Data Go Dok: 68% Remaja Indonesia Rentan Perilaku Seks Bebas

Go Dok Indonesia
Aplikasi kesehatan yang menyediakan fitur Tanya Dokter Gratis & Ragam Artikel seputar kesehatan di www.go-dok.com/ragam-artikel-godok/
Konten dari Pengguna
29 Agustus 2017 10:11 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Go Dok Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Data Go Dok: 68% Remaja Indonesia Rentan Perilaku Seks Bebas
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Go Dok - Mengejutkan! Dilansir dari data yang dikeluarkan oleh Go Dok -sebuah aplikasi penyedia layanan kesehatan-, 68% pertanyaan yang diajukan oleh user berkutat pada pembahasan mengenai seks. Mirisnya lagi, mayoritas user yang bertanya mengenai hal serupa merupakan kelompok remaja dengan usia berkisar antara 16-25 tahun.
ADVERTISEMENT
Implikasi dari fakta di atas tentu tidak dapat dipandang sebelah mata. Sebab, selain dapat meningkatkan rasio aborsi karena kehamilan yang tidak diinginkan, aktifnya kegiatan seksual pada remaja (yang seringkali tidak diiringi oleh tanggung jawab yang memadai) dapat memperbesar kemungkinan penularan penyakit seksual berbahaya, seperti Herpes dan HIV/AIDS. Jika dibiarkan terus berlanjut, maka jangan heran jika 10-20 tahun mendatang, Indonesia akan mengalami fenomena lost generation.
Apa yang salah dengan remaja kita? Dr. Jolinda, selaku head doctors Go Dok Indonesia mengemukakan bahwa salah satu faktor yang patut dicurigai sebagai penyebab tingginya aktivitas seksual tidak bertanggung jawab pada remaja adalah kurang memadainya sex education yang diberikan sejak usia dini.
Pernyataan Jolinda sejalan dengan kesimpulan yang dikemukakan oleh KPAI beberapa tahun silam. KPAI menyoroti ketimpangan sistem pembelajaran serta penerapan sex education bagi remaja Indonesia yang dianggap kurang tepat. Mengapa? Selain karena terlalu bertumpu pada pola pengajaran yang general dan tidak personal, sex education yang banyaknya diberikan di bangku sekolah juga selalu membahas fungsi dari organ reproduksi. Padahal, untuk membentuk pribadi yang paham akan seks secara menyeluruh, pengajaran yang diberikan juga harus memasukkan unsur-unsur krusial lainnya, seperti emosi dan kematangan berpikir sehingga dapat mengajari individu yang dituju untuk selalu bertanggung jawab atas setiap perbuatan yang dilakukan.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa yang dapat Anda lakukan untuk mencegah anggota keluarga agar tidak terjerumus pada perilaku serupa? Selain dengan membekali mereka pemahaman agama yang kuat, dr. Jolinda juga menyarankan setiap orangtua untuk mengajarkan segala sesuatu yang berhubungan dengan organ reproduksi pada anak sedini mungkin. Ia menuturkan bahwa langkah ini dianggap ampuh untuk mengurangi kecenderungan cara berpikir anak agar tidak melihat organ dan kegiatan seksual sebagai hal yang tabu untuk diperbincangkan. “Dengan begitu, anak tidak akan sungkan untuk bercerita kepada orangtua tentang perkembangan seksual pribadinya. Kalau sudah begitu, ia akan lebih terbuka sehingga Anda sebagai orang dewasa tidak perlu takut lagi jika anak melakukan sesuatu yang tidak-tidak secara sembunyi-sembunyi”, ujar Jolinda sambil memungkas sesi wawancara.
ADVERTISEMENT
Sebelum terlambat, ada baiknya perluas wawasan Anda mengenai organ reproduksi dan cara mengedukasikannya kepada anak. Bingung mencari sumber referensi? Maka, tanyakan langsung pada dokter melalui aplikasi Go Dok.