Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tradisi Mudik Lebaran dan Paradoks Polusi Udara Jakarta
19 Mei 2024 9:58 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Zusa Grasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengurai Dampak Mobilitas Tahunan terhadap Kualitas Udara di Ibu Kota
ADVERTISEMENT
Lebaran adalah momen yang dinanti-nanti oleh masyarakat Indonesia. Tradisi mudik atau pulang kampung menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan ini. Setiap tahun, jutaan orang berbondong-bondong meninggalkan Jakarta untuk kembali ke kampung halaman mereka, memberikan jeda sejenak dari hiruk-pikuk kota. Namun, di balik kehangatan reuni keluarga dan keceriaan Lebaran, terdapat dampak signifikan terhadap lingkungan, khususnya polusi udara di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Selama masa mudik, Jakarta mengalami penurunan signifikan dalam jumlah penduduk yang tinggal sementara. Hal ini berakibat langsung pada pengurangan aktivitas kendaraan bermotor di jalan raya, yang secara otomatis mengurangi emisi gas buang dari kendaraan. Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, kualitas udara di ibu kota cenderung membaik selama periode mudik Lebaran. Penurunan jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi berarti lebih sedikit polutan seperti karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), dan partikulat (PM10 dan PM2.5) yang dilepaskan ke atmosfer.
Polutan utama di Jabodetabek adalah PM 2.5, partikel halus dengan ukuran lebih kecil atau sama dengan 2.5 mikrometer. Menurut WHO, konsentrasi PM 2.5 yang aman adalah di bawah 5 µg/m³, sementara konsentrasi di Jakarta mencapai 35 µg/m³, tujuh kali lipat dari ambang batas aman. PM 2.5 terbentuk dari reaksi kimia sulfur dioksida dan nitrogen oksida yang dihasilkan oleh pembangkit listrik, industri, dan kendaraan bermotor. Partikel ini bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), asma, dan gangguan pernapasan lainnya.
ADVERTISEMENT
Dampak polusi udara tidak bisa diremehkan. Data dari IQAir menunjukkan bahwa polusi udara menyebabkan 8.100 kematian di Jakarta sepanjang 2023 dan menimbulkan kerugian ekonomi sebesar USD 2,1 miliar atau setara dengan Rp 32,09 triliun. Polusi ini tidak hanya membahayakan kesehatan manusia tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan.
Namun, fenomena ini hanya bersifat sementara. Setelah periode Lebaran berakhir, arus balik menuju Jakarta memicu lonjakan kembali polusi udara. Ketika masyarakat kembali dari kampung halaman dan aktivitas kota berangsur normal, tingkat polusi udara kembali meningkat. Selain itu, tradisi mudik itu sendiri menyumbang polusi udara di skala yang lebih luas. Banyaknya kendaraan yang digunakan untuk mudik, baik itu mobil pribadi maupun bus, berkontribusi pada emisi karbon dan polusi udara sepanjang jalur mudik.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah strategis dan berkelanjutan dari pemerintah dan masyarakat. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah peningkatan penggunaan transportasi umum yang ramah lingkungan dan pengembangan infrastruktur pendukung seperti jalur khusus sepeda dan pejalan kaki. Selain itu, pemerintah dapat mendorong penggunaan kendaraan listrik dengan menyediakan insentif dan memperluas jaringan stasiun pengisian listrik.
Edukasi dan kesadaran masyarakat juga memainkan peran penting dalam mengurangi polusi udara. Kampanye untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, mempromosikan carpooling, dan mendorong penggunaan transportasi umum selama periode mudik dapat menjadi langkah-langkah yang efektif.
Dalam jangka panjang, pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan kota yang lebih bersih dan sehat. Meski mudik Lebaran memberikan jeda singkat bagi kualitas udara Jakarta, upaya berkelanjutan dan kebijakan yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi masalah polusi udara secara menyeluruh. Kualitas udara yang buruk adalah tanda bahaya yang tidak bisa diabaikan. Ini adalah panggilan untuk bertindak sekarang, demi kesehatan kita dan generasi mendatang.
ADVERTISEMENT