Konten dari Pengguna

Cukup Pahinggar Saja! Saatnya Kenali dan Tangani Depresi Sejak Dini!

Go Dok Indonesia
Aplikasi kesehatan yang menyediakan fitur Tanya Dokter Gratis & Ragam Artikel seputar kesehatan di www.go-dok.com/ragam-artikel-godok/
24 Maret 2017 9:05 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Go Dok Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cukup Pahinggar Saja! Saatnya Kenali dan Tangani Depresi Sejak Dini!
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
GoDok – Jumat pekan lalu (17/3/2017), jagat sosial media kembali digegerkan dengan pemberitaan beredarnya video live dari jejaring sosial Facebook yang berisi adegan bunuh diri seorang pria bernama Pahinggar Indrawan. Banyak pihak yang tidak menyangka bahwa almarhum memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Padahal, Pahinggar dikenal sebagai sosok yang baik, ramah, dan akrab dengan tetangga.
ADVERTISEMENT
Setiap orang pasti termasuk kamu pasti penasaran mengenai alasan di balik langkah nekat Pahinggar, banyak pihak berasumsi bahwa korban tengah dilanda depresi berat sehabis ditinggal istri dan anak-anaknya. Parahnya lagi, sang korban diketahui sedang menghadapi permasalahan ekonomi karena taksi yang dikendarainya sepi penumpang.
Adanya insiden bunuh diri yang direkam dan disebarkan ke publik ini tentu saja membuat kita semua prihatin. Karena tidak menutup kemungkinan, depresi yang diderita almarhum dapat menimpa siapa saja tanpa pandang bulu. Karenanya, sebelum terlambat, ayo kenali dan tangani depresi sejak dini dengan menyimak penjelasan lengkap di bawah ini!
Jika dilihat dari kacamata medis, maka depresi dapat diartikan sebagai salah satu gangguan psikis yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang, mulai dari aktivitas sehari-hari, perasaan, hingga cara dan pola pikir.
ADVERTISEMENT
Para ahli percaya bahwa depresi tidak hanya memengaruhi kejiwaan, tapi juga kesehatan tubuh. Buktinya, depresi dapat mempengaruhi produksi beberapa jenis hormon, seperti adrenalin, norepinephrine, dan kortisol. Karenanya, jika tidak segera ditangani, gangguan psikis ini dapat berakibat fatal dan memicu kematian.
Ternyata, terdapat beberapa gejala umum (fisik dan psikis) yang ditunjukan oleh penderita depresi. Apa saja gejala yang dimaksud? Simak poin lengkapnya berikut ini!
– Kelelahan
Seorang psikolog klinis dari University of Alabama -Josh Klapow, Ph.D.,- menyatakan bahwa penderita depresi umumnya mengeluhkan kondisi fisik yang mudah lelah serta menurunnya energi untuk beraktivitas sehari-hari. Ia menambahkan bahwa hal ini disebabkan oleh sistem syaraf yang kelewat tegang sehingga memicu terjadinya pelambatan gerak fisik atau psikomotor, ucapan, dan proses berpikir. 
ADVERTISEMENT
– Pola tidur yang tidak beraturan
Seperti yang dituturkan oleh A.Cook, MD., -profesor psikiatri dari University of California- depresi memengaruhi produksi hormon Norepinephrine; hormon pemicu insomnia yang diproduksi di kelenjar adrenal. Singkatnya, semakin berat depresi yang diderita seseorang, maka semakin besar pula jumlah hormon Norepinephrine yang diproduksi. Alhasil, penderita depresi akan kesulitan untuk tidur nyenyak; atau bahkan untuk tidur sama sekali.
– Sering merasa sakit di bagian kepala, perut, atau punggung
Jarang yang mengetahui bahwa depresi serta stres berlebih dapat membuat otot tubuh tegang dan terus-menerus dalam keadaan kontraksi. Fakta ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Norman Sussman, MD., seorang profesor psikiatri di NYU Langone Medical Center. Norman lebih lanjut mengemukakan bahwa otot tubuh yang tegang dapat meningkatkan risiko seseorang merasakan sakit di beberapa area tubuh, seperti kepala, perut, dan punggung.
ADVERTISEMENT
– Disfungsi seksual
Gejala fisik lainnya yang dapat ditemukan pada penderita depresi adalah disfungsi atau penurunan hasrat seksual. Banyak ahli mengaitkan kondisi ini dengan efek dari konsumsi obat anti-depresan yang dikonsumsi oleh penderita demi mengurangi stres serta cemas yang dirasa.
– Emosi yang naik turun
Pada penderita depresi, tingginya tekanan yang dirasa dapat membuat saraf-saraf di otak tegang. Hal inilah yang menyebabkan mereka sukar untuk membedakan berbagai macam spektrum emosi, mulai dari sedih, marah, hingga bahagia. Tidak heran jika kemudian para penderita depresi cenderung menunjukkan kondisi emosi yang tidak stabil.
– Sering merasa gelisah dan cemas
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa depresi dapat memicu produksi hormon Norepinephrine yang membuat seseorang terus terjaga di malam hari. Usut punya usut, hal inilah yang kemudian membuat penderita depresi lebih rawan merasakan gelisah serta cemas berlebih karena otak terus bekerja demi mengolah semua informasi serta perasaan yang dipendam.
ADVERTISEMENT
– Senang menyendiri
Biasanya, penderita depresi akan menarik dirinya dari lingkungan sosial sekitar. Akibatnya, mereka akan lebih sering menyendiri dan ‘asik’ dengan permasalahnnya. Hal inilah yang patut diwaspadai karena permasalahan yang tidak dikomunikasikan dengan pihak lain dapat membuat penderita nekat memilih jalan ekstrem untuk menghilangkan bebannya.
– Sulit berkonsentrasi
Depresi dapat memicu retardasi psikomotor yang dapat membuat seseorang kesulitan dalam memproses informasi baru sehingga sering kehilangan fokus dan konsentrasi. Dr. Sussman juga menambahkan bahwa umumnya, penderita depresi menunjukkan gejala mengidap anemia. Nah,kondisi inilah yang menyebabkan otak kekurangan suplai oksigen sehingga dapat memperburuk kondisi saraf pusat serta kemampuan kognitif seseorang.
ADVERTISEMENT
Mengingat banyaknya dampak buruk yang diakibatkan oleh depresi, maka tidak berlebihan jika Anda dianjurkan untuk segera menangani gangguan psikis ini sedini mungkin. Apa saja cara yang dapat dicoba? Berikut Go Dok paparkan poin lengkapnya:
ADVERTISEMENT
Punya permasalahan seputar kesehatan? Segera download aplikasi Go Dok di http://bit.ly/AplikasiGoDok
Baca juga artikel lainnya seputar kesehatan jiwa lainnya:
1. http://www.go-dok.com/solusi-singkat-atasi-stres-hebat/
2. http://www.go-dok.com/yuk-kurangi-stres-dengan-berendam-dalam-bathtub/