Mantap! Tiga Kader PDIP Memutuskan Gabung Golkar Sulut

Kabar Wirabhuana
Kabar dari Bumi Sulawesi
Konten dari Pengguna
4 Desember 2017 14:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Wirabhuana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hal menarik terjadi ketika pengurus DPD I Partai Golkar Sulut dilantik, Selasa (29/11/2017) lalu. Dari 125 pengurus, terdapat dua kader PDI Perjuangan yang dilantik Christiany Eugenia Paruntu menjadi fungsionaris partai berlambang beringin di Bumi Kawanua.
ADVERTISEMENT
Dua kader PDIP tersebut adalah Bupati Sangihe Jabes Gaghana dan mantan Ketua DPC PDI-P Kepulauan Sangihe, dan Constantien Ganggali mantan Ketua DPC PDI-P Kepulauan Talaud. Jabes dan Constantien pernah berada di jajaran pengurus DPD PDI-P Sulawesi Utara.
Kemudian Ivan Sarundajang yang diusung PDI-P di Pilkada Minahasa bersama Jantje Wowiling Sajouw (JWS) tahun 2013, tampil dengan kemeja kuning, warna kebesaran Golkar. Selang waktu tersebut, putra mantan Gubernur Sulut SH Sarundajang itu mengenakan kemeja merah PDI-P.
Berlabuhnya beberapa mantan kader banteng tersebut kian memperkuat Golkar di tangan pemimpin baru Tetty Paruntu, Ketua Golkar Sulut yang juga Bupati Minahasa Selatan tersebut.
Jabes Gaghana (berkacamata hitam), kader PDIP ikut dilantik dalam kepengurusan Golkar Sulut (29/11/2017).
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Bappilu DPD PDI-P Sulut Lucky Senduk ketika dihubungi pada Kamis (30/11/2017), menjelaskan kader berhak mengambil keputusan untuk dirinya sendiri ke parpol mana mereka akan berlabuh.
“Dengan situasi sekarang, masyarakat sudah bisa menilai apa orientasi mereka yang sebenarnya. Bisa dikatakan keputusan seperti itu menunjukkan sifat oportunisme,” terang Senduk.
Sementara itu, Wakil Ketua bidang Organisasi DPD I Golkar Sulut Feryando Lamaluta menyatakan, bergabungnya dua mantan kader ‘Moncong Putih’ dalam kepengurusan Golkar merupakan proses dari Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) dan kerja tim formatur.
“Masuknya tiga kader PDIP Sulut dalam kepemimpinan era Tetty Paruntu berpengaruh pada kekuatan Golkar ke depan, apalagi di daerah kepulauan Nusa Utara,” jelas Lamaluta.
Harapan besar itu berlandaskan pada kapasitas kedua politisi asal Sangihe dan Talaud tersebut. “Kita sangat serius mempersiapkan momen-momen kemenangan politik ke depan, yakni Pilkada serentak 2018, kemudian Pileg dan Pilpres 2019,” terang politisi asli Bolaang Mongondow tersebut.
ADVERTISEMENT
Maxi Egeten, seorang pengamat politik Sulawesi Utara berpendapat kejadian kader pindah partai politik seperti itu merupakan hal yang lumrah dalam demokrasi. “Hal biasa yang mempengaruhi adalah orientasi kekuasaan dan kepentingan yang ditawarkan, tawaran yang tidak bisa ditolak,” jelas Egeten.
Situasi ini, menurut Egeten, tentunya sudah tepat dengan melakukan langkah konsolidasi dengan pengurus hingga akar rumput, juga dengan organisasi sayap Golkar. “Komunikasi organisasi sudah harus berjalan sehingga bisa melakukan rekrutmen masif, karena setelah Pilkada akan ada Pemilu 2019,” urai dosen Fisipol Universitas Sam Ratulangie ini.
Sumber: Bakubae.com