Ojo Getunan: Sebuah Pengingat tentang Rasa Kecewa

Rachmad Rofik
Saya adalah seorang pemerhati sejarah, filsafat, politik, tasawuf, dan ekonomi. Sejak 2014, saya aktif sebagai relawan Jokowi. Selain itu, saya memiliki keahlian dalam 16 thn trading, desain web dan pemrograman. Portofolio trader : s.id/portogusfx
Konten dari Pengguna
20 September 2023 19:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rachmad Rofik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi turis yang kecewa. Foto: Gorodenkoff/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi turis yang kecewa. Foto: Gorodenkoff/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam kehidupan yang penuh dengan keputusan dan tindakan, seringkali kita menemui momen ketika kita merasa Kecewa atas pilihan yang telah kita buat. Namun, dalam Filsafat Jawa, ada konsep yang disebut "Ojo Getunan," yang mengingatkan kita untuk tidak gampang Kecewa. Konsep ini membawa makna yang mendalam dan berharga tentang cara kita berinteraksi dengan keputusan-keputusan kita dan bagaimana kita dapat hidup dengan lebih tenang dan bahagia tanpa beban perasaan penyesalan yang berlebihan.
ADVERTISEMENT

Ojo Getunan dalam Konteks Filsafat Jawa

Sebelum kita melangkah lebih jauh, mari kita pahami asal usul konsep "Ojo Getunan" dalam konteks Filsafat Jawa. Filsafat Jawa adalah tradisi pemikiran yang berasal dari Pulau Jawa, Indonesia, dan telah berkembang selama berabad-abad. Ini menggabungkan berbagai aspek budaya, agama, dan nilai-nilai ke dalam pandangan dunia yang kaya.
Dalam Filsafat Jawa, "Ojo Getunan" adalah sebuah peringatan dan pengingat untuk tidak terlalu merenungkan atau Kecewai pilihan yang telah kita buat. Ini adalah panggilan untuk menjalani hidup dengan lebih tenang dan menerima konsekuensi dari setiap tindakan kita. Mari kita bahas beberapa aspek penting dari konsep ini.
1. Keterbatasan Pengetahuan
Pertama-tama, "Ojo Getunan" mengingatkan kita tentang keterbatasan pengetahuan manusia. Kita tidak selalu memiliki semua informasi yang dibutuhkan saat membuat keputusan. Terkadang, kita harus mengandalkan intuisi, pengalaman, dan penilaian pribadi kita. Oleh karena itu, kita tidak dapat menyalahkan diri kita sendiri dengan keras jika hasilnya tidak seperti yang kita harapkan.
ADVERTISEMENT
Dalam banyak kasus, kita hanya bisa membuat keputusan berdasarkan informasi yang tersedia pada saat itu. Kita tidak memiliki kemampuan untuk melihat masa depan atau menebak semua konsekuensi dari tindakan kita. Oleh karena itu, Kecewainya tindakan yang sudah kita ambil tidak selalu adil.
2. Kehidupan adalah Pembelajaran
Kedua, "Ojo Getunan" menekankan bahwa kehidupan adalah proses pembelajaran yang berkelanjutan. Setiap tindakan dan keputusan yang kita buat, baik yang menghasilkan hasil yang positif maupun negatif, memberikan pelajaran berharga bagi kita. Penyesalan yang berlebihan hanya akan menghambat kemampuan kita untuk belajar dari pengalaman.
Sebagai contoh, jika kita membuat kesalahan dalam karier atau hubungan, kita dapat memanfaatkan kesempatan itu untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu. Pengalaman buruk bisa menjadi guru yang berharga jika kita membukanya dengan hati terbuka dan mengambil pelajaran dari situ.
ADVERTISEMENT
3. Stres dan Kesehatan Mental
Kecewai keputusan-keputusan yang sudah kita buat dengan berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental kita. Stres, kecemasan, dan perasaan bersalah yang berlebihan dapat mengganggu kesejahteraan emosional kita. Konsep "Ojo Getunan" mengingatkan kita untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri dan mencoba menjalani hidup dengan lebih santai.
Dengan mengurangi beban perasaan penyesalan yang berlebihan, kita dapat meningkatkan kesehatan mental kita. Ini membantu kita untuk lebih baik dalam menghadapi tantangan dan menjalani hidup dengan lebih bahagia dan seimbang.
4. Menerima Konsekuensi
"Ojo Getunan" juga menunjukkan bahwa kita harus menerima konsekuensi dari tindakan kita. Ini berarti bahwa setiap tindakan memiliki dampaknya sendiri, baik positif maupun negatif, dan kita harus siap untuk menghadapinya.
ADVERTISEMENT
Ini bukan berarti kita harus pasif atau tidak bertanggung jawab atas tindakan kita. Sebaliknya, ini mengajarkan kita untuk berpikir dengan matang sebelum mengambil keputusan dan mengakui bahwa hasilnya mungkin tidak selalu sesuai dengan yang kita inginkan. Ketika kita menerima konsekuensi dengan lapang dada, kita dapat mengatasi tantangan dengan lebih baik dan tumbuh sebagai individu.
5. Hidup dengan Penuh Kesadaran
Dalam konteks "Ojo Getunan," hidup dengan penuh kesadaran adalah kunci untuk menghindari penyesalan yang berlebihan. Ini berarti menjalani setiap momen dengan kesadaran penuh dan berfokus pada saat ini. Terlalu sering, kita cenderung memikirkan masa lalu atau khawatir tentang masa depan, yang dapat mengganggu kemampuan kita untuk menikmati saat ini.
Dengan hidup secara penuh kesadaran, kita dapat menikmati setiap pengalaman dan meminimalkan penyesalan. Ini juga memungkinkan kita untuk membuat keputusan yang lebih baik karena kita lebih berhubungan dengan intuisi dan nilai-nilai pribadi kita.
ADVERTISEMENT

Penutup: Ojo Getunan dan Kehidupan yang Lebih Bermakna

Konsep "Ojo Getunan" dalam Filsafat Jawa adalah pengingat berharga bahwa penyesalan yang berlebihan tidak produktif dan dapat mengganggu kesejahteraan kita. Lebih penting lagi, konsep ini mengajarkan kita untuk hidup dengan lebih bijaksana dan penuh kesadaran, menerima konsekuensi dari tindakan kita, dan melihat setiap pengalaman sebagai pelajaran berharga.