Jadilah Seperti Anak Kecil Yang Mudah Lupa Pada Nafsunya

Rachmad Rofik
Saya adalah seorang pemerhati sejarah, filsafat, politik, tasawuf, dan ekonomi. Sejak 2014, saya aktif sebagai relawan Jokowi. Selain itu, saya memiliki keahlian dalam 16 thn trading, desain web dan pemrograman. Portofolio trader : s.id/portogusfx
Konten dari Pengguna
11 Juni 2024 7:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rachmad Rofik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hari ini saya melihat fenomena pembelajaran dari anak kecil dan ibunya.
ADVERTISEMENT
Hujan deras yang mengguyur tempat wisata itu bernama Wagos, di sebuah desa bernama Gosari, kecamatan Ujungpangkah, kabupaten Gresik.
Setelah memesan bakso kepada penjual, kebetulan saya melihat bahwa ibu penjual bakso tersebut memiliki seorang anak perempuan kecil, masih TK.
Sekonyong-konyong anak kecil tersebut berteriak kepada ibunya, “Hapeee, Mak !!! hapeee !!! dia minta hape (handphone) kepada ibunya. Sang Ibu tidak bergeming, sambil masih terus melayani membuatkan semangkok bakso untuk saya.
Sang anak perempuan kecil tersebut terus berteriak dan merengek hebat kepada ibunya tanpa peduli siapapun di sekitarnya.
Sang ibu tetap diam tak bergeming tak melayani atau mengabulkan permintaan anaknya. Dia tetap gak ngereken (tidak mempedulikan) apapun upaya yang dilakukan oleh sang anak kecil tersebut dalam upaya memenuhi keinginan nafsu kecilnya untuk bermain hape.
ADVERTISEMENT
Sampai akhirnya sang ibu beranjak menuju ke saya mengantarkan semangkok bakso tersebut sang anak masih belum menyerah berteriak meminta keinginannya untuk di kabulkan oleh sang ibunda. Sang ibunda tetap kokoh diam tak bergeming dan tak ada maksud sama sekali mengabulkan keinginan anaknya.
Sampailah beberapa waktu kemudian, seolah tidak ada apa-apa, sang anak tersebut sudah lupa pada keinginannya yang tidak dikabulkan oleh ibundanya tersebut, dia malah asyik bermain centong minuman mengisi air minum. Sambil tersenyam senyum sendiri menyapa ibunya. Seolah tadi apa yang dia lakukan, tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Berteriak-teriak begitu keras dan kuat, ingin agar dia bisa bermain hape. Seolah kejadian spontan radikal tadi tidak pernah ada. Anak kecil tersebut seakan sudah lupa pada ‘nafsu’ bermain hape nya.
ADVERTISEMENT
Nampaknya sang ibu sudah berhasil menetralkan ‘nafsu’ sang anak untuk bermain hape dengan hanya membiarkannya, tidak memarahinya, tidak menghardiknya, tidak memukulnya, hanya mendiamkannya saja. Tidak direspon.
Ibu yang kuat. Tatag. Dalam menghadapi testing dari anaknya.
Dari sini apa yang bisa saya ambil pelajaran dan moral story-nya :
ADVERTISEMENT