Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Gen Z dan Ancaman Kesehatan Mental
17 Oktober 2023 6:36 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Gregorian Tambuk tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tanggal 10 Oktober kemarin diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia, tujuan dari peringatan tersebut adalah untuk meningkatkan kesadaran bahwa masalah kesehatan mental merupakan masalah yang tidak boleh disepelekan.
ADVERTISEMENT
Kesehatan mental dalam beberapa tahun terakhir mulai menjadi pokok bahasan oleh banyak orang terutama dari kaum remaja atau lebih dikenal dengan Gen Z.
Gen Z adalah generasi yang memiliki kepekaan terhadap masalah ini, alasannya karena mereka memang sedang mengalami fase quarter life crisis atau masa-masa kecemasan tentang karier dan tujuan hidup. Pada masa inilah mereka rentan mengalami depresi bahkan sampai mengalami gangguan jiwa akibat tidak kuat menghadapi tekanan hidup yang semakin tinggi.
Hal ini dibenarkan oleh sebuah survei yang dilakukan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Survei tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 10 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional.
Selain itu menurut penelitian yang dilakukan oleh Direktur dari Cornell Research Program on Self Injury, Janis Whitcock, menyatakan bahwa Gen Z memiliki kerentanan dalam menjaga kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
Terlalu Lama Membuka Media Sosial
Media sosial merupakan hal yang sangat penting bagi Gen Z, dalam sehari rata-rata mereka bisa menghabiskan waktu hingga 10 jam hanya untuk online. Aktivitas tersebut membuat mereka menjadi lebih banyak menyendiri dibanding menghabiskan waktu di luar atau melakukan kegiatan produktif.
Hal ini tentunya dapat memberikan dampak negatif bagi perkembangan emosional Gen Z. Terlebih lagi media sosial banyak menampilkan konten-konten kemewahan, liburan mewah, serta ajang pamer harta.
Tentu saja hal itu bisa menimbulkan perasaan iri dan minder yang membuat mereka berpikir bahwa hidup mereka terasa hampa dan tidak berarti, padahal itu hanyalah efek semu yang diciptakan oleh kreator konten di media sosial agar para Gen Z tersebut terus mengunjungi situs mereka.
ADVERTISEMENT
Perasaan iri dan minder itulah yang dihasilkan dari perilaku disosiatif para kaum Gen Z akibat kecanduan media sosial, selain itu karena kecanduan media sosial membuat mereka menjadi terisolasi dari dunia luar sehingga menimbulkan perasaan kesepian. Rasa kesepian tersebut membuat Gen Z rentan menjadi rentan untuk mengalami depresi.
Tingginya Tekanan Mental
Kemajuan teknologi semakin memudahkan pekerjaan di era modern ini, efek dari kemajuan teknologi inilah yang membuat tekanan hidup semakin tinggi.
Contoh nyata dari masalah ini adalah banyaknya kaum Gen Z yang mengalami stres tingkat tinggi karena tuntutan pekerjaan, tekanan finansial, hingga masalah asmara. Ketiga masalah ini menjadi hal pokok dalam hierarki tekanan mental yang dihadapi oleh Gen Z.
Zaman modern menuntut orang untuk selalu menampilkan apa pun dengan sempurna seperti pendapatan finansial yang harus tinggi, tinggal di perumahan elite, mempunyai pasangan dengan penampilan fisik sempurna, serta liburan ke tempat-tempat mewah.
ADVERTISEMENT
Hal seperti ini yang dijadikan tolak ukur hidup ideal menurut zaman modern, tolak ukur hidup tersebut membuat para kaum Gen Z menjadi mudah stres hingga mengalami depresi.
Namun ada cara untuk bisa menangkal masalah tersebut, caranya adalah mengetahui batasan diri, dan kemampuan. Setiap manusia diciptakan dengan segala kelebihan, dan kekurangan, mengetahui akan hal tersebut dapat membuat kita menjadi pribadi yang mudah bersyukur serta terhindar dari stres karena memikirkan hal yang tidak perlu.