Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Intelijen, Globalisasi, dan Perang Siber
3 Agustus 2022 11:04 WIB
Tulisan dari Grace Inka Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sanak sekalian, tentunya kita tidak asing dengan kegiatan intelijen yang biasa kita tonton di dalam film dengan ciri khas spy sebagai aktor utama yang mencari informasi. Secara garis besar, kegiatan intelijen digambarkan dengan jelas dalam sebuah film yang mencari informasi rahasia dengan tindakan tersembunyi. Mudahnya, kita dapat analogikan intelijen sebagai Closed Circuit Television (CCTV) berjalan dalam kehidupan sehari – hari oleh seorang intel yang terlatih.
Namun, intelijen lebih dari sekadar informasi. Intelijen meliputi seluruh rangkaian tindakan sistem pengumpulan intelijen yang menghasilkan data. Intelijen telah memainkan peran penting dalam kehidupan manusia, mulai dari berpikir hingga memproses suatu informasi. Intelijen dapat menjadi pengaruh dalam pengambilan keputusan sehari – hari di berbagai sektor seperti bisnis, industri, pemerintahan, militer, dan lainnya. Intelijen memberikan kemampuan untuk dapat mengetahui, mengantisipasi atau mencegah, dan merencanakan suatu rancangan dengan matang. Melalui intelijen, para pembuat kebijakan diharapkan mampu untuk membuat suatu kebijakan yang berhasil berdasarkan informasi yang didapatkan.
ADVERTISEMENT
Intelijen sendiri merupakan suatu konsep yang bersifat dinamis dan luas. Hingga saat ini, belum ada definisi pasti yang mampu menjelaskan intelijen secara tepat. Meski memiliki definisi yang sangat luas, tetapi tujuannya tetap sama yakni memberikan informasi rahasia sebagai keunggulan bagi pembuat keputusan atau kebijakan.
Badan khusus intelijen memiliki pedoman khusus yang sangat berbeda dengan badan lainnya. Sebagi contoh badan intelijen di Amerika Serikat, Central Intelligence Agency (CIA), merupakan badan dengan cakupan internasional, berbeda dengan Federal Bureau of Investigation (FBI) yang merupakan penegak hukum domestik. FBI berfokus pada ancaman domestik yang dihadapi oleh negara serta dianggap sebagai ancaman potensial terhadap keamanan nasional. Sedangkan, CIA berfokus pada intenasional dengan menambahkan syarat bahwa intelijen harus bertindak sebagai pendahulu atau pengantar dalam pengambilan suatu keputusan. Intelijen harus berguna untuk tujuan yang lebih besar bagi kepentingan nasional.
ADVERTISEMENT
Menurut Lowenthal (2008), intelijen merupakan suatu proses dimana jenis informasi tertentu yang penting bagi keamanan nasional dikumpulkan, dianalisis, dan diberikan pada pembuat kebijakan. Definisi tersebut didasarkan oleh beberapa argumen, yakni pertama, bahwa intelijen merupakan proses yang melibatkan banyak langkah. Kedua, intelijen merupakan suatu produk yang dinalisis detail dalam isu – isu strategis tertentu. Ketiga, intelijen mengacu kepada suatu komunitas yang mengumpulkan dan menganalisis informasi penting dan menyebarkannya sebagai intelijen.
Terdapat perbedaan yang kontras antara informasi dan intelijen sehingga keduanya bukan merupakan sinonim. Informasi merupakan bahan mentah yang belum diproses, tidak lengkap ,dan terkadang membingungkan. Sedangkan, intelijen menggunakan data mentah tersebut yang kemudian dianalisis hingga mendapatkan suatu kesimpulan dan hanya menggunakan informasi yang relevan. Dunia intelijen sendiri merupakan dunia yang penuh dengan ambiguitas dan ketidakpastian dimana suatu lembaga jarang memiliki cukup informasi yang baik dan andal untuk membuat penilaian yang tepat.
