungan dengan aneka teori sosial kritis seperti marxisme, marhaenisme, hegemoni gramsci, dan aliran pemikiran kritis Mazhab Frankfurt.
Sehingga ia tidak berada pada wilayah idea atau penafsiran semata, tetapi melebur dalam arena praksis perubahan. Itulah mengapa, Marilyn Neimark menyatakan “the purpose of accounting research isn’t to describe the word. It's to change it”. Akuntansi hadir untuk mengubah dunia!