Konten dari Pengguna

Membuat Adonan, sembari Memberi Taburan Pesan

Gracellea Puehwan Limjoy
Gracellea Puehwan Limjoy, kelahiran Bandung 2007. Siswi SMA Trinitas kelas XII dan aktif sebagai jurnalis sekolah.
5 September 2024 11:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gracellea Puehwan Limjoy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto: arsip pribadi
zoom-in-whitePerbesar
foto: arsip pribadi
ADVERTISEMENT
“Aduh neng, baru aja habis martabaknya,” ucap seorang penjual martabak yang masih sibuk menaburi selai coklat diatas adonan. Matahari sudah hampir menenggelamkan dirinya, tetapi pelanggan masih terus saja berdatangan dan memesan. Dengan topi yang terus menempel di kepalanya, dan senyuman yang tak kunjung reda, mang Akim setia untuk melayani pelanggan yang berdatangan. Sayang saja, martabak yang dijualnya sangat cepat diserbu oleh pelanggan. Terbukti, karena baru beberapa jam berjualan, martabak mini mang Akim sudah habis.
ADVERTISEMENT
Akim Sahari, seorang kepala keluarga yang menghidupi keluarganya dengan berjualan martabak mini. Pria yang berumur 32 tahun ini harus merantau jauh dari tempat asal dan keluarganya. Kota Brebes, merupakan kota yang telah menjadi saksi perjalanan hidup mang Akim hingga berumur 18 tahun. Selanjutnya, mang Akim mulai meninggalkan kota tersebut dan beralih ke pusat kota Jawa Barat, yaitu Bandung. Di kota kembang ini, mang Akim melanjutkan pendidikannya di salah satu kampus ternama, Universitas Padjadjaran. Demi mencukupkan kebutuhan sehari-harinya, ia mendapatkan suatu ide, untuk berjualan makanan.
Martabak Mini Hero, lahir sejak tahun 2011 dan telah melewati angin badai sendirian. Tentu, sesuai namanya, Martabak Mini Hero ini menjual martabak dengan ukuran-ukuran yang kecil sehingga lebih mudah untuk dinikmati oleh konsumen, dan dikreasikan oleh penjual. Martabak Mini Hero memiliki berbagai varian rasa dan harganya yang terjangkau pastinya memikat para konsumen. Selain itu, resep yang diciptakan merupakan ide dari pelopor sekaligus penjualnya, yaitu mang Akim.
ADVERTISEMENT
Keragaman dari menu Martabak Mini Hero sangat memikat mata konsumen. Varian terbagi menjadi dua, yaitu asin dan manis. Asin dibuat dengan campuran telur dan adonan, sedangkan yang manis menggunakan adonan saja. Melalui 40 varian rasa yang disajikan, menurut mang Akim, yang paling banyak dipesan adalah chocomaltine, greentea almond, dan telur kornet. Tidak hanya itu, mang Akim pula menawarkan varian rasa unik seperti martabak jasuke (jagung susu keju), dan lainnya. “Tujuan dari melahirkan banyak varian ini adalah karena saya ingin, agar para pembeli memiliki banyak pilihan rasa,” ucap mang Akim.
Dampak dari penyiapan berbagai varian rasa yang unik, dan pastinya kerja keras dari penjual, mang Akim berhasil menyukseskan Martabak Mini Hero dengan membuka berbagai cabang. Di setiap cabang yang dibuka, penjual merupakan seorang teman dari mang Akim. Pusat dari Martabak Mini Hero dan cabang-cabangnya berada di sekitar Jl. Peta, Kota Bandung, Jawa Barat. Kerja keras ini terbayarkan dengan sejumlah uang yang setiap harinya diterima oleh mang Akim, yaitu sekitar lebih dari Rp. 500.000. Mang Akim pula mengatakan, “Omset yang didapatkan setiap harinya tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.”
ADVERTISEMENT
Namun, perjuangan untuk tetap berdirinya Martabak Mini Hero tidak semulus pasir di pantai. Martabak Mini Hero sampai saat ini masih mendapatkan beberapa halangan saat berjualan. Selain terkena dampak dari covid 19, mang Akim akan kesulitan untuk berjualan saat terjadi hujan badai. Walaupun kini Martabak Mini Hero sudah terkenal dan selalu habis, sayangnya mang Akim belum mempunyai tempat berjualan layaknya toko. Mang Akim masih menggunakan gerobak coklatnya dengan tiga roda yang menopangnya. Hal ini membuat Martabak Mini Hero harus tutup saat terjadi hujan badai. Melalui wawancara singkat yang telah dilakukan, mang Akim pun telah bercita-cita untuk membeli sebuah toko untuk berjualan.
Dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi, topi putih yang melekat pada kepalanya, suara yang halus dan pelan, dan senyuman yang selalu dipancarkan merupakan seorang sosok yang seharusnya menjadi teladan bagi semua orang. Akim Sahari, tetap berjuang untuk meneruskan usahanya berjualan martabak mini dengan memikirkan keinginan konsumen. Ia selalu berusaha untuk memuaskan hati para pelanggannya, dan terutama adalah keluarga yang jauh darinya. Seorang kepala keluarga dengan istri dan satu anak perempuannya ini telah menginspirasi penulis untuk tetap berjuang dan peduli terhadap sesama.
ADVERTISEMENT