Upaya Penanganan Diskriminasi Gender di India dalam Perspektif Feminisme

Grace Inka Putri
Saya merupakan seorang mahasiswa aktif jurusan hubungan internasional dari Universitas Lampung. Saya memiliki ketertarikan akan isu internasional seperti HAM, kesetaraan gender, dan perdamaian.
Konten dari Pengguna
23 Januari 2022 22:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Grace Inka Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Wanita Suku Bishnoi, India. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Wanita Suku Bishnoi, India. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sanak sekalian, perlu kita ketahui bahwa negara India merupakan salah satu negara unik yang memiliki sistem kasta di dalamnya serta sangat berkaitan dengan tradisi keagamaan.
ADVERTISEMENT
Selain menjadikan India unik, sistem kasta ini juga menjadi alat diskriminasi terutama pada perempuan. Diskriminasi gender di India disebabkan karena adanya budaya patriarki yang didukung dengan tradisi turun temurun dan sistem kasta.
Kaum perempuan India seringkali dianggap sebelah mata. Argumen tersebut didukung dengan sebuah buku yang berjudul Ein Ungluck ist die Tochter karya Renate Syed yang berarti sialnya anak perempuan dari ludwig maximillian university.
Buku tersebut membahas isu diskriminasi perempuan di India yang sangat tinggi meskipun zaman semakin berkembang ke arah modern. Dengan demikian, hanya laki-laki yang dianggap bijaksana sehingga perempuan harus selalu berada di bawah laki-laki.
Selain itu, beberapa budaya di India juga dinilai merendahkan martabat perempuan, yaitu dowry culture yang dilakukan oleh perempuan dengan memberikan mahar kepada laki-laki ketika ingin menikah dan feoticide culture yang melakukan kegiatan aborsi janin perempuan. Kedua budaya tersebut berkaitan erat dengan budaya dan gender.
ADVERTISEMENT
Akibat dari pola pikir yang bersifat merendahkan, banyak perempuan menjadi korban karena diperlakukan seenaknya yakni dirampas, dieksploitasi, dilanggar hak asasi manusianya melalui perilaku tidak terpuji seperti pelecehan seksual dan kekerasan fisik dalam hubungan rumah tangga. Maka keamanan bagi perempuan di India sebagai bentuk perlindungan hak asasi manusia perlu dipertanyakan.
Kasta juga turut mendukung banyaknya pelanggaran hak asasi manusia terhadap perempuan. Sistem kasta yang bersifat hierarkis ini menyengsarakan perempuan dan justru semakin meningkatkan diskriminasi gender dan kekerasan seksual, terutama kepada perempuan kasta rendah, yaitu kasta Dalit seperti yang tertulis dalam jurnal karya Nancy A dan Manisha Desai yang berjudul Women’s Activism and Globalization: Linking Local Struggles and Transnational Politics. Di lain sisi, kasta juga menjadi tameng untuk berlindung bagi para laki-laki untuk bertindak bebas terhadap perempuan.
ADVERTISEMENT
Permasalahan diskriminasi gender di India dapat diselesaikan jika ditinjau dari perspektif feminisme. Feminisme percaya bahwa perempuan dan laki-laki memiliki hak dan kesempatan yang sama. Feminis liberal, salah satu aliran dari feminisme, percaya bahwa keterlibatan perempuan dalam pemerintahan, yaitu dengan peran dan posisi strategis, mampu menjadi solusi dari permasalahan diskriminasi gender karena pemerintah menjadi harapan dalam perubahan total ke arah yang lebih baik dengan nilai kesetaraan.
Feminis liberal percaya bahwa perlindungan terhadap perempuan tidak maksimal karena kurangnya wakil perempuan dalam pemerintahan untuk menyuarakan pendapat mereka. Hal tersebut juga terjadi di India karena kebijakan-kebijakan yang disepakati cenderung bersifat maskulin. Feminis liberal sepakat bahwa diskriminasi gender dan kekerasan seksual terhadap perempuan merupakan pelanggaran hak asasi manusia.
ADVERTISEMENT