ADVERTISEMENT
Intelijen memiliki beberapa jenis produk intelijen yang disesuaikan dengan fokus dan atau ruang lingkupnya. Pertama, terdapat beberapa produk intelijen yang bersifat taktis dimana produk tersebut dirancang untuk penggunaan jangka pendek, yang biasanya digunakan oleh para tentara yang berpatroli. Kedua, terdapat produk intelijen yang dihasilkan oleh pembuat kebijakan guna kepentingan jangka panjang yang memiliki implikasi dan konsekuensi potensial. Ketiga, terdapat produk intelijen operasional yang digunakan oleh militer, yang berada diantara taktis dan strategis. Badan – badan intelijen terlibat dalam lima prosedur kegiatan terpisah yang mana dalam buku Intelligence: From Secrets to Policy, Lowenthal (2009) menyebutkan lima hal yakni collection, analysis, covert activities, counterintelligence, dan intelligence management.
Dunia yang semakin berkembang oleh faktor globalisasi bagaikan pedang bermata dua, yang mana mampu memberikan keuntungan serta kerugian terhadap dunia intelijen. David Held mendefinisikan globalisasi sebagai suatu proses yang mewujudkan transformasi ruang dan tempat serta hubungan sosial di seluruh dunia. Proses transformasi tersebut menyulitkan karena terjadi di berbagai sektor dengan berbagai aktor yang terlibat. Hal ini dipertegas dalam buku Huntington yang berjudul The Clash of Civilization yang menyatakan bahwa globalisasi seperti menjadi suatu kompetisi, tidak hanya di bidang ekonomi, tetapi di bidang lainnya seperti politik dan kebudayaan. Di masa kini, negara bukanlah satu-satunya aktor yang utama. Globalisasi mendorong munculnya aktor non-negara seperti kelompok transnational organized crime, perusahaan multinasional, organisasi internasional, individu, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Kemajuan teknologi menjadi salah satu hal nyata dari globalisasi yang penting dimanfaatkan oleh negara untuk menjaga keamanan warga sipil serta wilayah domestiknya. Meski demikian, kejahatan di masa kini juga semakin berkembang seturut dengan perkembangan zaman. Jenis kejahatan semakin bervariasi dengan pergerakan yang semakin tidak terlihat. Dalam hal ini, intelijen sangat diperlukan untuk mencegah kejahatan besar terjadi sehingga intelijen harus beradaptasi dengan cepat terhadap kemajuan dunia.
Saat ini, banyak kejahatan yang terjadi di ruang siber misalnya dengan mencuri dokumen rahasia negara yang memiliki potensi untuk menghancurkan negara. Maka, perlu adanya ‘pemeriksaan imigrasi’ di dalam dunia siber untuk mencegah dan mengantisipasi kejahatan siber. Ruang siber kini menjadi tempat perang tidak terlihat dan tidak menimbulkan korban jiwa namun tetap berdampak besar dan menyebabkan kerugian terhadap negara.
ADVERTISEMENT
Perang siber yang dilakukan oleh hacker Rusia terhadap Estonia menjadi salah satu contoh kejahatan siber yang kelam. Penyerangan sistem teknologi terhadap Estonia ini melumpuhkan perekonomian negaranya. Hal ini dikarenakan penyerangan tersebut merujuk pada seluruh jaringan perbankan, jaringan telekomunikasi, dan jaringan vital lainnya sehingga masyarakat Estonia tidak dapat beraktivitas seperti seharusnya. Perang siber ini menunjukkan bahwa dampaknya tidak jauh berbeda dengan perang konvensional.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tugas intelijen akan menjadi lebih mudah dengan adanya kemajuan teknologi, namun akan menjadi lebih berat pula oleh karena kemunculan kejahatan dengan variasi dan cara baru karena globalisasi. Intelijen memiliki posisi penting dan strategis untuk mencegah kejahatan tersebut terjadi dan penting untuk memajukan sumber daya manusia agar semakin berkualitas sehingga mampu mengatasi permasalahan dengan intelijen. Di era yang semakin mengutamakan keterbukaan, kelompok kejahatan akan semakin bebas ruang gerak dan lingkupnya. Bahkan, kerugian yang ditimbulkan oleh perang siber tidak berbeda jauh dengan perang konvensional, atau mungkin lebih dari itu. Hal ini menunjukkan bahwa negara perlu melakukan keamanan ganda terhadap dokumen negara yang dianggap penting. Pada intinya, pencapaian dan perlindungan kepentingan nasional harus selalu menjadi jantung dari kegiatan intelijen.
ADVERTISEMENT