Bom Bunuh Diri Dan Radikalisme Ideologi Wahabi

Rachmad Rofik
Saya adalah seorang pemerhati sejarah, filsafat, politik, tasawuf, dan ekonomi. Sejak 2014, saya aktif sebagai relawan Jokowi. Selain itu, saya memiliki keahlian dalam 16 thn trading, desain web dan pemrograman. Portofolio trader : s.id/portogusfx
Konten dari Pengguna
7 Juni 2017 22:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rachmad Rofik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Aksi terorisme bom bunuh diri yang dilancarkan oleh ISIS dengan Martir pemuda-pemuda berusia muda yang merasa dirinya dapatkan surga dengan amaliyah bom bunuh diri, adalah sebuah refleksi daripada kesesatan berpikir yang merasuk dan meraga sukma sedemikian rupa di alam bawah sadar mereka.
ADVERTISEMENT
Ideologi takfiri yakni ideologi merasa dirinya paling benar dan mengkafirkan di luar dirinya, adalah pangkal daripada hasil yang kita lihat sekarang.
Interpretasi dan pemahaman mereka terhadap ayat-ayat agama yang berlandaskan pada khotbah dan fatwa ulama-ulama mereka, yang cenderung intoleransi dan otoriter serta tidak menghargai opini ulama yang lain adalah juga penyebab rusaknya alam bawah sadar mereka melakukan bom bunuh diri dan berkeyakinan bahwa mereka akan masuk surga setelah melakukan bunuh diri konyol itu.
Dangkalnya pemahaman agama, intoleransi yang sangat tinggi, dibarengi dengan kepatuhan total adalah sebuah trigger terjadinya aksi bom bunuh diri.
Paham wahabi ini, ratusan tahun yang lalu, sudah diprediksi oleh para ulama di era Khilafah Usmaniah, akan sesat dan menyesatkan banyak orang.
ADVERTISEMENT
Bibit daripada faham ini bermula sejak zaman kenabian. Dari rasa Iri dan dengki daripada sebagian kaum Yahudi yang kemudian masuk Islam, yang terkenal dengan nama kaum khawarij. Mereka Saleh dari luar. Aktivitas shalat mereka juga sangat luar biasa. Namun dari pihak khawarij ini pulalah yang menghabisi nyawa sayyidina ali bin Abi Tholib radhiallahu anhu.
Ambisi mereka untuk berkuasa sangat kentara. Dengan segala macam cara, dan menghalalkan darah sesama muslim sekalipun, jika berbeda haluan dengan mereka.
Watak dan karakter ini masih bisa kita lihat dengan jelas, bagaimana ketika Saudi melakukan blokade terhadap Qatar saat ini.
Otoritarianisme dan sempitnya alam pikiran mereka adalah ciri daripada khawarij yang menjelma dalam bentuk paham Wahabi.
ADVERTISEMENT
Cenderung childish dan sok benar adalah ciri utama daripada pengikut ideologi wahabi.
Karakter ini begitu mendarah daging dari pengikut tingkat bawah sampai dengan pengikut tingkat atas.
Mudahnya virus takfiriini menjangkiti yang di doktrinisasi adalah seperti mudahnya manusia terjangkit dengan virus influenza. Dimana virus tersebut menyerang mereka yang lemah secara stamina. Lemah stamina pemahaman agama mereka. Lemah asupan gizi rohani mereka.
Maka seperti kita lihat, rata-rata pengikut aliran Wahabi ini adalah para pemuda berusia di kisaran 20 s.d. 25 tahun. Rata-rata mereka adalah para pemuda yang secara agama tidak terdidik dengan benar. Dalam kondisi kesenjangan ekonomi yang sangat rentan dan mengalami frustrasi dalam kehidupan.
Dalam pencarian jati diri mereka, bertemulah mereka dengan aktivis daripada aliran Wahabi ini. Yang memang bertujuan mencari bibit-bibit baru untuk dijadikan Martir.
ADVERTISEMENT
Ilusi negara Islam, adalah salah satu alat paling efektif dalam meracuni pemikiran pemuda-pemuda itu untuk berjuang demi ideologi ini.
Realitas dan kesenjangan sosial yang terjadi di depan mata mereka, menjadi alibi yang sangat kuat, untuk berusaha mengubah tatanan sosial sesuai dengan pemahaman yang mereka terima dari guru ngaji mereka. Yang mereka terima dari murobbi mereka.
Alih-alih berusaha memperbaiki keruhanian mereka, mereka lebih fokus dan sibuk untuk merubah tatanan di luar dirinya.
Mereka lebih sibuk mengkafirkan orang lain yang tidak sepaham dengan mereka.
Jihadun Nafsi sebagai jihad terbesar tidak diprioritaskan dan dipahami dengan benar. Memperbaiki akhlak dan diri sendiri bukan merupakan bagian prioritas dari pengajian mereka.
ADVERTISEMENT
Mereka sudah merasa cukup alim dan baik. Grojogan doktrin dan ceramah yang begitu bertubi-tubi dan kuat akhirnya benar-benar mematikan fungsi akal dan hati mereka.
Kondisi seperti inilah yang menyebabkan mereka sangat mudah dikomando. Layaknya kerbau dicucuk hidungnya. Patuh tanpa penolakan. Patuh tanpa berfikir. Aplikasi daripada sami'na wa atha'na yang keblinger.
Maka sebenarnya, tanggung jawab daripada ulama Wahabi ini yang sangat besar. Karena dari merekalah ideologi takfiri ini menjadi begitu merajalela sekarang ini. Maka sewajarnya, para Ulama di Saudi, mau mengubah pemahaman dan pemikiran takfiri ini. Karena dari sanalah semua itu bermula.
Selama ulama-ulama panutan mereka itu tetap mengeluarkan fatwa dan berpendirian pada paham takfiriini, aksi bom bunuh diri ini, masih akan tetap langgeng.
ADVERTISEMENT